Articles by "Islam Afrika"

ABUJA -- Di masa lalu, Igbo merupakan salah satu wilayah berpengaruh secara politik di Nigeria. Di wilayah ini berdiri kerajaan besar yang pada akhirnya melebur dan menjadi bagian dari wilayah Nigeria modern.

Secara tradisi, masyarakat wilayah ini menganut Kristen dan agama tradisional. Tradisi tersebut juga berlaku untuk keluarga kerajaan yang secara emosional mempersatukan wilayah ini.

Belakangan masyarakat Igbo dikejutkan dengan satu kabar yang menyebutkan raja mereka, Sylvester O. Dimunah memutuskan untuk menjadi Muslim. "Saya tidak berpindah agama. Saya hanya kembali ke agama nenek moyang kami yang dianut dan dipraktekkan secara universal," ungkap dia seperti dikutip onislam.net, Senin (28/1).

Setelah menjadi Muslim, ia berganti nama menjadi Musa Dimunah. Musa mengaku sangat terkesan dengan ajaran Islam yang meniadakan kebencian dan diskriminasi. Saya tidak pernah menyesal karena menjadi Muslim terlepas dari stigma, pandangan negatif karena status saya sebagai orang Igbo, tegas dia.

Ketika ditanya apakah ia menghadapi ancaman atau penolakan dari kerabat, Musa mengatakan ia tidak menghadapi tekanan dari keluarganya karena keluarganya justru menghormati keputusannya itu. Musa mengungkapkan semenjak tragedi 9/11 lalu, ia tertarik untuk mempelajari Islam.

Dalam studi yang dikajinya, banyak orang mengatakan Islam dan Muslim itu berbahaya. Tapi hal itu tidak membuatnya mundur, sebaliknya ia semakin penasaran. Ia pun semakin kagum setelah mengetahui bagaimana generasi Muslim pertama dipimpin oleh Nabi Muhammad telah memperlihatkan wajah sesungguhnya umat Islam kepada dunia.

"Di awal, Islam sangat menghindari kekerasan. Apa buktinya, itu terlihat bagaimana Nabi SAW hijrah," ungkap Musa.

Karena itulah, Musa menyimpulkan Islam merupakan agama damai yang mengajak umat manusia memiliki moral dan hubungan interpersonal yang baik. Keputusan Musa memeluk Islam bisa dikatakan satu tonggak sejarah penting dalam dakwah Islam.

Apalagi, wilayah ini tidak memberikan pendidikan Islam kepada masyarakatnya, kendati ada populasi Muslim yang jumlahnya sangat sedikit. Praktis hanya Universitas Port Harcourt yang hanya menawarkan ajaran Islam.

Kepala Dewan Tradisional Igbo, Sam Eze Ohiri mengatakan masyarakat Igbo tidak mempermasalahkan keputusan raja karena itu merupakan hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat. "Siapapun punya cara masing-masing dalam upaya melayani Tuhannya," kata dia.

Ulama terkemuka Nigeria, Sheikh Shehu Ustman Anaga mengatakan masuk Islamnya Raja Igbo merupakan tanda yang baik. Ini juga menjadi bukti bahwa Islam sesungguhnya bukanlah agamanya yang mengajarkan kekerasan. Saya kira saudara-saudara kita di Igbo telah mencoba untuk belajar dan memahami ajaran Islam dengan baik, ucapnya.

Anaga, yang merupakan juga seorang mualaf, meminta pemerintah untuk memperhatikan minoritas Muslim Igbo. Perhatian itu sangat penting dengan harapan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencapai keseteraan dengan suadara mereka yang non-Muslim.

"Saya kira masalah yang terjadi di Nigeria saat ini adalah kurangnya informasi. Masalah itu jelas bersumber pada kurangnya kesempatan untuk memberikan informasi yang benar," kata dia.

Surat kabar terkenal ‘New York Times’ melaporkan, Islam merupakan agama paling cepat berkembang di benua Afrika. Wartawan surat kabar itu, Mark Lasy mengatakan, keterlibatan para pemuka gereja dan peran mereka dalam pembantaian di Rwanda yang menelan korban lebih dari 800 ribu jiwa menyingkap banyak fakta di depan mata orang-orang Rwanda yang menganut ajaran Katholik mengenai misi Islam dan pesan-pesan manusiawinya yang mengajak kepada kasih sayang, persamaan hak, keadilan, menyugesti dialog, perkenalan dan saling berkomunikasi. Berkat upaya yang dilakukan kaum Muslimin Rwanda dalam menyetop tindak kekerasan di negeri itu, ribuan penduduk Rwanda berbondong-bondong menyatakan masuk Islam dan mulai rajin shalat.

Wartawan itu telah melakukan interview dengan sejumlah orang-orang yang telah menganut Islam di Rwanda tersebut. Salah satunya, Ya’qub Jumah Nezimana, 21 tahun, yang masuk Islam pada tahun 1996. Ia berkata,”Banyak orang dibunuh di dalam gereja yang dulu aku merupakan salah satu jemaatnya. Tidak dinyana, para pendeta malah ikut membantu para pembunuh tersebut.” Sementara Alex Rotereza yang baru saja memeluk Islam mengatakan,”Sikap kaum Muslimin sewaktu terjadi pembantaian etnis sungguh amat simpatik. Perkampungan di mana mereka menjadi komunitasnya telah menjadi tempat penampungan dan perlindungan yang aman bagi seluruh warga Rwanda. Terlebih lagi, karena kaum Muslimin dari suku Houto (kelompok yang melakukan genocide itu berasal dari suku Houto-red) menolak bekerjasama dengan para pembunuh, sebab ikatan emosional keagamaan bagi mereka lebih kuat ketimbang ikatan emosional kesukuan. Sikap inilah yang kemudian –setelah pertolongan Allah, red- menyelamatkan ribuan lebih orang-orang dari suku Tutsi dari maut yang benar-benar telah mengancam jiwa mereka. Karena itulah, aku masuk Islam. Aku begitu yakin Islam adalah agama kasih sayang dan cinta keadilan.” Demikian seperti yang dilnasir surat kabar El Lewa, Yordania. (mshryn/AH)

Sebagai hadiah hari raya Idul Adha 1433 H, Yayasan Media Al-Kataib pada Kamis (25/10) merilis video perayaan hari raya Idul Adha yang diselenggarakan oleh Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Syuhada' Somalia. Video berdurasi 25 menit itu diberi judul Asybal Asy-Syuhada' 2, Anak-anak para syuhada' bagian 2.
Video itu merekam perayaan hari raya Idul Adha 1433 H penuh berkah yang diselenggarakan oleh Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Syuhada'. Perayaan tersebut diramaikan dengan sejumlah lomba, pementasan drama, game dan pembagian hadiah untuk anak-anak para syuhada' mujahidin Ash-Shabab Somalia.
Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Syuhada' didirikan pada tanggal 19 Jumadil Ula 1432 H. Yayasan menerima, mengasuh dan mendidik anak-anak laki-laki para syuhada' dalam usia 6 – 10 tahun. Yayasan mendidik anak-anak tersebut selama 6 tahun.
Selama 2 tahun pertama, anak-anak tersebut menghafalkan Al-Qur'an. Selama 2 tahun berikutnya, mereka belajar hukum-hukum Al-Qur'an, tulis-menulis dan Bahasa Arab. Anak-anak yang telah menjalani 4 tahun masa pendidikan tersebut memiliki kemampuan yang setara dengan anak-anak yang lulus pendidikan sekolah dasar.
Selama 2 tahun berikutnya, anak-anak tersebut mempelajari dan menghafalkan sejumlah kitab matan. Anak-anak yang menyelesaikan pendidikan tersebut memiliki kemampuan yang setara dengan anak-anak lulusan SMP. Setelah menempuh 6 tahun masa pendidikan di Yayasan Asy-Syahid, anak-anak tersebut memiliki kemampuan mengikuti pendidikan SMA.
Perayaan Idul Adha 1433 H dalam kompleks Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Syuhada' dihadiri oleh ratusan orang, terdiri dari puluhan anak para syuhada', pengurus yayasan, tokoh-tokoh masyarakat dan keluarga anak-anak yatim tersebut.
Acara dimulai dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Seorang anak maju ke panggung dan membacakan surat Ash-Shaf secara hafalan:
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian apabila Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?
(yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya,
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar."(QS. Ash-Shaf [61]: 10-12)
Acara dilanjutkan dengan kata sambutan oleh wakil anak-anak yatim. Dalam kata sambutannya, seorang wakil anak yatim mengatakan:
"Segala puji bagi Allah semata, nikmat-nikmat Allah senantiasa dilimpahkan kepada kami dalam Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Syuhada' sampai saat ini. Di yayasan Ini kami telah menerima pelajaran Al-Qur'an, tauhid dan ilmu-ilmu lainnya serta adab-adab yang mulia. Kami berdoa kepada Allah semoga meluaskan kemampuan yayasan ini sehingga bermanfaat bagi seluruh putra umat Islam.
Dalam suasana perayaan hari raya Idul Adha ini, sekalipun kita merasakan kesedihan, sesungguhnya musuh-musuh Allah juga merasakan kesedihan yang serupa. Kemudian saya pesankan kepada saudara-saudaraku, anak-anak yatim dan putra-putra umat Islam, ambillah pelajaran dengan cerdas, ketahuilah sesungguhnya perkaranya sangat serius, hati-hatilah jangan sampai kalian dilenakan oleh sikap santai, sehingga kalian menjadi korban jeratan musuh. Ambillah sejarah ayah-ayah kita para syuhada', ikutilah jejak langkah mereka karena mereka adalah orang-orang yang berbahagia."
Nampak sang anak menyeka matanya, menahan kesedihan dan air matanya supaya tidak menetes.
Seorang anak kemudian tampil di panggung, membacakan syair kegembiraan hari raya Idul Adha dan jihad di jalan Allah.
Anak-anak kemudian tampil bersama-sama di pangung. Mereka mendendangkan nasyid dipandu oleh seorang di antara mereka:
Ana syiblu asy-syahidiWa lii 'azmul hadidiWa maa ziltu yaqinan'ala 'ahdil jududi
 Aku anak seorang syahid
Ku punya tekad baja
Ku selalu yakin
datangnya era generasi baru 
wa yaa islamu absyirbi-jaarin min jadidinnuharrir min hijazinwa qudsin min Yahudi
Wahai Islam bergembiralah
Dengan tetangga (mujahidin) baru
Kami kan bebaskan negeri Hijaz
Dan Al-Quds dari penjajah Yahudi
Usai melantun nasyid perjuangan, anak-anak memekikkan takbir sebanyak tiga kali, kemudian turun dari panggung.
Acara dilanjutkan dengan pementasan drama jihad. Sejumlah anak tampil di panggung dengan menenteng beragam jenis senjata mainan. Grup Usamah bin Zaid, nama regu mujahidin cilik tersebut, memperagakan latihan fisik dan militer sebelum terjun ke kancah jihad. Setelah itu, mereka duduk membentuk lingkaran. Komandan memberikan khutbah penghasung semangat jihad. Ia membacakan firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian apabila Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?
(yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya,
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar."(QS. Ash-Shaf [61]: 10-12)
Ia juga membacakan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa salam: "Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang, sehingga Allah semata Yang diibadahi, rizkiku dijadikan di bawah naungan tombakku, kehinaan dan kerendahan ditetapkan atas orang-orang yang menyelisihi urusanku, dan barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka ia termasuk golongan mereka." (HR. Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi)
Regu Usamah bin Zaid kemudian bersiap-siap untuk melakukan serangan. Sebelum serangan dimulai, salah seorang anggota regu berdoa: Allahummarzuqni asy-syahadata, Allahummarzuqni asy-syahadata, Allahummarzuqni asy-syahadata. Ya Allah, karuniakanlah mati syahid kepadaku. Ya Allah, karuniakanlah mati syahid kepadaku. Ya Allah, karuniakanlah mati syahid kepadaku."
Regu mujahidin kemudian bertempur dengan regu musuh. Regu musuh berhasil dikalahkan oleh mujahidin. Di atas panggung, anak-anak juga menampilkan adegan merawat seorang mujahid yang terluka dan menggotong seorang mujahid yang gugur dalam pertempuran.
Seusai pertempuran, regu mujahidin kembali duduk melingkar. Mereka mendengarkan pengarahan dari salah seorang "ulama" mereka. Dalam nasehatnya, "ulama" cilik itu membacakan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa salam: "Orang yang mati syahid memiliki enam keutamaan di sisi Allah. Dosa-dosanya akan diampuni sejak tetesan darah pertamanya, ia melihat tempat duduknya kelak di surga, ia dihiasi dengan hiasan iman, ia dijauhkan dari azab kubur, ia aman dari dahsyatnya huru hara hari kiamat, di atas kepalanya dipasang mahkota kebesaran yang penuh dengan batu mutiara di mana satu butir yaqut saja lebih baik dari dunia dan seluruh isinya, dinikahkan dengan 72 bidadari dan diber hak untuk memberi syafa'at bagi 70 anggota keluarganya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tidak semua acara peringatan tersebut bersifat sangat serius dan menegangkan. Yayasan Asy-Syahid juga mengadakan sejumlah game yang menghibur. Salah satunya, adu cepat menduduki kursi. Sejumlah kursi diatur dalam posisi melingkar di tengah panggung. Anak-anak yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah kursi kemudian berjalan mengitari kursi menurut hitungan acak panitia. Secara tiba-tiba panitia akan menghentikan hitungan, saat itulah anak-anak harus saling mendahului duduk di kursi. Anak yang tidak kebagian kursi dianggap gugur, tidak boleh mengikuti game lagi. Ia harus mundur dari panggung disertai pengurangan jumlah kursi di panggung. Semakin lama jumlah kursi dan peserta game akan berkurang. Pada akhirnya hanya akan tersisa satu kursi dan dua peserta, di mana satu peserta menjadi pemenang.
Usai sesi game, panitia membagikan sejumlah hadiah kepada anak-anak. Kaset tilawah Al-Qur'an, buku, senjata mainan dan sejumlah hadiah lainnya telah dipersiapkan panitia untuk menghibur anak-anak para syuhada'. Perayaan Idul Adha 1433 H ini terselenggara berkat kerja sama Yayasan Asy-Syahid Untuk Pengasuhan Anak-anak Para Syuhada' dan Bidang Dakwah Mujahidin Ash-Shabab Somalia.
 Allahu Akbar
Kejayaan hanya milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, akan tetapi orang-orang munafik tidak mengetahuinya.

Yayasan Media Al-Kataib
Mujahidin Ash-Shabab Somalia
Kamis, 9 Dzulhijah 1433 H / 25 Oktober 2012 M


Link Download

Kwalitas tinggi
519,2 MB
Kwalitas menengah
 230 MB
Kwalitas mobile
20,3 MB
Live streaming
https://www.youtube.com/watch?v=0zYR6BiGukI
http://www.dailymotion.com/video/xul...y-2_shortfilms

KAMPALA  - Empat tentara teroris Uganda yang mendukung misi Uni Afrika di Somalia pada Selasa (23/10/2012) tewas dalam sebuah serangan oleh Mujahidin Al shabaab.
Serangan terhadap tentara yang unitnya menjadi bagian dari kekuatan yang maju ke arah Baidoa, merupakan insiden serius pertama yang langsung menargetkan pasukan AMISOM sejak operasi militer di wilayah Shabelle dimulai pada Agustus lalu.  Baidoa terletak sekitar 200 km dari Mogadishu, ibukota Somalia.
Sumber mengatakan kepada Shabelle bahwa pasukan Uni Afrika diserang di Baldogule oleh Mujahidin Al Shabaab yang telah mundur dari daerah tersebut sebagai taktik militer.
Pangkalan Baldogule yang lebih besar dari Bandara Internasional Mogadishu, telah diduduki oleh pasukan Uganda pada pekan lalu.  Juru bicara militer, Felix Kulayigye mengonfirmasikan insiden dan mengatakan tentara Uganda tewas dalam sebuah ledakan.

BELEDWEYNE, SOMALIA (voa-islam.com) - Sedikitnya 12 orang tewas pada Selasa (16/10/2012) setelah Al Shabaab menyerang  pasukan pemerintah Somalia di pinggiran bandara Beledweyne yang terletak di wilayah Hiiraan, Garowe online melaporkan.

Menurut para pejabat, pertempuran berlangsung sangat intens selama berjam-jam dengan kedua belah pihak kehilangan kendaraan militer dalam bentrokan tersebut.

Para pejabat pemerintah mengatakan bahwa serangan kejutan terjadi di distrik Walaweyn di wilayah tetangga Shabelle Hilir dan menyeberang ke wilayah Hiraan, menambahkan bahwa korban masih belum dikonfirmasi.

Kolonel Abukar Yarow yang berbicara kepada media pada Selasa mengklaim bahwa pasukan pemerintah Somalia di wilayah Hiraan berhasil menghalau serangan yang dilakukan oleh Al Shabaab.

"Saya tidak bisa menyatakan jumlah korban sekarang. Kami berhasil menghalau serangan oleh  teror, "kata Kolonel Yarow.

Al-Shabaab mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan banyak kendaraan dalam penyergapan mereka pada Selasa, tapi tidak menyebutkan jumlah korban.

Menurut para saksi, ada mayat baik sipil maupun non-sipil dalam pertempuran itu.

Pertempuran tersebut datang sepekan setelah pasukan Somalia dan AMISOM merebut distrik Walaweyn, yang sebelum pekan lalu adalah kubu Al-Shabaab.

Ini adalah pertempuran terbesar yang belum pernah terjadi di Hiraan dan wilayah Hillir Shabelle sejak direbutnya dua daerah itu oleh pasukan Ethiopia dan AMISOM pada bulan Desember 2011.

Sejak mundur dari Mogadishu tahun lalu, pejuang Al-Shabaab telah bersumpah untuk terus memerangi pasukan pemerintah Somalia dan sekutunya dari AMISOM dan pasukan Ethiopia serta pasukan Kenya. Dan sejak itu Al-Shabaab berkali-kali berhasil melakukan serangan yang menyebabkan kerugian besar terhadap pasukan pemerintah Somalia dan para sekutunya meski klaim dari pasukan TFG dan Amisom bahwa mereka telah dikalahkan.

Pasukan pemerintah federal Somalia yang baru terpilih dan pasukan Uni Afrika belum berkomentar tentang pertempuran Selasa kemarin. (st/SR)

 



Benghazi (voa-islam.com) Kemarahan meledak diseantora Arab dan Afrika Utara, akibat film yang menghina Nabi. Puluhan ribu rakyat di Cairo dan Benghazi (Libya), tak dapat lagi menahan amarah mereka.
Dengan massa  menyerbu kedutaan AS Serikat di Bengazhi dan Cairo, sebagai protes kejahatan para pembuat film, yang sengaja menistakan manusia yang paling dicintai dan didoakan setiap saat oleh beratus juta Muslim di seluruh dunia.
Sementara itu, dilaporkan dari Benghazi (Libya) massa dengan  menggunakan roket menyerbu Konsulat Amerika di Benghazi, dan dan mengakibatkan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Libya, J Christopher Stevens, beserta tiga orang staf diplomatiknya  tewas. Mereka tewas dalam serangan yang dilakukan para demonstran di kantor Konsulat AS di Benghazi.

"Dubes tewas terbunuh bersama 3 staf diplomatik lainnya," ujar Wakil Menteri Dalam Negeri Libya, Wanis al-Sharud, seperti dilansir AFP, Rabu (12/9/2012).

Kabar tewasnya Dubes Stevens ini juga dipastikan oleh Wakil Perdana Menteri Libya Mustafa Abu Shagur dalam akun Twitter-nya.  Stevens yang memulai kariernya dari Kementerian Luar Negeri AS ini telah menjalankan tugasnya sebagai Dubes AS di Libya sejak Mei lalu.
Komisi Keamanan Tinggi Benghazi Fawzi Wanis memastikan bahwa Stevens berada di dalam kantor konsulat saat para demonstran menyerang. Namun tidak diketahui ada keperluan apa Stevens berada di kantor konsulat AS itu, karena kantornya sehari-hari berada di Tripoli, ibukota Libya.

Dubes Stevens tewas ketika ratusan demonstran bersenjata menyerang kantor Konsulat AS di Benghazi. Para demonstran tengah memprotes sebuah film yang dinilai merendahkan Islam dan Nabi Muhammad. Masih berkaitan dengan film yang diunggah ke YouTube ini, warga di Kairo, Mesir juga melakukan unjuk rasa dan menyerbu kantor Kedubes AS di sana.

Menurut Wall Street Journal, film yang dipermasalahkan oleh para demonstran ini merupakan film buatan seorang sutradara keturunan Israel-Amerika (sebelumnya disebut warga Mesir). Film ini dinilai telah mengambarkan Islam seperti penyakit 'kanker' dan menggambarkan Nabi Muhammad dengan sangat nista dan biadab.
Pantas mereka mereka itu menerima imbalannya. Para agen-agen Zionis-Israel dengan tangan-tangan mereka telah menistakan RasulullahShallahu Alaihi Wassalam. Inilah perang yang  mereka nyatakan kepada seluruh Muslim di seluruh dunia.
Dibagian lain, Presiden Barack Obama mengutuk pembunuhan Dubes AS, Stevens, yang Yahudi itu. Tetapi, tidak mengutuk pembuat film, yang menghina dan  menghujat manusia yang paling mulia, Muhammad Rasulullah Shallahu Alaihi Wasslam. af/aby

Bagaimana Piramida Dibangun? Ternyata, Alquran Sudah Menjawabnya (1)
Piramida Mesir, ilustrasi
 
Sejak lama para ilmuwan bingung bagaimana cara sebuah piramida dibangun. Hal ini karena teknologi mengangkat batu-batu besar yang bisa mencapai ribuan kilogram ke puncak-puncak bangunan belum ditemukan di zamannya. Apa rahasia di balik pembangunan piramida ini? Times edisi 1 Desember 2006, menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian tersebut disebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat piramida adalah tanah liat yang dipanaskan hingga membentuk batu keras yang sulit dibedakan dengan batu aslinya.
Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dalam mengelola tanah liat hingga menjadi batu. Dan teknik tersebut menjadi hal yang sangat rahasia jika dilihat dari kodifikasi nomor di batu yang mereka tinggalkan.
Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa piramida yang paling besar di Giza, terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual alias olahan tanah liat.
Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah “Journal of American Ceramic Society” menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry untuk membangun monumen yang tinggi, termasuk piramida. Ini karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sementara untuk dasarnya, Firaun menggunakan batu alam.
Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air sehingga membentuk campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida. Singkatnya lumpur yang sudah diolah menurut ukuran yang diinginkan tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding piramid.
Profesor Prancis Joseph Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur.
Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu membedakan antara batu alam dan batu buatan. Dengan metode pembuatan batu besar melalui cara ini, sang profesor membutuhkan waktu 10 hari hingga mirip dengan batu aslinya.
 


DI suatu tempat di Prancis sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang berkebangsaan Turki berumur 50 tahun bernama Ibrahim. Ia adalah orangtua yang menjual makanan di sebuah toko makanan. Toko tersebut terletak di sebuah apartemen di mana salah satu penghuninya adalah keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak bernama “Jad” berumur 7 tahun.
Jad, si anak Yahudi Hampir setiap hari mendatangi toko tempat di mana Ibrahim bekerja untuk membeli kebutuhan rumah. Setiap kali hendak keluar dari toko –dan Ibrahim dianggapnya lengah– Jad selalu mengambil sepotong cokelat milik Ibrahim tanpa seizinnya.
Pada suatu hari usai belanja, Jad lupa tidak mengambil cokelat ketika mau keluar, kemudian tiba-tiba Ibrahim memanggilnya dan memberitahu kalau ia lupa mengambil sepotong cokelat sebagaimana kebiasaannya. Jad kaget, karena ia mengira bahwa Ibrahim tidak mengetahui apa yang ia lakukan selama ini. Ia pun segera meminta maaf dan takut jika saja Ibrahim melaporkan perbuatannya tersebut kepada orangtuanya.
“Tidak apa, yang penting kamu berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu mau keluar dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu”, ujar Jad sebagai tanda persetujun.
Waktu berlalu, tahun pun berganti dan Ibrahim yang seorang Muslim kini menjadi layaknya seorang ayah dan teman akrab bagi Jad si anak Yahudi
Sudah menjadi kebiasaan Jad saat menghadapi masalah, ia selalu datang dan berkonsultasi kepada Ibrahim. Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengambil sebuah buku dari laci, memberikannya kepada Jad dan kemudian menyuruhnya untuk membukanya secara acak. Setelah Jad membukanya, kemudian Ibrahim membaca dua lembar darinya, menutupnya dan mulai memberikan nasehat dan solusi dari permasalahan Jad.
Beberapa tahun pun berlalu dan begitulah hari-hari yang dilalui Jad bersama Ibrahim, seorang Muslim Turki yang tua dan tidak berpendidikan tinggi.
14 Tahun Berlalu
Muslim Afsel
Jad kini telah menjadi seorang pemuda gagah dan berumur 24 tahun, sedangkan Ibrahim saat itu berumur 67 tahun.
Alkisah, Ibrahim akhirnya meninggal, namun sebelum wafat ia telah menyimpan sebuah kotak yang dititipkan kepada anak-anaknya di mana di dalam kotak tersebut ia letakkan sebuah buku yang selalu ia baca setiap kali Jad berkonsultasi kepadanya. Ibrahim berwasiat agar anak-anaknya nanti memberikan buku tersebut sebagai hadiah untuk Jad, seorang pemuda Yahudi.
Jad baru mengetahui wafatnya Ibrahim ketika putranya menyampaikan wasiat untuk memberikan sebuah kotak. Jad pun merasa tergoncang dan sangat bersedih dengan berita tersebut, karena Ibrahim-lah yang selama ini memberikan solusi dari semua permasalahannya, dan Ibrahim lah satu-satunya teman sejati baginya.
Hari-haripun berlalu, Setiap kali dirundung masalah, Jad selalu teringat Ibrahim. Kini ia hanya meninggalkan sebuah kotak. Kotak yang selalu ia buka, di dalamnya tersimpan sebuah buku yang dulu selalu dibaca Ibrahim setiap kali ia mendatanginya.
Jad lalu mencoba membuka lembaran-lembaran buku itu, akan tetapi kitab itu berisikan tulisan berbahasa Arab sedangkan ia tidak bisa membacanya. Kemudian ia pergi ke salah seorang temannya yang berkebangsaan Tunisia dan memintanya untuk membacakan dua lembar dari kitab tersebut. Persis sebagaimana kebiasaan Ibrahim dahulu yang selalu memintanya membuka lembaran kitab itu dengan acak saat ia datang berkonsultasi.
Teman Tunisia tersebut kemudian membacakan dan menerangkan makna dari dua lembar yang telah ia tunjukkan. Dan ternyata, apa yang dibaca oleh temannya itu, mengena persis ke dalam permasalahan yang dialami Jad kala itu. Lalu Jad bercerita mengenai permasalahan yang tengah menimpanya, Kemudian teman Tunisianya itu memberikan solusi kepadanya sesuai apa yang ia baca dari kitab tersebut.
Jad pun terhenyak kaget, kemudian dengan penuh rasa penasaran ini bertanya, “Buku apa ini?”
Ia menjawab, “Ini adalah Al-Qur’an, kitab sucinya orang Islam!”
Jad sedikit tak percaya, sekaligus merasa takjub,
Jad lalu kembali bertanya, “Bagaimana caranya menjadi seorang muslim?”
Temannya menjawab, “Mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat!”
Setelah itu, dan tanpa ada rasa ragu, Jad lalu mengucapkan Syahadat, ia pun kini memeluk agama Islam!
Peta Afrika Selatan
Islamkan 6 juta orang
Kini Jad sudah menjadi seorang Muslim, kemudian ia mengganti namanya menjadi Jadullah Al-Qur’ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur’an yang begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini. Dan sejak saat itulah ia memutuskan akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi menyebarkan ajaran Al-Qur’an.
Mulailah Jadullah mempelajari Al-Qur’an serta memahami isinya, dilanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga berhasil mengislamkan enam ribu Yahudi dan Nasrani.
Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an hadiah dari Ibrahim itu. Tiba-tiba ia mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia. Pada saat matanya tertuju pada gambar benua Afrika, nampak di atasnya tertera tanda tangan Ibrahim dan dibawah tanda tangan itu tertuliskan ayat :
((اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ…!!))
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik!!…” [QS. An-Nahl; 125]
Iapun yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim dan ia memutuskan untuk melaksanakannya.
Beberapa waktu kemudian Jadullah meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika yang di antaranya adalah Kenya, Sudan bagian selatan (yang mayoritas penduduknya adalah Nasrani), Uganda serta negara-negara sekitarnya. Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zulu, ini baru satu suku, belum dengan suku-suku lainnya.
Akhir Hayat Jadullah Al-Qur’ani
Jadullah Al-Qur’ani, seorang Muslim sejati, da’i hakiki, menghabiskan umur 30 tahun sejak keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil mengislamkan jutaan orang.
Jadullah wafat pada tahun 2003 yang sebelumnya sempat sakit. Kala itu beliau berumur 45 tahun, beliau wafat dalam masa-masa berdakwah.
Kisah pun belum selesai
Ibu Jadullah Al-Qur’ani adalah seorang wanita Yahudi yang fanatik, ia adalah wanita berpendidikan dan dosen di salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.
Sang ibu bercerita bahwa –saat putranya masih hidup– ia menghabiskan waktu selama 30 tahun berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan putranya agar kembali menjadi Yahudi dengan berbagai macam cara, dengan segenap pengalaman, kemapanan ilmu dan kemampuannya, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi putranya untuk kembali menjadi Yahudi. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu melunakkan hatinya untuk memeluk Islam, hal ini tidak lain karena Islamlah satu-satunya agama yang benar.
Yang menjadi pertanyaannya, “Mengapa Jad si anak Yahudi memeluk Islam?”
Jadullah Al-Qur’ani bercerita bahwa Ibrahim yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: “Hai orang kafir!” atau “Hai Yahudi!” bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar berucap: “Masuklah agama Islam!”
Bayangkan, selama 17 tahun Ibrahim tidak pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang Yahudi. Seorang tua Muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar terikat dengan akhlak Al-Qur’an.
Kemudian dari kesaksian Dr. Shafwat Hijazi (salah seorang dai kondang Mesir) yang suatu saat pernah mengikuti sebuah seminar di London dalam membahas problematika Darfur serta solusi penanganan dari kristenisasi, beliau berjumpa dengan salah satu pimpinan suku Zulu. Saat ditanya apakah ia memeluk Islam melalui Jadullah Al-Qur’ani?, ia menjawab; tidak! namun ia memeluk Islam melalui orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur’ani.
Subhanallah, akan ada berapa banyak lagi orang yang akan masuk Islam melalui orang-orang yang diislamkan oleh Jadullah Al-Qur’ani. Dan Jadullah Al-Qur’ani sendiri memeluk Islam melalui tangan seorang muslim tua berkebangsaan Turki yang tidak berpendidikan tinggi, namun memiliki akhlak yang jauh dan jauh lebih luhur dan suci.
Begitulah hikayat tentang Jadullah Al-Qur’ani, kisah ini merupakan kisah nyata yang penulis dapatkan kemudian penulis terjemahkan dari catatan Almarhum Syeikh Imad Iffat yang dijuluki sebagai “Syaikh Kaum Revolusioner Mesir”. Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar dan anggota Lembaga Fatwa Mesir yang ditembak syahid dalam sebuah insiden di Kairo pada hari Jumat, 16 Desember 2011 silam.
Kisah nyata ini layak untuk kita renungi bersama di masa-masa penuh fitnah seperti ini. Di saat banyak orang yang sudah tidak mengindahkan lagi cara dakwah Qur’ani. Mudah mengkafirkan, fasih mencaci, mengklaim sesat, menyatakan bid’ah, melaknat, memfitnah, padahal mereka adalah sesama muslim.
Dulu da’i-da’i kita telah berjuang mati-matian menyebarkan Tauhid dan mengislamkan orang-orang kafir, namun kenapa sekarang orang yang sudah Islam malah justru dikafir-kafirkan dan dituduh syirik? Bukankah kita hanya diwajibkan menghukumi sesuatu dari yang tampak saja? Sedangkan masalah batin biarkan Allah yang menghukumi nanti. Kita sama sekali tidak diperintahkan untuk membelah dada setiap manusia agar mengetahui kadar iman yang dimiliki setiap orang.
Mari kita renungi kembali surat Thaha ayat 44 yaitu Perintah Allah swt. kepada Nabi Musa dan Harun –’alaihimassalam– saat mereka akan pergi mendakwahi fir’aun. Allah berfirman,
((فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى))
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.”
Bayangkan, Fir’aun yang jelas-jelas kafir laknatullah, namun saat dakwah dengan orang seperti ia pun harus tetap dengan kata-kata yang lemah lembut, tanpa menyebut dia Kafir Laknatullah! Lalu apakah kita yang hidup di dunia sekarang ini ada yang lebih Islam dari Nabi Musa dan Nabi Harun? Atau adakah orang yang saat ini lebih kafir dari Fir’aun, di mana Al-Qur’an pun merekam kekafirannya hingga kini?
Lantas alasan apa bagi kita untuk tidak menggunakan dahwah dengan metode Al-Qur’an? Yaitu dengan Hikmah, Nasehat yang baik, dan Diskusi menggunakan argumen yang kuat namun tetap sopan dan santun?
Maka dalam dakwah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara kita agar mudah menyampaikan kebenaran Islam ini.
Oleh karenanya, jika sekarang kita dapati ada orang yang kafir, bisa jadi di akhir hayatnya Allah akan memberi hidayah kepadanya sehingga ia masuk Islam.
Bukankah Umar bin Khattab dulu juga pernah memusuhi Rasulullah? Namun Allah berkehendak lain, sehingga Umar pun mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam. Lalu jika sekarang ada orang muslim, bisa jadi di akhir hayatnya Allah mencabut hidayah darinya sehingga ia mati dalam keadaan kafir. Na’udzubillah tsumma Na’udzubillahi min Dzalik.
Karena sesungguhnya dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong dan angkuh serta merasa diri sendiri paling suci sehingga tak mau menerima kebenaran Allah dengan sujud hormat kepada nabi Adam –’alaihissalam–. Oleh karena itu, bisa jadi Allah mencabut hidayah dari seorang muslim yang tinggi hati lalu memberikannya kepada seorang kafir yang rendah hati. Segalanya tiada yang mustahil bagi Allah!
Marilah kita pertahankan akidah Islam yang telah kita peluk ini, dan jangan pernah mencibir ataupun “menggerogoti” akidah orang lain yang juga telah memeluk Islam serta bertauhid. Kita adalah saudara seislam seagama. Saling mengingatkan adalah baik, saling melindungi akidah sesama muslim adalah baik. Marilah kita senantiasa berjuang bahu-membahu demi perkara yang baik-baik saja. Wallahu Ta’ala A’la Wa A’lam Bis-Shawab.*
Penulis adalah mahasiswa Program Licence Universitas Al-Azhar Kairo Konsentrasi Hukum Islam.
Facebook; Mustamid
Keterangan: Foto Penulis dan Muslim Afsel

Syekh Yusuf adalah ulama, sufi dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)
Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)  
Muhammad Yusuf, atau sekarang lebih dikenal dengan Syekh Yusuf, adalah salah seorang tokoh spiritual dan fenomenal asal Sulawesi Selatan pada masanya hingga saat ini. Pria yang dilahirkan di Gowa, tahun 1626, atau empat abad silam, adalah ulama, sufi, dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Ayah Syekh Yusuf bernama Abdullah Abul Mahasin, konon adalah seorang rakyat jelata tapi memiliki latar belakang keislaman yang kuat. Sebaliknya ibu Syekh Yusuf yang bernama Aminah, adalah seseorang yang masih memiliki keturunan langsung dari Sultan Al Aladin.

Berdasarkan penuturan asisten juru kunci Makam Syekh Yusuf, Rahmat, Syekh Yusuf remaja sejak awal memang dididik oleh keluarga secara islami. Ia ditempa dengan berbagai ilmu seperti ilmu tauhid, fikih dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun, ia memperdalam ilmu agamanya ke Syekh Jalaluddin Al-Aidid di Cikoang, wilayah pesisir Kabupaten Takalar.

Syekh Yusuf dikenal sebagai seorang yang haus dengan ilmu agama. Hanya tiga tahun menempa ilmu di Cikoang, atau berusia sekitar 18 tahun, ia kembali ke Makassar dan menikah dengan Putri Raja Gowa. Masih dalam suasana pengantin baru, ia kemudian nekad meninggalkan tanah kelahirannya, dan pergi ke  Timur Tengah. Tujuannya untuk lebih memperdalam ilmu agama yang telah dimilikinya.

Dalam perjalannya itu, tutur Rahmat, Ia mula-mula naik kapal Melayu dari Pelabahuan Makasar menuju Pelabuhan Banten. Di daerah tersebut, ia menetap beberapa lama untuk belajar ilmu agama serta menjalin hubungan pribadi yang erat dengan kalangan elite Kesultanan Banten, yang saat itu diperintah oleh Abul Mafakhir Abdul Qadir’ (1037-63/1626-51).

Dari Banten, Yusuf kemudian berangkat menuju Aceh dan berguru pada Ar-Raniri, kemudian ke India, dan berakhir di Yaman, Timur Tengah. Di Yaman ia berguru kepada Muhammad  Abdul Baqi An-Naqsyabandi dan  Sayyid Ali  Az-Zabidi.

"Dari Yaman, ia kemudian   melanjutkan perjalanannya ke Mekkah dan Madinah," papar Rahmat lagi.

Beberapa catatan sejarah menyebutkan, ulama-ulama yang menjadi gurunya selama di Makkah dan di Madinah adalah Ahmad Al-Qusyasyi, Ibrahim Al-Kurani, dan Hasan Al-‘Ajami.
Tak cukup di Saudi Arabia, Yusuf masih melanjutkan perjalanan ke pusat pengetahuan Islam di Timur Tengah, Damaskus. Yusuf  belajar dengan salah seorang ulamanya yang terkemuka Ayyub bin  Ahmad bin  Ayyub Ad-Dimasyqi Al-Khalwati. 
"Di Damaskulah ia mendapat gelar At-Tajul Khalwati, atau Mahkota Khalwati," ujar Rahmat lagi.

Dari Damaskus, ia kemudian kembali ke Mekah sebelum  pulang ke kampung halamannya, yang saat itu masih bernama Nusantara. Dalam perjalanan mencari ilmu itu, memakan waktu sekitar 20 tahun, dan pada usia 38 tahun, ia sempat menjadi pengajar di Arab Saudi.

Sekembalinya dari Timur Tengah, Syekh Yusuf tidak langsung pulang ke Makassar. Ia justru singgah di Banten dan mengembangkan seluruh ilmunya di tanah Banten. Tidak disebutkan alasan utama sehingga memilih Banten, namun beberapa informasi menyebutkan, Yusuf tidak kembali ke Goa, sekarang Gowa, karena Islam tidak diperlakukan semestinya. Banyak perbuatan yang dianggap melecehkan Islam, seperti berjudi, mengadu ayam, meminun arak serta menghidupkan lagi animisme tanpa ditindak oleh Sultan.

Ia kemudian memilih Banten dan menjadi penasihat agama bagi Sultan Ageng Tirtayasa. Di Banten itu pula, Syekh Yusuf tidak hanya menjadi guru dan ulama. Tapi Syekh Yusuf ikut serta melakukan gerilya melawan Belanda dengan memimpin 4.000 tentara asal Bugis Makassar.

Perlawanan yang gigih terhadap penjajah itu akhirnya berakhir pada pada tahun 1682. Tepatnya di bulan September, Syekh Yusuf bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid dan sejumlah pembantunya ditangkap dan dibuang di Seilon (kini Srilanka).

Di negara itu, Syekh Yusuf lagi-lagi berbagi ilmu dan banyak menulis buku-buku keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. Dia juga mengorganisir orang-orang Nusantara yang melakukan haji dan singgah di Srilanka.

Pemerintah Kumpeni rupanya terusik dengan aktivitas Syekh Yusuf yang masih gencar melakukan dakwah. "Karena masih merasa terancam, penjajah kemudian memindahkan Syekh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan," ungkap Rahmat.

Saat itu, Syekh Yusuf dan 49 pengikutnya ditempatkan di Zandveliet dekat muara Sungai Eerste, 35 kilometer dari ibu kota Afrika Selatan, Cape Town. Tempat ini belakangan diubah oleh masyarakat Afrika menjadi Macassar Downs dan pantai bernama Macassar Beach.

Meski diasingkan, aktivitas dakwah tidak berhenti begitu saja. Ia bahkan semakin memantapkan pengajaran Islam kepada pengikut-pengikutnya. Ia juga mempengaruhi orang-orang buangan lainnya, yang kebanyakan berasal dari budak, untuk melakukan perlawanan.

Berselang lima tahun, atau pada 23 Mei 1699, Syekh Yusuf meninggal dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di tempat itu juga. Kabar meninggalnya ulama yang bergelar Syekh Yusuf Tuanta Salamaka ini langsung beredar luas, termasuk pemerintah kompeni di Batavia dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil.

Atas permintaan Raja Gowa, tahun 1705, jenazah Syekh Yusuf dipulangkan ke Makassar, dan dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko'bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.

"Beliau yang mulia dimakamkan pada 6 April 1705 atau 12 Zulhijjah 1116 H," pungkas Rahmat. (Laporan: Rahmat Zeena, Makassar)

Kedatangan Islam di Afrika Utara terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khathab. Pada masa itu kekuasaan Islam di tahun 640 M, sudah berhasil memasuki Mesir di bawah komando ‘Amr ibn al-‘Ash.


Pada masa kekhalifahan Usman ibn Affan penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas dua wilayah itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan itu tidak berlangsung lama, karena gubernur-gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu. Namun kekejaman dan pemerasan yang mereka lakukan telah mengusik ketenteraman pendududk asli, sehingga tidak lama kemudian penduduk asli sendiri memohon kepada orang-orang muslim untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Pada waktu kekuasaan Islam sudah berpindah kepada Muawwiyah Ibn Sufyan khalifah pertama bani Ummayah. Ia bertekad untuk memberikan pukulan terakhir kepada kekuasaan Romawi di Afrika Utara, dan mempercayakan tugas ini kepada seorang panglima masyhur Uqbah Ibn Nafi al-Fikri (W. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukan.


Pada tahun 50 H/670 M ‘Uqbah mendirikan kota militer yang termasyhur, Kairawan, disebelah selatan Tunisia. Tujuannnya adalah untuk mengendalikan orang-orang Barbar yang ganas dan sukar diatur,dan juga untuk menjaga terhadap perusakan-perusakan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi dari laut. Perjalanan ‘Uqbah yang cemerlang itu dan pukulan-pukulannya yang menghancurkan orang-orang Romawi dan Barbar, telah membuat negeri itu aman selama beberapa tahun.

Akan tetapi, pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika utara mengalami kemunduran yang hebat, karena orang-orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan ‘Uqbah. Dia dan seluruh pasukannya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu orang-orang Islam tidak berdaya mengembalikan kekuasaannya di Afrika Utara, karena selain berhadapan dengan bangsa Barbar juga ada bangsa Romawi yang memanfaatkan kesempatan dalam pemberontakan tersebut.

Dalam kondisi seperti ini penyebaran Islam tidak bisa menyebar dengan baik keadaan ini berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan Ibn Nu’man kepada Musa Ibn Nusair tahun 708 M, pada awal pemerintahan al-Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H)/705-715 M. bahkan pergantian pimpinan ini pun juga mendorong orang-orang Barbar mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Musa dapat mematahkan pemberontakan mereka, dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi dia menetapkan kebijakan “Perujukan”, yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintahan orang-orang Islam.

Ketika pemerintahahan dipegang oleh Musa, di Afrika Utara terjadi perubahan sosial dan politik yang cukup drastis. Perlawanan orang-orang Barbar yang ganas dapat dihancurkan domanasi politik berada di tangan orang orang muslim dan da’wah Islam yang menyebar dengan kecepatan yang luar biasa. Hal-hal inilah yang menyebabkan sebagian sejarawan menganggap Musa Ibn Nusair sebagai penakluk yang sesungguhnya atas Afrika Utara.

Satu hal perlu dikemukakan bahwa seluruh pemberontakan yang terjadi di Afrika Utara dilakukan oleh orang-orang Barbar dan kaum Khawarij. Tidak diketahui bagaimana faham Khorijiah masuk ke daerah itu dan kemudian menyebar disana. Yang pasti semangat egalitarian dan karakter oposisinya terhadap pemerintahan Bani Umayyah telah mereflesikan aspirasi orang-orang Barbar.

Oleh karena itu, dapat diduga bahwa kesamaan aspirasi itulah yang menyebabkan faham keagamaan tersebut mudah diterima oleh orang-orang Barbar, bahkan kira-kira pada tahun 132 H/750 M, hampir seluruh orang Afrika Utara menganut faham ini.

Adapun proses masuknya Islam ke Andalusia terjadi pada masa Khalifah al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum dikalahkan dan kemudian di kuasai Islam dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan islam sesudah kawasan ini betul-betul sudah dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia. Dengan demikian, Afrika utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Andalusia.6.

Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tarif Ibn Malik, Tariq Bin Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tarif dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik. Yang menyeberangi selat yang ada diantara selat Marokko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang telah disediakan oleh Julian.7 Dalam penyerbuan itu tarif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti ia kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilah Tarif dan kemelut yang terjadi dalam kerajaaan Gothik serta didorong untuk memperoleh harta rampasan perang Musa Ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Andalusia sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad8.

Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.

Pasukan Tariq dapat menaklukan kota-kota penting seperti cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Gothia).

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq Ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa Ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu masukan yang besar ia berangkat saat itu menyebrangi selat Gibraltar dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan musa dapat menaklukan Sidonia, Carmona, Sevile, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothia, Theodomir di Orihuela. Kemudian ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat islam nampak begitu mudah hal itu tidak dipisahkan dari adanya faktor Eksternal dan Internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor Eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri spanyol sendiri pada masa penaklukan Andalusia oleh orang-orang islam kondisi social, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi dalam beberapa Negara kecil.

Didalam suatu kondisi seperti itu kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.

Buruknya kondisi social, ekonomi dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja Gothia terakhir yang dikalahkan islam.

Adapun yang dimaksud faktor Internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Andalusia. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, dan penuh percaya diri.

Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukan oleh tentara Islam yaitu toleransi persaudaraan, dan gotong royong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Andalusia menyambut kehadiran islam disana9.

Pada periode awal pemerintahan Islam di Andalusia pemerintahan dijabat oleh para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah di Damaskus pada periode ini stabilitas politik belum tercapai secara sempurna sering terjadi gangguan dari dalam maupun dari luar.gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifan di Damaskus dan Gubernur di Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, oleh karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali dalam kurun waktu yang amat singkat.

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah islam.


Sharif-uddin (atau Sharif-iddin) Khalifa, adalah Anak ajaib, lahir di Arusha, di bagian utara Tanzania (sebuah negara di Afrika Timur), pada bulan Desember 1993.
Muslim hanya sebagian kecil di Tanzania dan berbahasa Arab bukan asli di Tanzania. Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik. 
Bahasa asli mereka adalah Swahili dan mereka tidak tahu bahasa Arab.
Ketika ia masih kecil, orang tuanya (yang Kristen) menyadari bahwa ia mampu membaca seluruh Quran dengan hati, meskipun tubuh tidak pernah mengajarinya untuk melakukannya.
Pada usia dua bulan, ia menolak untuk menyusu susu ibunya.

Pada usia empat bulan, ia mulai membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. 
Pada saat ia berusia satu tahun, ia mampu membaca seluruh Quran dan melanjutkan untuk dapat berkhotbah dalam bahasa Arab, Swahili dan Perancis tanpa pendidikan formal.

Hal ini melaporkan bahwa kata-kata pertamanya adalah: "Anda orang bertobat dan Anda akan diterima oleh Allah" dan ia mengucapkan kata-kata dalam bahasa Arab. 
Orang tua yang bersangkutan awalnya mengira ia kerasukan setan dan disebut pendeta Kristen untuk berdoa bagi bayi.
Akhirnya, tetangga Muslim mampu menafsirkan pidato asing Sharif. 
Setelah orang tuanya diakui bahwa pentingnya apa yang anak mereka katakan dan bahwa ia adalah keajaiban dari Tuhan, orang tuanya masuk Islam.
Selanjutnya, meskipun fakta bahwa ia adalah dari Tanzania, ia berbicara bahasa Arab dengan lancar selain 4 bahasa lain (Inggris, Perancis, Italia, dan Swahili) Dia mampu mengambil bahasa yang sangat cepat, ia pernah berkata: "Saya pergi ke Kongo dan orang mendengar berbicara Lingala (bahasa lokal) saya langsung. bisa mulai berbicara itu. " Hari ini, dia memberikan khotbah dan ceramah di Afrika dan Eropa yang menarik ribuan orang untuk mendengarkan dia.Karena anak ini, ribuan orang telah masuk Islam.
Berikut ini adalah artikel tentang dirinya yang dimuat di sebuah surat kabar Skotlandia pada Agustus 8,1999:

BOY, 5, Converts 1,000+ To Islam Full Version Pt 1/4

BOY, 5, Converts 1,000+ To Islam Full Version Pt 2/4 BOY, 5,
BOY, 5, Converts 1,000+ To Islam Full Version Pt 3/4 BOY, 5,
BOY, 5, Converts 1,000+ To Islam Full Version Pt 4/4 BOY, 5,

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget