Articles by "Islam Eropah"

Paris Tak aneh kalau para Uskup di lingkungan Katolik, yang belum lama ini berkumpul, di Roma menjadi sangat resah dengan pertumbuhan Muslim di negeri mode itu. Begitu gelisahnya para Uskup Katolik, yang melihat pertumbuhan agama Katolik, yang terus menyusut terus menerus setiap tahunnya.
Sementara itu, jauh diatas perbukitan dan hutan yang lebat, kota Burgundy, yang terletak di Perancis tengah, sebuah lembaga yang tidak lazim di negara sekuler itu, lahir sekolah,  "Imam Perancis". Di mana para mahasiswanya sesudah lulus akan melaksanakan kegiatan dakwah dan melayani populasi  Muslim terbesar di negara itu.
Pagi-pagi, sekitar 200 mahasiswa dari seluruh negara mode itu, mereka pergi  ke Institut Eropa Human Sciences de Saint-Leger-de-Fougeret, di mana mereka belajar membaca dan menghafal Quran dan belajar nilai-nilai aqidah Islam dan sastra Arab.
Setelah tujuh tahun mereka belajar secara intensif, dan  hanya 10 siswa yang lulus setiap tahun, kemudian mereka menjadi imam atau khatib, serta berkhotbah di masjid-masjid di seluruh Perancis. Sekolah ini didirikan karena di Perancis sangat dirasakan kurangnya imam dan khatib, yang mendidik Muslim di negeri mode memahami Islam.

Perkiraan jumlah pemeluk Islam di seluruh Perancis berdasarkan statistik, jumlah  mencapai 6,0 juta. Ini merupakan jumlah Muslim terbesar di benua Eropa. Langkah mendidik dan melatih imam dan khatib itu, menjadi sangat mendesak, mengingat jumlah populasi Muslim di seluruh Perancis terus meningkat.
Memang, hubungan antara Pemerintah Perancis dengan imigran Muslim, yang sekarang sudah memasuki generasi kedua atau ketiga, dan mereka umumnya  banyak dari Afrika Utara, semakin penting. Gerakan dakwah di seantero Perancis semakin marak,sekalipun pemerintah terus mengawasi mereka dengan berbagai dalih, yang selalu dikaitkan dengan isu terorisme.
Tidak dapat dipungkiri beberapa kalangan muda Muslim mulai tergoda oleh pandangan kelompok jihadis, dan Perancis menerapkan larangan yang kontroversial terhadap perempuan mengenakan cadar. Larangan menggunakan cadar ini telah  menimbulkan ketegangan antara pemerintah Perancis dengan Muslim di negara itu.
Sekalipun, selama sembilan tahun terakhir, pemerintah Perancis  mendorong pelatihan tenaga imam dan khatib secara profesional dari para pemimpin agama setempat. Menteri Dalam Negeri yang baru, Manuel Valls, mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh Muslim, yaitu sekolah imam dan khatib. Namun, pemerintah sangat hati-hati mengakui mereka yang telah lulus menjadi imam dan khatib.
Sebenarnya, inisiatif ini  sudah ada sejak 20 tahun lalu, ketika Organisasi Uni  Islam di Perancis, yang memiliki hubungan dekat dengan Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini melakukan pelatihan disaat menjelang lliburan sekolah atau musim panas. Banyak sudah imam dan khatib yang lulus dari sekolah ini. Semuanya itu, merupakan kerjasama antara Uni Muslim Perancis dengan Ikhwanul Muslim. Tujuannya adalah melatih para imam yang dilengkapi "dengan pengetahuan Islam dan realitas sosial-budaya Eropa."
Idenya adalah memberikan alternatif untuk perekrutan orang-orang asing yang akan menjadi imam, yang sering tidak bisa berbahasa Perancis dan memiliki sedikit  pengetahuan dari gaya hidup Perancis.
"Pelatihan imam yang merupakan produk dari masyarakat Perancis sangat penting. Hari ini 70 persen Muslim Perancis tidak berbicara bahasa Arab," kata lembaga itu Direktur Zuhair Mahmoud.
Awalnya sekolah ini dibiayai oleh negara-negara Teluk, dan sekolah sangat bergantung pada bantuan biaya, karena membutuhkan dana sekitar 3.400 Euro ($ 4.400) per tahun, yang akan digunakan biaya akomodasi dan pemondokan.

"Sejak saya masih kecil saya telah bermimpi untuk menjadi seorang imam," kata Wahib, 18 thaun,  yang tidak ingin memberikan nama terakhirnya. Wahib mengatakan sudah, "tujuh tahun yang tidak ada hibah", cetusnya.
Nampak hampir semua siswa laki-laki berjenggot, dan perempuan semua mengenakan jilbab. Para wanita dapat mengikuti 20 jam kursus dalam seminggu, dan mereka para Muslimah itu, nantinya akan menjadi  mubalighah, dan da'iyah,yang mengajarkan anak-anak perempuan di Perancis.

Ada seorang siswa tidak ingin memberikan nama terakhirnya, lahir di Maroko dan sekarang tinggal di Nice di Perancis selatan. Dia mengambil kursus selama dua tahun dan kini telah meninggalkan keluarganya untuk "memperdalam pengetahuan tentang Islam" dan "jika saya berhasil, menjadi imam."
"Ini panggilan saya," katanya. "Saya akan senang untuk menyampaikan pengetahuan tentang Islam  kepada orang lain", cetusnya. Ada sekitar 10 orang di kelasnya. Mereka mendengarkan pengajara tafsir surat Quran, atau bab, sebagai bagian dari kursus nilai-nilai Islam, memasuki tahun ketiga, yang juga mencakup pengenalan hukum Perancis. Mereka kemudian membacakan ayat dari Al-Quran.
"Menjadi imam, itu belum pernah terjadi selama 33 tahun", ujar seorang peserta kepada AFP. "Ini adalah tanggung jawab yang nyata, kita harus perlindungan." Dia menyesalkan fakta bahwa "imam moderat diabaikan oleh orang-orang di tengah krisis identitas."
Secara tradisional, jemaah akan memilih imam mereka, yang menjalankan tugasnya sebagai relawan. Mereka memimpin di masjid-masjid besar dapat memperoleh uang sebesar € 1.500 ($ 1.950) per bulan. Mereka diklasifikasikan sebagai pendidik atau guru, tetapi tidak pernah sebagai imam.

Perlahan-lahan Islam dan Muslim di Perancis terus mengukir sejarah di tengah-tengah kehidupan sekuler di Perancis, dan kuatnya sikap phobi terhadap Islam, yang dihembuskan para musuh-musuh Islam di negeri mode itu. af/ah

Roma - Berawal dari kekawatiran yang sangat mendalam dikalangan Gereja Katolik, ketika melihat kehidupan dan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, maka para Uskup menyerukan kepada seluruh Uksup di daratan Eropa menghidupkan semangat misionaris, yang belakangan menghadap semakin banyak para pemeluk Katolik pergi.
Memang pertumbuhan pemeluk Katolik di daratan Eropa terus merosot, dan semakin banyak  kalangan muda, yang meninggalkan agama mereka. Mereka menjadi tidak lagi tertarik dengan agama Katolik, yang dimata mereka bukan saja tidak  rasional, tetapi para Uskup dan Pastor, banyak melakukan praktek yang menyimpang.
Para Uskup sangat takut dengan kecenderungan pengikut Katolik di sejumlah negara, terutama di Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Inggris, dan sejumlah negara di kawasan Skandinavia, jumlah pemeluk Katolik, terus menurun, dan mereka semakin apatis terhadap gereja.
Sudah sangat jarang para pemeluk Katolik, yang terikat dengan gereja. Kebaktian di hari Minggu, seperti di Itali, sudah tidak lagi menarik. Anak-anak muda lebih suka menonton bola, atau pergi klub-klub anak-anak muda, yang menyelenggarakan acara yang sifatnya hiburan. Semangat ke gereja sudah tidak lagi menjadi bagian yang penting bagi kalangan remaja di daratan Eropa. Agama Katolik sudah tidak lagi mereka minati.
Sebaliknya, kalangan Uskup semakin kawatir dengan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, yang terus meningkat seperti grafik yang meningkat. Pemeluk Islam bukan hanya dari kalangan imigran Afrika atau Timur Tengah, tetapi penduduk asli Eropa, tiap hari mereka masuk Islam.
Di Perancis setiap bulannya orang-orang Perancis, lebih 50 orang yang masuk ke dalam Islam. Bahkan, di bulan Agustus lalu, menurut data dari Islamic Center yang ada Paris, orang-orang Perancis yang masuk Islam, hampir mencapa 100 orang.Karena itu, para Uskup di seluruh daratan Eropa bertemu selama tiga minggu untuk merencanakan strategi ke depan bagi Gereja yang jamaahnya terus berkurang, dan merasa para Uskup sangat prihatin pertumbuhan Muslim dan khawatir tentang minoritas Kristen di negara-negara Muslim, yang  menurut komentar peserta pertemuan para Uksup seperti yang dirilis oleh Vatikan.Memang, ketika berlangsung dalam pertemuan  itu, Islam hampir tidak disebutkan dalam dokumen pertemuan Sinode Evangelisasi Baru yang di Roma yang dihadiri lebih 262 Uskup dari seluruh dunia termasuk dari daratan Eropa, dan pertemuan itu berlangsung dengan sangat tertutup. Tidak wartawan yang diizinkan meliput acara pertemuan para Uskup itu.Tetapi, salah satu perserta pertemuan yang hadir dalam pertemuan itu, menyebutkan bahwa pertemuan itu, mengatakan para Uskup banyak mendiskusikan masa depan agama Katolik, yang semakin banyak ditinggalkan para jemaahnya, dan sebaliknya pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, termasuk di berbagai belahan dunia lainnya, terus meningkat.
Salah seorang Uskup, bahkan menyebutkan sebagai ancaman "Muslim" terhadap Eropa, karena melihat trend yang terus meningkat data jumlah pemeluk Islam  didaratan Eropa dan belahan dunia lainnya, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Katolik dan Proteskan."Tidaklah mengherankan bahwa Islam telah menjadi agendan penting dalam pertemuan Uksup ini," kata Uskup Prancis Uskup Paul Desfarges, yang mengepalai keuskupan Constantine di Aljazair, ungkap wartawan di Roma minggu ini. "Ini adalah masalah yang sangat pokok menyangkut Eropa."Kristen, dengan sekitar 2 miliar pengikut, merupakan agama terbesar di dunia dan separuh lebih merupakan pengikut Katolik. Jadi separuh pengikut Kristen, dan kondisinya sekarang ini terus merosot, khususna di negara-negara maju, seakan mereka sudah tidak butuh lagi terhadap agama Kristen maupun Katolik.
Situasi ini terus menimpa kehidupan umat Kristen dan Katolik di Eropa, ditambah situasi krisis ekonomi, yang langsung berdampak terhadap mereka, seperti yang dialami oleh Yunani yang sekarang ini menghadapi gulung tikar. Sedangkan gereja tidak mampu berbuat apa-apa menghadapi situasi krisis.Para Uskup mempunyai perkiraan pertumbuhan umat Islam, yang trendnya terus meningkat di daratan Eropa, yang sekarang jumlah sudah mencapai hampir 30 juta di seluruh daratan Eropa. Sementara itu, jumlah umat Islam di seluruh dunia mencapai 1,4 miliar, dan  empat-perlima dari mereka di luar dunia Arab, tumbuh dalam jumlah yang jauh lebih cepat daripada Kristen, yang jumlahnya menyusut di jantung Eropa."Kita perlu analisis yang jauh lebih berkembang dan diskusi tentang konsekuensi dari kehadiran Islam di dunia Barat," kata Sydney Kardinal George.
Beberapa revolusi di dunia "Arab" telah menyebar di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah telah mendorong Islam ke panggung politik. Ini menjadi ancaman yang sangat riil, seperti yang terjadi Mesir, dan Tunisia.

Bahkan, jauh sebelum revolusi "Arab", di Irak, Jordania, Suriah, dan Lebanon, sudah banyak para pengikut Katolik dan Kristen yang melakukan eksodus ke luar negeri, terutama ke Eropa dan Amerika. Mereka merasa masa depan mereka menjadi suram, dan tidak lagi memiliki tempat yang aman di dunia Islam, karena itu mereka lari ke negara-negara Barat. Inilah yang sangat memprihatinkan para Uskup yang sedang berkumpul di Vatikan.Kyrillos William, Katolik Koptik uskup Assiut, melukiskan gambaran gamblang tentang situasi yang dihadapi minoritas Kristen Mesir yang besar - sekitar 10 persen dari populasi - sejak pergolakan Musim Semi Arab.
"Setiap hari sejak  Ikhwanul Muslimin berkuasa, kita melihat langkah-langkah baru terhadap Islamisasi negara," katanya. "Kristen terus dianggap warga kelas dua dan banyak hak-hak mereka tidak diakui.""Beberapa militan Islam menuntut bahwa kita meninggalkan negara," kata Uskup. "Kami telah mengatakan kepada mereka, " Tidak, ini adalah negara kami dan tempat tinggal kami". Memang, kebencian Muslim selama beratus tahun, para pengikut Katolik dan Kristen, menjadi alat penindas penjajah, dan melakukan kolaborasi dengan penjajah. Mereka ikut dalam pemerintahan yang menjajah penduduk pribumi. Ketika terjadi perubahan, kebencian terhadap orang Kristen dan Katolik, sudah tidak dapat ditahana lagi.Di Afrika Barat, di mana Kristen dan Islam yang berlomba-lomba  pengikut baru di antara para pengikut animisme, dan Uskup Katolik merasa memiliki kelemahan ganda. "Ekspansi yang cepat dari Islam dan terutama penyebaran fundamentalisme di Afrika Barat sangat mengkhawatirkan Gereja," kata Uskup Nicodeme Anani Barrigah-Benissan dari Togo."Ini hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menjadi Muslim, tetapi tidak mungkin untuk meninggalkan agama ini nanti," katanya. Sebaliknya, ia menambahkan, dibutuhkan setidaknya tiga tahun belajar bagi orang dewasa untuk menjadi seorang Katolik, dan kemudian dibaptis, tetapi mereka tetap dapat meninggalkan Katolik dengan sesuka hati.Patriark Gregory III Laham, kepala Uskup yang berbasis di Damaskus dari Melkite Yunani Gereja Katolik, berpendapat bahwa ajaran utama Islam - bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya - lebih mudah bagi orang untuk memahami.
Tentu, tidak mudah bagi misi Kristen atau Katolik, yang berusaha keras memurtadkan mereka, karena agama Islam telah begitu merasuk dalam kehidupan penduduk Afrika. Uskup Desfarges melaporkan bahwa beberapa Muslim Aljazair telah murtad dan pinjdah ke Katolik. "Murid-murid baru kadang-kadang ditolak oleh keluarga mereka sendiri atau harus sangat berhati-hati," katanya.Bechara Boutros Rai, seorang Uskup di Beirut dari Gereja Maronit yang memiliki hubungan dengan Vatikan, mengatakan bahwa "beberapa konversi rahasia oleh Muslim ke Kristen" di Lebanon."Evangelisation dipraktekkan di negara-negara Arab dengan cara yang tidak langsung," katanya, melalui jaringan luas sekolah Kristen, rumah sakit dan media penyiaran yang menyebarkan pesan Gereja tanpa secara eksplisit memberitakan hal itu.Namun beberapa Uskup, terutama dari negara-negara di mana ketegangan antara Kristen dan Muslim tampaknya sangat buruk, melihat pertemuan kedua agama sebagai sebuah kesempatan untuk dialog, bukan sebagai alasan menghujat satu dengan lainnya."Meskipun kesan sering diberikan oleh media dunia, saya ingin menekankan bahwa orang Kristen di Nigeria diri mereka tidak berada di bawah penindasan secara besar-besaran oleh umat Islam," kata Uskup Agung Abuja John Olorunfemi Onaiyekan sinode.Perdebatan Islam di konferensi berawal ketika Kardinal Peter Turkson, kepala Dewan Vatikan untuk Keadilan dan Perdamaian, yang memutara video menunjukkan bahwa Eropa dengan cepat yang dikuasai oleh umat Islam.Kardinal Andre Vingt-Trois dari Perancis, mengatakan Muslim di Eropa, tidak akan terlalu lama lagi, Perancis akan  menjadi negara Muslim, dan berpenduduk mayoritas Muslim. Ini sebagai konsekuensi logis, karena semakin banyak orang yang meninggalkan agama Kristen dan Katolik, dan sebagian diantara mereka kemudian memeluk Islam. Eropa sedang berubah menuju Islam, dan ini sangat logis. Wallahu'alam.


Muslim di Rusia merayakan Hari Raya Kurban, Hari Raya Islam untuk mengenang perjalanan Nabi Ibrahim (Abraham). Lebih dari 150.000 muslim melaksanakan sholat Idul Adha  di Moskow ,baik di Masjid ataupun di area terbuka

Enam lokasi dekat masjid dan di lokasi yang ditunjuk telah ditetapkan untuk pelaksanaan Sholat Id Muslim di ibukota Rusia. sekitar 3.000 Aparat dikerahkan untuk menjaga berlangsung Sholat Id. Untuk menjaga keamanan

dan Pelaksanaan Sholat disana mulai pukul 8.30 waktu setempat, Meski cuaca dingin dan diguyur hujan tetapi Umat Islam sangat antusias untuk melaksanakan Sholat Ied, bahkan sebagian dari mereka sudah ada dilokasi sejak waktu subuh belum tiba.
Shamil Alyautdinov, seorang imam dari Masjid Memorial Moskow di Poklonnaya Hill dalam Khutbahnya menyampaikan pesan bahwa dengan Adanya Kurban Hewan tersebut maka Allah tidak membutuhkan Kurban berwujud Manusia.
Dan daging Kurban tersebut dibagi untuk tiga kelompok,yaitu Untuk Kerabat, fakir miskin dan keluarga

Muslim Asal Indonesia melaksanakan Sholat Ied di Kantor KBRO Moskow

Bertempat di kantor KBRI Moskow, jalan Novokunetskaya 12, sejumlah kaum muslimin berkumpul untuk merayakan Idul Adha 10 Dzulhijah 1433 H / Jumat, 26 Oktober 2012 M. Walau tidak keseluruhan dari muslim Indonesia di Rusia tetapi di antaranya datang dari kota-kota selain Moskow. Salju menghiasi bumi bersamaan hawa dingin yang menyertainya, membuat panitia Himpunan Persaudaraan Islam Indonesia (HPII) Moskow tidak memilih area terbuka seperti tempat parkir dan lapangan tenis sebagai tempat pelaksanaan solat Id. Berbeda dengan sebuah masjid tidak jauh dari KBRI Moskow yang jamaahnya tak cukup tertampung bahkan sampai memenuhi jalan raya, jamaah Indonesia khusuk beribadah di ruang serba guna KBRI.
Pada kesempatan berbahagia itu, bertindak selaku imam solat Id sekaligus khotib yaitu Ustad Kusen, M.A. Beliau adalah seorang ustad dari Cepu, Jawa Tengah dan kandidat Doktor Filsafat Agama di Belgorad State University- Rusia.
Setelah usai menunaikan solat Id, beliau menyampaikan khutbah berjudul; Membunuh Jiwa Kebinatangan. Sebatas apa yang penulis simak dari uraian khutbah, setidaknya terdapat intisari sebagaimana berikut; Pengenaan pakaian ihram yang berwarna putih, melambangkan kesucian, ketika berhaji mengandung makna bahwa setiap jamaah tidak dibedakan oleh warna dan jenis pakaian seperti biasanya. Pakaian yang berbeda warna, corak dan kualitas seringkali menciptakan pembeda serta pemisah. Kedua kondisi inilah memicu timbulnya sikap superioritas bagi yang lain dan tak jarang melahirkan kedzaliman berupa pelecehan, diskriminasi, penindasan, dan sebagainya. Mengutip salah satu Firman Allah, Q.S. 91: 8, ” Maka Allah menanamkan jiwa dengan (dua jalan), yaitu jiwa kebinatangan (fasik) dan jiwa kemalaikatan (taqwa),” beliau menilai bahwa segala bentuk kedzaliman sebagai tanda manusia telah didominasi sifat-sifat kebinatangan.
Kepada seluruh jamaah, beliau berpesan bahwa menanggalkan pakaian biasa lalu mengenakan pakaian ihram ketika berhaji, sejatinya menanggalkan pakaian yang mencirikan sifat kebinatangan. Begitu juga dengan menyembelih hewan kurban, berarti menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam diri manusia. Kalau seseorang setelah berhaji masih berperilaku tidak baik atau sesudah menyembelih hewan kurban tapi masih melekat sifat-sifat tidak terpuji maka seseorang tersebut kembali mengenakan pakaian kebinatangan juga tidak menyembelih sifat-sifat kebinatangan dalam dirinya. Rangkaian ibadah haji dan kurban tidak semata-mata ritual belaka. Namun yang terpenting menurut khotib adalah pesan substansi dari kedua ibadah tersebut. Khutbah yang membuat jamaah tersadar akan hakikatnya sebagai manusia dimana dalam dirinya bersemayam sifat-sifat kebinatangan, diakhiri dengan doa dan halal bi halal.
Wajah para jamaah berubah menjadi riang sewaktu menikmati aneka hidangan, di antaranya adalah gulai daging binatang kambing dan sapi. Bagi sebagian jamaah dari kota lain, hari itu sangatlah membahagiakan. Selain bisa berkumpul dan menunaikan ibadah solat Id bersama saudara se-tanah air juga terobati rasa kangen oleh aneka masakan khas Indonesia. Bagi penulis sendiri, krupuk terasa lebih nikmat dari gulai kambing atau sapi. Maklum kalau krupuk dan beberapa makanan lain sangat digemari karena termasuk langka di luar negeri.[vestnik/rt/kompasiana/youtube]

Sarah Joseph (36) adalah muallaf asli Inggris yang masuk Islam di usia 16 tahun. Jurnalis produktif ini selepas memeluk Islam rajin memberikan kuliah tentang Islam di Inggris dan mancanegara. Kini, di tengah imej negatif Islam di dunia Barat, dia berjuang membangun citra positif Islam melalui media. Salah satunya dengan menerbitkan majalah Emel, sebuah majalah khas yang mengupas seputar gaya hidup Islam.
Emel bisa disebut satu-satunya majalah berwarna Islam yang terbit di dataran Britania Raya. Dalam sebuah wawancara dengan harian The Guardian yang terbit di London, Sarah yang dulunya menganut paham Katolik, memprediksi Islam akan punya peran besar ke depan dalam memecahkan berbagai permasalahan dunia. Dia juga banyak bertutur bagaimana seharusnya seorang Muslim yang bermukim di negara Barat berperilaku. Berikut penuturan ibu tiga anak yang pernah mendapat OBE Awards tahun 2004 (untuk aktifitasnya dalam membangun dialog antar umat beragama) disadur dari beberapa wawancaranya dengan media Inggris.

“Saya hidup selama 16 tahun tanpa Islam. Jadi manusia biasa, menjadi seorang wanita, seorang ibu, dan editor di London. Semua hal itu telah membentuk saya menjadi seorang pribadi yang luwes. Akan tetapi peran saya sebagai seorang ibu terbentuk saat menjadi Muslim,” kata Sarah Joseph. Dikatakannya, seorang Muslim punya hak-hak individu sendiri, ada persyaratan-persyaratan tertentu. Sebagaimana individu lain juga punya hal yang sama tanpa memperhatikan apakah dia Islam atau bukan. Namun dengan menjadi seorang Muslim, seseorang itu akan terbentuk menjadi pribadi yang menghargai hak individu orang lain.

“Saya orang Inggris dan berpikir seperti kebanyakan orang Barat lainnya. Saat saya berkunjung ke negara Islam saya jadi paham aspek-aspek orang Islam, namun saya tidak mau turut campur dengan adat kebiasaan setempat,” imbuhnya. Sarah mengatakan menjadi anggota di dua komunitas berbeda (Inggris dan Islam) memang sulit. Namun dia punya kewajiban untuk menjelaskan tentang Islam sebenarnya. “Saya punya perasaan yang maha dahsyat kala berbicara dengan mereka. Berbicara dari hati ke hati satu sama lain. Saya berikan hidup ini hanya untuk menjadi jembatan diantara dua komunitas ini,” katanya.

Menerbitkan majalah Islam

"Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan di Barat umumnya, harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Harus jadi jembatan antara dua dunia itu. Kita-kita yang lahir disini dan besar dalam masyarakat Inggris, memiliki tanggungjawab untuk menjelaskan Islam pada kalangan Barat. Saya melihat Islam punya kapasitas memberikan yang terbaik. Syaratnya mereka (Barat-red) harus memulainya dengan melihat Islam sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” kata dia.

Wanita London itu menempuh pintu lain dalam menerjemahkan Islam untuk dunia Barat. Dia meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Islam dan salah satu targetnya adalah pembaca non Muslim. Majalah itu, awalnya, dibiayai dari tabungannya sendiri. Kini mulai dikenal khalayak dan bersanding dengan majalah-majalah terkenal lainnya di toko-toko buku.

Emel, nama majalah itu. Berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life. Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fashion, desain interior, finance, entrepreneur, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan. Lalu ada juga rubrik berkebun dan feature tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau. Semuanya dikemas secara populer dengan menampilkan sisi Islam yang selama ini terlupakan ditengah arus islamofobia dan isu terorisme.

Emel pertama kali diterbitkan tahun 2003 dan hanya ada di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku Islam saja. Namun dalam perkembangannya ternyata non Muslim pun menyukai majalah itu. Sehingga sejak September 2005 distribusinya mulai diperluas untuk umum. Catatan Wikipedia, kini Emel memiliki sirkulasi di 30 negara. Majalah ini juga bisa diakses di internet (www.emelmagazine.com)

“Hari ini berita-berita tentang Islam identik dengan pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Kami ingin tampilkan sesuatu yang lain. Hal-hal normal yang berlaku dalam Islam, yang tak banyak diangkat. Kami tujukan majalah ini utamanya bagi kalangan muda,” kata Sarah bersemangat. Sarah berupaya mempresentasikan Islam yang sebenarnya, dengan menonjolkan kontribusi yang telah mereka buat, terutama untuk membangun opini masyarakat Inggris. Dengan sentuhan layout yang menarik, pesan-pesan Islam dapat dipahami secara luas tanpa dogma-dogma agama atau bumbu politik.

“Dalam majalah ini seorang Muslim digambarkan, misalnya, mengenakan pakaian seperti ini, lalu makan makanan yang seperti itu. Kami menawarkan jendela masuk ke komunitas Islam, jauh dari sekadar ungkapan-ungkapan berbau klise,” tambahnya.

Mulai dengan modal kecil

“Seorang wartawan BBC mengira kami punya modal hingga 5 juta Poundsterling. Saya tertawa. Kami mulai dengan modal awal 20 ribu Poundsterling,” jelas Sarah.

“Ada yang tanya, dengan meningkatnya perasaan takut akan Islam, inikah saatnya untuk pembaca non Muslim? Kami musti bilang, “mari turunkan kepala kita.” Jika masing-masing kita masih tetap membuat kubu sendiri, maka permusuhan itu tak akan pernah hilang,” katanya.

Sarah yang pernah mendapat undangan Toni Blair (mantan PM Inggris) itu ingin menunjukkan sesuatu yang lain. Bahwa Islam bukan hanya ibadah shalat atau politik. Tapi Islam juga mengatur gaya hidup.

Dulu banyak yang tidak tahu bagaimana konsep hidup seorang Muslim. Namun kini perlahan mulai jelas setelah majalah ini diluncurkan. Emel berhasil merebut pasar yang belum banyak dimanfaatkan media lain dan meruntuhkan imej buruk sebagian kalangan yang benci Islam. Oplahnya kini lebih dari 20.000 eksemplar dan memiliki 3000 pelanggan tetap. Sarah giat membantu pengembangan ide dengan meramu Islam masa kini dan masa lalu serta mengajak pembaca Muslim memberikan kontribusi mereka. Majalah yang bermarkas di Whitechapel, timur London itu memiliki enam orang staf dan beberapa relawan.

Imej Islam di Barat

Sarah sedikit risau melihat beberapa media yang dalam melaporkan hal ektrimis terlalu banyak menambah-nambahkan isi berita. "Jika kehidupan Islam diisolasi, ditakut-takuti, dikatakan tidak seorangpun mau berteman dengan mereka, maka ini tidak sehat bagi masyarakat kami.," kata dia.

“Anda tidak boleh memberi label “Islam Fundamentalis.” Cukup disebutkan saja mereka itu telah melenceng dari ajaran agamanya. Saya sangat tidak setuju sebagian kalangan yang menyebut Al-Quran secara aktif telah mendorong terjadinya serangan teror. Jika mereka katakan seperti itu, maka mereka itu sama saja dengan Al-Qaidah. Mereka menyanyikan lagu yang sama,” tandas Sarah lagi. Dalam pandangannya, Al-Qaidah dan yang sejenisnya menggunakan Islam dan Al-Quran untuk melegitimasi kekerasan secara cerdik.

Perilaku orang Islam

“Jujur saja, perilaku sebagian Muslim kadang-kadang sangat tidak membantu merubah imej Islam di Barat. Kita perlu lebih sadar akan hal ini. Orang-orang memantau perilaku kita dan memberi penilaian tertentu. Ada sebuah survei tahun 2002 silam. Disebutkan 70 persen masyarakat Inggris tidak tahu apa-apa atau bahkan tidak peduli sama sekali apa itu Islam. Islam mereka pahami hanya berdasarkan informasi dari media saja. Celakanya media tidak menunjukkan Islam secara proporsional. Jadi, ini benar-benar tugas kita dan sekali lagi tergantung pada kita untuk mengubah opini tersebut. Tentunya dengan sikap dan perilaku Islami. Orang Islam musti proaktif menunjukkan hal-hal positif dalam Islam. Sangat banyak jalan untuk menunjukkan hal itu,” pintanya.

Dalam sebuah percakapan live di situs Islamonline, Sarah sempat ditanya apakah Barat tempat yang cocok bagi seorang Muslim untuk mempraktekkan keyakinannya di tengah kampanye sekuler. Dalam pandangannya, Allah SWT telah menciptakan dunia ini. Jadi, bagi Muslim, hidup dimana saja bisa dan mungkin.

”Barat punya isu sekularime, memang benar. Hal itu bisa menyerang agama dan moralitas kita. Benar. Tapi haruskah kita membiarkan kapal pergi menuju pulau yang damai sentosa (tanpa kita di dalamnya)? Para Nabi tidak pernah menyerah meskipun dicerca dan dihina. Kita tidak boleh menyerah. Patut kita tunjukkan bahwa Islam relevan dengan dunia ini. Karena itu kita perlu terus meningkatkan kualitas dakwah sehingga Islam mudah dipahami,” tegasnya.

Masuk Islam di usia muda

Sebelum kenal Islam Sarah adalah penganut paham Katolik Roma. Dia termasuk remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan agama, sosial, dan politik. Agama waktu itu benar-benar muncul dari dalam hatinya hingga berpengaruh dalam aktifitas sosial kemasyarakatan. Keluarganya menganut paham liberal. Mereka justru tak peduli agama. Ibu Sarah sering berujar anaknya itu sangat agamis, meski masih sangat kecil.

Pada usia 13 tahun, abang kandung Sarah masuk Islam. Waktu itu karena alasan perkawinan. “Terang saja saya sangat benci dengan keputusannya. Waktu itu dia saya tuduh menjual keyakinan hanya karena wanita. Saya masih takut kala itu. Sebab Islam sangat asing, dan saya banyak membaca sisi negatif tentang Islam,” kisah Sarah.

“Prasangka buruk tentang Islam sulit hilang. Tapi saya tahu, perasaan takut itu karena saya belum tahu Islam yang sesungguhnya. Akhirnya saya putuskan untuk mencari informasi lebih jauh tentang Islam. Sungguh, saya benar-benar ingin tahu. Tak berapa lama setelah itu saya meninggalkan ajaran Katolik. Bukan karena saya tertarik dengan Islam. Namun lebih karena kecewa aturan Paus. Saya tidak dapat menerima aturan sentralistik yang berpusat di Roma,” lanjutnya.

”Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari Kristen. Namun belum memilih Islam. Waktu itu saya “kosong”. Saya masih berusaha mencari Tuhan. Dalam pencarian itu, Islamlah yang kemudian lebih dulu mengalir dalam hati saya. Islam menjawab semua pertanyaan saya. Terutama tentang Trinitas. Satu hal lagi, Al-Quran tidak mengalami perubahan sama sekali, lain dengan Bibel. Perlahan, saya menemukan jawaban tentang Islam yang telah mengendap sekian lama,” aku Sarah. Sarah masuk Islam di usia sangat belia yakni pada usia16 tahun.

Terkesan shalat

“Jujur saja, satu hal lagi yang membuat saya menerima Islam adalah saat melihat orang shalat. Kala mereka bersimpuh dalam sujud dengan penuh kerendahan diri. Saya kira inilah yang disebut “kepatuhan” atau ketundukan sebagai seorang hamba,” kenang Sarah.

Awalnya memang berat bagi Sarah. Perlu beberapa waktu untuk merealisasikan Islam dalam diri dan kehidupannya. Terutama membawanya ke dalam keluarga dan lingkungan sosial.

“Tapi lama-kelamaan, keluarga melihat saya tetap dapat berkontribusi untuk masyarakat kendati sebagai seorang Muslim. Hal itu bikin mereka gembira dan dapat menerima saya kembali,” sebutnya.

Pada kali pertama orangtuanya memang menolak rencana anaknya masuk Islam. Bahkan mereka mengucapkan kata “belangsungkawa” kala Sarah mulai mengenakan jilbab. Tapi dalam pandangan Sarah mengenakan jilbab merupakan sebuah pilihan.

“Keluarga saya menganut paham liberal. Begitupun mendengar saya masuk Islam mereka sangat menentang. Mereka menyangka saya akan jadi seseorang yang lain.

Konon lagi saya mengenakan jilbab persis di awal-awal masuk Islam, mereka makin menentang. Jika saja saya tidak mengenakannya maka semuanya akan mudah. Tapi saya memang sangat ingin pakai jilbab. Saya benar-benar ingin jadi seorang Muslim. Perlu waktu beberapa tahun bagi keluarga saya untuk bisa paham hal ini. Tapi kini mereka sangat bahagia. Mereka senang dengan jalan hidup yang saya pilih dan ternyata itu bagus. Begitupun, sayangnya mereka belum menunjukkan sinyal untuk memeluk Islam,” ujar Sarah.

Menikah dengan pria Bangladesh

Tahun 1992 Sarah menikah dengan Mahmud, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh Mahmud bekerja sebagai pengacara. Orangtua Mahmud datang ke Inggris sekitar tahun 1960. Keluarga Sarah mulai menerimanya, karena penampilan Mahmud yang moderat. Kini pasangan itu telah dianugerahi tiga orang anak, Hasan (11), Sumayah (8), dan Amirah (5).

"Identitas saya sebagai seorang Muslim sangat jelas. Memiliki identitas seperti ini tidak berlawanan dengan kaedah umum dan saya dapat hidup secara plural dalam masyarakat yang toleran,” katanya tegas.

”Jika kita bilang Islam hanya tentang shalat dan politik, maka kita telah membuatnya jadi kering, cuma berisi aturan-aturan teologis. Tapi jika kita bisa tunjukkan, misalnya pada kawula muda (Islam) bahwa kebudayaan Islam juga telah ikut membangun Eropa, maka kita telah beritahukan bahwa mereka itu adalah pemegang amanah masa depan. Anak-anak muda Islam perlu tahu tentang itu.

“Hidup ini adalah ujian, arena untuk mensucikan jiwa dan sarana untuk menerima kasih sayang Allah. Islam bagi saya merupakan jalan termudah untuk berhubungan dengan Tuhan. Saya berpikir kita musti fokus kepada tujuan hidup daripada hanya sekedar menjalankan perintah atau ajaran agama saja,” katanya. “Lihatlah Islam sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” tambah Sarah.

[Zulkarnain Jalil, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Pergi menunaikan ibadah Haji memang hal yang di wajibkan bagi umat Islam yang mampu. Segala rintangan apapun bisa dikalahkan jika niat telah menggebu demi panggilan Allah Swt tersebut. Hal ini dibuktikan Hadzic, seorang pria dari Bosnia. Uang yang ia miliki hanya 200 Euro, namun tak menghalangi niatnya untuk menunaikan ibadah Haji.


www.belantaraindonesia.org

Saya ingin beribadah haji tapi saya tidak memiliki cukup uang, saya hanya membawa 200 euro untuk berjalan menuju Saudi Arabia," ungkapnya seperti dilansir Emirates. Jadi dengan tekad kuat, Hadzic memulai perjalanan dari kampung halamannya Banovici, di utara Bosnia pada bulan Desember.

www.belantaraindonesia.org

Ia berjalan sepanjang lebih dari 5.900 km dari Bosnia menuju Mekkah. Dalam sehari ia menuturkan mampu menemuh 12 sampai 20 mil. Turki, Yordania dan Suriah adalah beberapa negara yang berhasil disinggahi sebelum memasuki Arab Saudi.

Hadzic hanya berbekal tas punggung berisi Al-quran dan uang 200 euro. Selama perjalanan ia tidur di Masjid, sekolah, dan tempat - tempat lain, termasuk rumah - rumah warga sekitar yang berniat menolongnya.

www.belantaraindonesia.org

Berjalan sepanjang Asia tengah menuju Arab harus menempuh daerah penuh binatang liar dan gejolak perang. Nyatanya hal ini tak menyurutkan langkah Hadzic.

www.belantaraindonesia.org
www.belantaraindonesia.org

Mengapa harus takut, Allah selalu bersama saya," ungkapnya penuh yakin. Dan memang benar, kini Hadzic sudah berada di Mekkah bersama jutaan umat lainnya siap menjawab seruan Allah SWT, "Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaik, La Shareek Laka, Labbaik. Innal Hamdah, Wan Nematah, Laka wal Mulk, La Shareek Laka Labbaik."

www.belantaraindonesia.org

Sebuah buku yang baru diterbitkan mengungkapkan pengalaman Muslim mengalami kejahatan kebencian di Perancis. Buku ini mengeksplorasi bagaimana Muslim Perancis meyakini bahwa mereka adalah target dari kampanye Islamofobia yang didorong oleh lembaga, ideologi dan kebijakan negara. Tindakan diskriminasi, pelecehan dan Islamofobia menjadi tema sentral yang diungkapkan dalam buku baru yang berjudul “France and The Hated Society: Muslim Experiences” diterbitkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHCR) tersebut.
Buku ini banyak mengungkapkan berbagai pengalaman muslim Perancis dalam menanggung beban kejahatan kebencian anti-Muslim di negara tempat mereka tinggal yang mengaku sebagai negara yang menjunjung tinggi kebebasan.
Hasil studi dari buku ini melihat bagaimana lembaga-lembaga Perancis, budaya politik dan sikap terhadap Islam telah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat dan berbahaya terhadap umat Islam yang ada di negara itu.
Para pakar memperingatkan bahwa tindakan propaganda ofensif dan menghina media terhadap Islam sekarang sedang dilihat sebagai sesuatu yang normal di banyak kalangan di Eropa. Mereka berpendapat bahwa hal ini memungkinkan kelompok-kelompok sayap kanan, seperti Liga Pertahanan Inggris di Inggris dan Front Nasional di Perancis, secara terbuka mempromosikan kebencian mereka terhadap Islam, sehingga terjadilah serangan yang jauh lebih serius terhadap kaum Muslim di Barat.(fq/prtv)



Geert Wilders politikus Belanda, pemimpin partai sayap kanan, Partai Kebebasan, yang sangat terkenal di seluruh daratan Eropa, dan mendapatkan dukungan kalangan sayap kanan Eropa, yang mengkampanyekan anti Islam. Weelder, ketika berbicara dalam sebuah pertemuan di Denver, Kanada, menyerukan agar seluruh negara di Barat, melarang pembangunan masjid baru, Sabtu. Suara Wilders itu, seperti dinamit, yang meledak dengan keras, dan membangunkan kesadaran seluruh warga di daratan Eropa, tentang ancaman Muslim dan Islam. Wilders dengan sangat keras terus menerus melakukan kampanye di berbagai forum, yang menentang keberadaan imigran Muslim dari berbagai negara Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Wilders, menginginkan agar setiap otoritas di negara Barat, tidak memberikan kelonggaran dan izin terhadap aktivitas kalangan Muslim, termasuk pembangunan masjid.
Wilders menjadi pembicara tamu di KTT kelompok Konservatif Barat, di mana ia memperingatkan 1.000 tokoh konservatif terhadap bahaya Islam: "Jika kita tidak berhasil menghentkan terjadinya Islamisasi, kita akan kehilangan segalanya: identitas, budaya, sistem demokrasi, kebebasan, dan peradaban kita,", ungkap The Statesman Colorado.
Wilders adalah pendiri partai sayap kanan Partai Kebebasan di Belanda yang sekarang menjadi kelompok politik terbesar ketiga di negara itu.Wilders juga menulis buku : "Warning To The Death: Perang Islam melawan Barat dan Kita". Wilders, sekarang kemanapun mendapatkan pengawalan yang sangat ketat, sejak kalangan Islamis mengancam akan membunuhnya, karena penghinaan terhadap ajaran Islam.

Seruan Wilders  melarang  pembangunan masjid baru di seluruh Barat mendapatkan dukungan, diantaranya  Senator Kevin Grantham yang mengatakan, masyarakat Barat dan pemerintahannya  layak mempertimbangkan peringatan politisi Belanda itu", ujarnya.
"Anda tahu, kami harus mendengar lebih banyak tentang itu, karena, seperti kata dia, masjid tidak seperti gereja-gereja. Muslim memikirkan masjid lebih sebagai pijakan ke dalam masyarakat, sebagai pijakan ke masyarakat, lebih dalam budaya dan dalam arti nasionalis. Gereja-gereja kita - kita tidak merasa seperti itu, mereka tempat ibadah, dan masjid tidak hanya itu, dan kita perlu memperhitungkannya ketika menyetujui pembangunan dari mereka ", tambah Kevin.
Wilders juga memperingatkan terhadap setiap pemberian kesempatan bagi hukum Syariah (hukum Islam) - dalam setiap ruang sidang Barat, dan mengatakan itu sudah "terlambat" untuk menjaga Islam keluar dari negara ini, tambahnya.
"Negara Anda sedang menghadapi jihad siluman, upaya Islam untuk memperkenalkan hukum Syariah sedikit demi sedikit terus berlangsung," katanya kepada para audien yang berjumlah  1.000 peserta.
Wilders  mendesak anggota parlemen Amerika untuk mengabaikan, "Ejekan dari media liberal ... dan akan memberikan kekuatan kepada kalangan Islam", tegasnya. Wilders menginginkan adanya tindakan tegas dengan :  "Menghentikan imigrasi dari negara-negara Islam."
The Statesman Colorado melaporkan bahwa respon terhadap Wilders, sangat beragam: "Wilders menerima sambutan tepuk tangan dengan berdiri, dan diulang-ulang selama 45-menit ceramahnya".
"Saya tidak punya masalah dengan Muslim," kata Wilders dalam sambutannya. "Ada banyak kaum Muslim moderat. Saya selalu membuat perbedaan antara orang-orang dan ideologi. Ada muslim moderat memang banyak. Tapi percayalah, tidak ada yang namanya Islam moderat - hanya ada satu Islam, dan itu adalah sebuah ideologi. Berbahaya, dan totaliter, tidak toleran, cenderunga kepada kekerasan, yang tidak boleh ditoleransi oleh masyarakat Barat ", ujarnya.
Film Wilders "Fitna" yang sangat menghina kepada Islam, dan telah menimbulkan kecaman yang sangat luas di dunia Islam, dan film itu dirilis pada tahun 2008. Film dibuka dengan Quran diikuti dengan gambar serangan 9/11 dan pemboman Madrid dan London.
Wilders ditolak masuk ke Inggris pada tahun 2009 dengan alasan keamanan publik setelah ia menggambarkan Quran sebagai kitab yang mengajar kekerasan. Begitulah kaum kafir. Wilders telah pula menerbitkan tentang "buku fasis", dan dinilai telah  "Menghasut kebencian." Wilders tak lain, cecunguk Yahudi, yang terus menggembar-gemborkan anti Islam. mi



LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Seorang mantan mujahid asal Libya yang kini menjadi tokoh deradikalisasi di Inggris dan luar negeri mengatakan bahwa serangan di konsulat AS di Benghazi yang menewaskan dubes AS dan tiga staf diplomatik Amerika lainnya kemungkinan merupakan pembalasan atas pembunuhan terhadap pemimpin inti kelompok Al-Qaidah asal negara itu Syaikh Abu Yahya Al-Libi.
No'man Ben otman yang kini menjabat sebagai analis senior di Komunikasi Strategis dan Deradikalisasi di Quilliam Foundation yang berbasis di London, menyatakan pada hari Selasa bahwa serangan Benghazi tidak hanya "terencana," tetapi itu mungkin pembalasan atas serangan pesawat tak berawak Amerika yang menewaskan seorang warga Libya pemimpin inti dari kelompok Al-Qaidah awal tahun ini.

Yayasan Quilliam mengatakan bahwa 24 jam sebelum insiden Benghazi, pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, mendistribusikan video ke situs-situs jihadis di mana ia mengkonfirmasi gugurnya orang kedua dalam komando kelompok tersebut, yang dikenal sebagai Abu Yahya al-Libi, dan mendesak warga Libya untuk membalas pembunuhan itu.

Ben otman, mantan mujahid yang dulunya merupakan anggota dari sebuah faksi pejuang Islam anti Kadhafi yang dikenal sebagai Kelompok Pejuang Islam Libya, mengatakan bahwa menurut sumber-sumbernya, hampir 20 pejuang Islam telah disiapkan untuk serangan militer tersebut.

Quilliam Foundation mengatakan serangan terhadap Konsulat Benghazi berlangsung dalam dua gelombang. Setelah gelombang pertama, para pejabat AS diatur evakuasi dari Konsulat oleh pasukan keamanan Libya. ketika evakuasi itu berlangsung, gelombang kedua serangan diluncurkan terhadap pejabat AS yang sudah dipindahkan ke lokasi yang seharusnya aman, Quilliam mengatakan.

Sementara itu Eurasia Group, sebuah perusahaan konsultan strategis, mengatakan bahwa ia juga percaya bahwa "serangan terhadap konsulat adalah respon yang didalangi oleh kelompok Salafi jihadi terorganisir."
Duta Besar AS Christopher Stevens, Petugas Layanan Luar Negeri Sean Smith dan dua orang Amerika lainnya yang belum teridentifikasi tewas ketika kawanan bersenjata menyerbu konsulat dan rumah perlindungan untuk warga AS lainnya di Benghazi pada hari Selasa yang dikatakan sebagai protes atas kemunculan sebuah film buatan seorang sutradara keturunan Israel-Amerika Sam Bacile yang  merendahkan Islam dan Nabi Muhammad. (by/Reuters)
Ket: Massa yang menyerang konsulat AS di Benghazi mempertontonkan mayat dari Duber AS untuk Libya, Christopher Stevens



BARCELONA.SPANYAOL.(voa-islam.com) – Pemain bola asal Prancis yang bermain di klub Barcelona Spanyol, Eric Abidal, menyatakan kemarahannya terhadap film yang melecehkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang baru-baru ini kemali menyakiti hati ummat Islam.
Pria yang bernama lengkap Eric Bilal Abidal itu berkata kepada harian Spayol “Marca” Jum’at 14 Septemer 2012 “Rasulullah adalah sebaik-sebaik makhluk ciptaan Allah dan tidak boleh dirusak citranya dengan cara ini, dan saya bangga memeluk agama Muhammad” tutur pria kelahiran Lyon, Perancis.
Pemain bola lain asal Sudan yang mendedikasikan dolnya di konfederasi Afrika  sebagai bentuk protes terhadap film anti Islam dan Rasulullah dengan gayanya sendiri.
Reporter Anatolia di Khortoum bahwa pemain Sudan dari klub Al-Hilal Sudan, Mudasssar Careca, saat mencetak gol ke gawang klub inter dalam pertandingan yang mempertemukan kedua klub tersebut di ibukota Khortoum Jum’at sore, dia membuka kaosnya dan memperlihatkan tulisan di kaos dalamnya "إلا رسول الله"  (hanya Rasulullah) sebagai bentuk dukungan kepada Rasulullah dan penolakan atas hujatan yang dialamatkan kepada beliau.
Semua muslim tidak akan menerima penghinaan apapun kepada Rasulullah terlebih lagi mereka yang ikhlas dalam berjuang, pasti mengorbankan nyawa dan mempersemahkan lehernya untuk membela kehormatan Rasulullah.(usamah/islam)

https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/601555_485578518133410_1889762105_n.jpg 
LONDON — Sebuah program televisi terbaru di Inggris tentang sejarah Islam telah memicu kontroversi dan kemarahan umat Muslim karena pengarang program dituding telah mengabaikan bukti-bukti sejarah tentang asal mula ajaran Islam.
Diprakarsai oleh sejarawan Tom Holland, program baru yang berisi sejarah Islam ditayangkan pekan lalu di saluran Channel 4.
Badan Akademi Riset dan Edukasi Islam, Islamic Education and Research Academy menilai bahwa Holland telah mengabaikan dan tidak mempedulikan kekayaan tradisi sejarah Islam.
Program bertajuk “Islam: the Untold Story” menampilkan Tom Holland dengan pakaian bergaya film Indiana Jones, dan tampak berjalan melintasi Semenanjung Arab, berbicara dengan suku Beduin lokal dan memeriksa berbagai artefak sejarah tentang asal mula Islam.
Dari hasil pengamatannya, Tom Holland menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW mungkin bukan berasal dari Mekah dan mengklaim bahwa kitab suci Alquran hanya sedikit atau tidak memiliki referensi dengan kota suci umat Muslim itu.
Ia juga mempertanyakan apakah Islam memang benar-benar eksis sebagai ajaran khusus dan masuk akal selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Namun program itu memicu kemarahan publik. Banyak pengguna jejaring sosial Twitter menuding pengarang Inggris itu mencoba menghancurkan sejarah Islam. Banyak juga yang menuduh Holland berpikiran ‘bodoh’ karena menganggap Islam sebagai sebuah agama buatan.
Program ini langsung memicu 500 pengaduan baik terhadap pihak regulator televisi Ofcom dan saluran Channel 4. Ini bukan pertama kalinya ditayangkan program tentang orang Muslim di televisi Inggris yang memicu kontroversi.
Pekan lalu, sebuah serial komedi sitkom produksi BBC, “Citizen Khan’ telah memicu pro dan kontra di kalangan umat Muslim Inggris. Sebagian menilai sitkom itu bertujuan untuk memperbaiki stereotip negatif. Namun sebagian lainnya menuduh acara itu telah menghina dan mempermalukan Islam.
Holland sendiri ngotot mempertahankan argumen dengan menganggap Islam sebagai sebuah subyek penelitian yang sah. Namun Islamic Academy Inggris menuding Holland telah mengabaikan bukti-bukti sejarah yang jelas tentang asal mula ajaran Islam, beberapa di antaranya termasuk di dalam sejarah awal ajaran Kristen pada abad ketujuh.
“Penegasan Tom Holland bahwa tidak ada bukti sejarah tentang asal mula ajaran Islam pada abad ketujuh jelas bukanlah pernyataan yang akurat secara historis. Presentasinya cenderung berat sebelah dalam program itu karena ia mengabaikan pandangan para ahli lain,” demikian pernyataan dari badan akademi Islam ini.
Umat Muslim di Inggris mencapai sekitar 2,5 juta jiwa. Mereka kerap mengeluh tentang kampanye media barat yang mencemarkan citra Islam dan umat Muslim. Sebuah studi terkini yang diselenggarakan pemerintah menunjukkan bahwa berbagai kisah negatif dan tidak seimbang di media massa Inggris telah memburukkan citra minoritas Muslim dan Islam dengna penyebaran berbagai prasangka negatif dan menganggap mereka sebagai musuh dari dalam.
Studi sebelumnya juga menuding media massa dan industri film telah sengaja meningkatkan Islamfobia dan prasangka buruk dengan menggambarkan orang Muslim sebagai orang yang berbahaya dan suka kekerasan.

komunitas_muslim_inggris
GAZA – Anne William Kennedy menjadi orang Inggris paling anyar masuk Islam. Anne menjadi bagian dari gelombang besar orang Inggris pindah agama dan memilih menjadi muslim.
Anne memiliki dua gelar sarjana yakni ilmu ekonomi dan ilmu politik. Dia juga meraih gelar master di bidang filsafat, sebelumnya ia mengajar agama di London. Dia menyatakan masuk Islam pada Sabtu, 21 Juli 2012, di kantor pusat Palestine Scholars Association di Gaza, Palestina.
Identitas lama pun ia tanggalkan. Anne berganti jadi Khadijah Hassan, terinspirasi nama istri Nabi Muhammad. Seperti dimuat Press TV, Khadijah menyatakan keputusannya masuk Islam setelah ia mendapatkan informasi tentang Allah, dan bahwa Islam adalah agama yang unik, damai, dan mencerahkan.
Begitu masuk Islam, dia kontan mengenakan jilbab dan ikut menunaikan ibadah puasa. Karenanya, Ramadhan ini menjadi kali pertama baginya menahan lapas dan haus dari pagi hingga petang selama sebulan.
Pilihan kepada Islam tampaknya memang fenomenal. Untuk kasus Inggris, seperti dikabarkan situs Al Jazeera awal Januari 2011 lalu, laporan Kevin Brice of Swansea University di Inggris mengungkapkan jumlah warga Britania Raya yang masuk Islam hampir dua kali lipat dari dekade sebelumnya, sekitar 100.000 orang di tahun 2010. Dibandingkan 60.000 orang pada 2001.
Setengah dari para mualaf adalah perempuan kulit putih, dan rata-rata berusia 27 tahun. Fiyaz Mughal, pendiri dan direktur Faith Matters me-ngatakan, di usia itu menunjukkan mereka telah berpikir panjang untuk memeluk Islam. Membantah anggapan banyak orang Barat bahwa para mualaf adalah mereka yang “muda dan gampang dimanipulasi”.
Satu dari mualaf itu adalah Lauren Booth, ipar mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Wartawan Press TV itu masuk Islam pada Oktober 2010. “Jalan saya menuju Islam bermula dari sebuah kesadaran dari adanya kesenjangan dari informasi tentang dunia Islam yang dijejalkan dalam otak saya, dan kenyataan yang saya saksikan,” kata Booth.
Saat berkunjung ke Iran pada September 2012, Booth menyaksikan umat muslim berwudu, bersujud, dan melantunkan doa-doa di masjid. Sebuah adegan yang membuat bulu kuduknya berdiri. “Apa yang saya saksikan sangat berbeda dengan pandangan barat selama ini.” //agus wahyudin


salat
ATHENA — Para jamaah muslim terpaksa melaksanakan salat di ruang bawah tanah. Sejak dulu umat Islam mendambakan sebuah masjid agung untuk mengakomodasi kebutuhan agama di kalangan minoritas muslim.
Sekalipun mendapat keberatan dari Gereja Ortodoks, pemerintah berjanji akan membangun sebuah masjid di Athena untuk melayani minoritas muslim yang terus berkembang. Semua umat agama lain termasuk Yahudi dan Budha, memiliki tempat ibadah sendiri, hanya umat Islam yang tak punya.
Namun krisis ekonomi dan kebencian publik terhadap masjid yang berkaitan dengan Kesultanan Ottoman membuat pemerintah tak dapat memenuhi janji untuk membangun masjid. Akibatnya muslim Yunani tak punya pilihan lain selain menggunakan lantai bawah tanah apartemen, kedai kopi, garasi dan gudang untuk salat.
Sejak kekuasaan Ottoman berakhir pada awal 1800-an, Athena tak punya masjid. Sekitar 130 basement atau gudang tanpa jendela dan ventilasi di Athena menjadi masjid darurat untuk 200.000 umat Islam. Puluhan ribu imigran salat di rumah dan harus berjalan ratusan kilometer ke utara Yunani untuk pernikahan, pemakaman dan seremoni lain. Muslim mewakili sekitar 1,3 persen. Athena dihuni sekitar 100.000 muslim keturunan Albania, Mesir, Pakistan, Bangladesh, Maroko, Suriah dan Nigeria.//onislam/meidia


Sunatan Masal
LONDON — Berbagai kelompok Muslim dan Yahudi Eropa bersatu dalam membela praktek sunat bagi anak laki-laki untuk alasan agama setelah sebuah pengadilan wilayah di Jerman memutuskan bahwa sunat dapat membahayakan tubuh.
Dua kelompok umat beragama dalam pernyataan bersama menegaskan bahwa praktek ini adalah hal pokok dalam agama mereka dan menyerukan agar sunat mendapat perlindungan hukum.
Putusan yang dikeluarkan pengadilan Koln tidak berlaku untuk seluruh wilayah Jermah. Putusan ini juga dikecam parlemen Israel. Namun Asosiasi Medis Jerman memberitahu para dokter agar tidak melakukan sunat.
Ribuan anak laki-laki Muslim dan Yahudi menjalani sunat di Jerman setiap tahun. Kesepakatan bersama ini ditandatangani oleh para pemimpin berbagai kelompok termasuk Pusat Rabbi Eropa, Parlemen Yahudi Eropa, Asosiasi Yahudi Eropa, Serikat Orang Islam-Turki untuk Urusan Agama dan Pusat Islam Brussels.
Mereka menganggap larangan sunat bertentangan dengan hak-hak agama dan kemanusiaan. Menurut dua pemimpin Islam dan Yahudi, sunat adalah ritual kuno yang menjadi hal utama dalam Islam dan Yahudi.
Para pemimpin Islam dan Yahudi mendesak parlemen dan seluruh partai politik Jerman untuk campur tangan dalam membatalkan keputusan pengadilan Koln.
Mereka juga bertemu dengan anggota parlemen Eropa dan Bundestag Jerman untuk mengungkapkan kemarahan mereka dan mendesak parlemen Jerman untuk membuat proteksi hukum yang jelas untuk sunat.
Putusan pengadilan Koln dikeluarkan menyusul kasus hukum yang melibatkan seorang dokter yang melakukan sunat atas permintaan orangtua terhadap seorang bocah laki-laki berusia empat tahun yang berakibat komplikasi medis.
Menurut pengadilan, anak berusia empat tahun belum cukup usia untuk memberikan persetujuan bila bagian tubuhnya disunat dan orangtua semestinya menunggu anak berusia lebih tua lagi agar anak dapat membuat keputusan.
Pengadilan memutuskan bahwa hak anak untuk keutuhan fisik melebihi hak agama dan hak orangtua. Namun pengadilan tidak memberikan batas usia minimum untuk sunat.
Dokter yang terlibat kasus itu akhirnya dibebaskan dari tuntutan dan putusan itu tidak bersifat mengikat. Namun berbagai kritik muncul karena kuatir bila kasus ini dapat menjadi preseden yang akan diikuti oleh pengadilan wilayah lain di Jerman.
Umat Islam di Jerman mencapai 4 juta jiwa dan Yahudi 120.000 jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan hampir satu dari tiga pria di bawah usia 15 tahun telah disunat.(bbc/onislam/meidia)


sejarah islam di tv inggris
LONDON — Sebuah program televisi terbaru di Inggris tentang sejarah Islam telah memicu kontroversi dan kemarahan umat Muslim karena pengarang program dituding telah mengabaikan bukti-bukti sejarah tentang asal mula ajaran Islam.
Diprakarsai oleh sejarawan Tom Holland, program baru yang berisi sejarah Islam ditayangkan pekan lalu di saluran Channel 4.
Badan Akademi Riset dan Edukasi Islam, Islamic Education and Research Academy menilai bahwa Holland telah mengabaikan dan tidak mempedulikan kekayaan tradisi sejarah Islam.
Program bertajuk “Islam: the Untold Story” menampilkan Tom Holland dengan pakaian bergaya film Indiana Jones, dan tampak berjalan melintasi Semenanjung Arab, berbicara dengan suku Beduin lokal dan memeriksa berbagai artefak sejarah tentang asal mula Islam.
Dari hasil pengamatannya, Tom Holland menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW mungkin bukan berasal dari Mekah dan mengklaim bahwa kitab suci Alquran hanya sedikit atau tidak memiliki referensi dengan kota suci umat Muslim itu.
Ia juga mempertanyakan apakah Islam memang benar-benar eksis sebagai ajaran khusus dan masuk akal selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Namun program itu memicu kemarahan publik. Banyak pengguna jejaring sosial Twitter menuding pengarang Inggris itu mencoba menghancurkan sejarah Islam. Banyak juga yang menuduh Holland berpikiran ‘bodoh’ karena menganggap Islam sebagai sebuah agama buatan.
Program ini langsung memicu 500 pengaduan baik terhadap pihak regulator televisi Ofcom dan saluran Channel 4. Ini bukan pertama kalinya ditayangkan program tentang orang Muslim di televisi Inggris yang memicu kontroversi.
Pekan lalu, sebuah serial komedi sitkom produksi BBC, “Citizen Khan’ telah memicu pro dan kontra di kalangan umat Muslim Inggris. Sebagian menilai sitkom itu bertujuan untuk memperbaiki stereotip negatif. Namun sebagian lainnya menuduh acara itu telah menghina dan mempermalukan Islam.
Holland sendiri ngotot mempertahankan argumen dengan menganggap Islam sebagai sebuah subyek penelitian yang sah. Namun Islamic Academy Inggris menuding Holland telah mengabaikan bukti-bukti sejarah yang jelas tentang asal mula ajaran Islam, beberapa di antaranya termasuk di dalam sejarah awal ajaran Kristen pada abad ketujuh.
“Penegasan Tom Holland bahwa tidak ada bukti sejarah tentang asal mula ajaran Islam pada abad ketujuh jelas bukanlah pernyataan yang akurat secara historis. Presentasinya cenderung berat sebelah dalam program itu karena ia mengabaikan pandangan para ahli lain,” demikian pernyataan dari badan akademi Islam ini.
Umat Muslim di Inggris mencapai sekitar 2,5 juta jiwa. Mereka kerap mengeluh tentang kampanye media barat yang mencemarkan citra Islam dan umat Muslim. Sebuah studi terkini yang diselenggarakan pemerintah menunjukkan bahwa berbagai kisah negatif dan tidak seimbang di media massa Inggris telah memburukkan citra minoritas Muslim dan Islam dengna penyebaran berbagai prasangka negatif dan menganggap mereka sebagai musuh dari dalam.
Studi sebelumnya juga menuding media massa dan industri film telah sengaja meningkatkan Islamfobia dan prasangka buruk dengan menggambarkan orang Muslim sebagai orang yang berbahaya dan suka kekerasan.

MANCHESTER -- Roberto Mancini bisa bernafas lega. Itu setelah di laga pembuka Liga Primer Inggris anak asuhnya mengalahkan Southampton, 3-2 di Etihad Stadium, Ahad (19/8) malam. Namun sorotan pertandingan itu tertuju pada selebrasi yang dilakukan Samir Nasri. Gol ketiganya menjadi penentu raihan tiga angka Manchester City.
Usai mencetak gol, gelandang asal Perancis tersebut berlari ke pojok lapangan sembari membuka jersey. Dia menunjukkan kepada kamera sebuah pesan di kaos dalam yang dikenakannya. "Ied Mubarak," begitu bunyi pesan itu.
Nasri merayakan golnya di hari ketika dia tengah merayakan Idul Fitri. Kebahagiaan di tengah momen lebaran mampu dikonversikannya dengan bermain penuh determinasi di lapangan. Tidak salah dia menjadi penyelamat the Citizen di laga perdana resmi mereka.
Sekitar tiga jam sebelum kick off, Nasri sudah menyampaikan pesan selamat Hari Raya Idul Fitri kepada penggemarnya. Lewat akun twitter-nya, @SamNasri19, ia berbagi kebahagiaan menyambutnya datangnya hari kemenangan dan penuh kemuliaan. "Aid mabrouk a tous les musulman, Eid Mubarak to all the Muslims (Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi semua kaum Muslim di dunia)" kicau mantan pemain Arsenal itu.
Cara Samir Nasri Ucapkan Selamat Idul Fitri
Samir Nasri saat merayakan gol ke gawang Southampton

Kebahagiaan juga dirasakan Edin Dzeko. Pencetak gol kedua City tersebut juga sedang merayakan lebaran. "Bajram Serif Mubarek Olsun! Eid Mubarak! May Allah bless you and your families with happines (Semoga Allah memberkati kita dan keluarga kita dengan .penuh kebahagiaan)," ujar pemain timnas Bosnia itu.

Masjid Zakariyya

Di Peace Street 20 Bolton Inggris, berdiri sebuah gedung besar berkubah yang amat berwibawa, yang lengkap dengan menara. Tempat itu ramai dikunjungi warga Bolton, terutama yang memeluk Islam, bahkan tiap pekannya, ribuan umat Islam hadir di tempat ini, guna melaksanakan shalat Jumat. Gedung itu tidak lain adalah Masjid Zakariyya.
 
Sejarah berdirinya masjid itu, bukanlah kisah yang singkat. Kala itu antara tahun 1965 hingga 1967 umat Islam Bolton dan Balckburn belum memiliki tempat permanen untuk melaksanakan shalat.

Untuk melakukan shalat Jumat saja, mereka melaksanakannya di The Aspinal, sebuah diskotik dan tempat dansa yang digunakan di malam hari, sedang siangnya di hari Jumat tempat itu dibersihkan para relawan guna dijadikan sebagai tempat melaksanakan shalat Jumat.
 
Karena jumlah jama'ah semakin bertambah, maka diperlukan tempat besar yang permanen. Dan dimulailah pencarian bangunan yang bisa digunakan sebagai masjid sekaligus islamic center. Pada tahun 1967, ada penawaran pembelian gedung bekas gereja komunitas Metodis, yang terpaksa dijual karena terbakar. Dengan dana sebesar 2750 pound sterling dari komunitas Muslim lokal, akhirnya bangunan itu menjadi milik umat Islam. Bangunan itulah yang kini disebut Masjid Zakariyya itu.
 
Tidak hanya Masjid Zakariyya, beberapa masjid Inggris pun memiliki kisah yang hampir sama dengan kisah masjid kebanggan Muslim Bolton itu, yakni sama-sama berasal dari gereja yang dijual, baik karena kehilangan pengikut, atau karena sebab lainnya. 
 
Berikut ini masjid-masjid yang dulunya merupakan gereja:
 

Masjid Brick Lane

Masjid Jami' London
Tempat ibadah ini juga dikenal dengan sebutan masjid Brick Lane, karena posisinya di Brick Lane 52. Bangunan berdinding bata merah itu, merupakan masjid terbesar di London, yang mampu menampung 4000 jama'ah. Walau demikian luas, masjid ini belum bisa menampung seluruh anggota jama'ah shalat Jumat, hingga sering kali jama'ah meluber ke jalan raya. Mayoritas anggota jama'ah merupakan keturunan Banglades, hingga wilayah tersebut disebut Banglatow.
 
Masjid ini memiliki sejarah yang sangat unik dan panjang. Awalnya, bangunan yang didirikan sejak tahun 1743 ini adalah gereja Protestan. Dibangun oleh komunitas Huguenot, atau para pemeluk Protestan yang lari dari Prancis untuk menghindari kekejaman penganut Katolik. Akan tetapi, karena jama'ahnya menurun, maka gereja ini dijual.
 
Di tahun 1809, bangunan ini digunakan masyarakat London untuk mempromosikan Kristen kepada para pemeluk Yahudi, dengan cara mengajarkan Kristen dengan akar ajaran Yahudi. Tapi, program ini juga gagal. Dan bangunan diambil oleh komunitas Metodis pada tahun 1819.
 
Komunitas Metodis cukup lama "memegang" gereja ini. Walau demikian, pada tahun 1897, tempat ini diambil oleh komunitas Ortodok Independen dan berbagi dengan Federasi Sinagog yang menempati lantai dua.
 
Tapi tahun 1960-an komunitas Yahudi menyusut, karena mereka pindah ke wilayah utara London, seperti Golders Green dan Hendon, sehingga bangunan ditutup sementara, dan hal itu berlanjut hingga tahun 1976. Setelah itu gedung itu dibuka kembali, dengan nama barunya, Masjid Jami' London.

Masjid Didsburry

Masjid Didsbury
Masjid ini terletak di Burton Road, Didsbury Barat, Manchester. Gedung yang digunakan sebelumnya merupakan bekas gereja komunitas Metodis, yang bernama Albert Park. Gedung ini tergolong bangunan kuno, karena telah beroprasi sejak tahun 1883. Akan tetapi, pada tahun 1962 gereja ditutup, dan beralih menjadi masjid dan islamic center. Masjid ini, kini mampu menampung 100 jama'ah, dan yang bertanggung jawab sebagai imam dan khatib hingga kini adalah Syeikh Salim As Syaikhi.
 

Masjid Brent

Masjid Brent
Terletak di Chichele Road, London NW2, dengan kapasitas 450 orang, dan dipimpin oleh Syeikh Muhammad Sadeez. Awalnya, bangunan itu merupakan gereja. Hingga kini ciri bentuknya tidak banyak berubah. Hanya ditambah kubah kecil berwarna hijau di beberapa bagian bangunan dan puncak menara.
 
Masjid New Peckham
Didirikan oleh Syeikh Nadzim Al Kibrisi. Terletak di dekat Burgess Park, tepatnya di London Selatan SE5. Kini masjid ini berada di bawah pengawasan Imam Muharrim Atlig dan Imam Hasan Bashri. Sebelumnya, gedung masjid ini merupakan bekas gereja St Marks Cathedral.

Masjid Sentral Wembley 

Masjid Sentral Wembley
Masjid ini terletak di jantung kota Wembley, dekat dengan Wembley Park Station. Daerah ini memiliki komunitas Muslim besar dan banyak toko Muslim yang berada di sekitarnya. Gedung masjid ini sebelumnya juga merupakan bekas gereja. Walau sudah terpasang kubah di puncak menaranya, tapi kekhasan bangunan gereja masih nampak jelas. Dengan demikian, siapa saja yang melihatnya, akan mengetahui bahwa bangunan itu dulunya adalah gereja.
 
Masjid Jami Essex
Selain masjid-masjid di atas, sebuah gereja bersejarah di Southend juga sudah dibeli oleh Masjid Jami' Essex dengan harga 850 ribu pound sterling. Gereja dijual, karena jama'ah berkurang, sehingga kegiatan peribadatan dipusatkan di Bournemouth Park Road. Konseskuensinya, gereja ini sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006 lalu. Rancananya gereja akan dijadikan apartemen, tapi gagasan itu ditolak oleh Dewan Southend. Akhirnya, gereja kosong itu dibeli oleh komunitas Muslim yang tinggal di kota itu, yang juga sedang membutuhkan tempat untuk melaksanakan ibadah.
 
Saat itu jumlah komunitas ini mencapai 250 orang, "gereja bekas" itu merupakan tempat yang sesuai, karena mampu menampung 300 jamaah. Tidak banyak dilakukan perubahan pada bentuk bangunan yang telah berumur 100 tahun lebih itu, hanya perlu menambah tempat untuk berwudhu dan sebuah menara.

Seorang ulama Muslim dari Tatarstan, Rusia, ditembak mati dan seorang luka-luka dalam serangan bom di kota besar daerah itu, Kazan, Kamis (20/7).
 
Ulama dari Tatarstan, Ildus Faizov, luka-luka dalam ledakan bom mobil, dan mantan wakilnya Valiulla Yakupov, ditembak mati di luar rumahnya dalam serangan yang terlihat terkoordinasi.


Ildus Faizov, ulama Tatarstan mengalami luka-luka dalam ledakan mobil di Kazan, 700 kilometer sebelah timur Moskow (14/7).
​​Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan itu merupakan tanda yang serius atas ketegangan yang meningkat di wilayah itu. Ia memerintahkan dinas keamanan negara untuk mencari dan menghukum orang-orang yang bertanggung-jawab.

Pihak berwenang Rusia mengatakan mereka telah menahan empat orang yang dicurigai melakukan serangan tersebut..

Para penyelidik yang berbasis di Moskow mengatakan mereka yakin kedua ulama itu diserang karena menganjurkan praktek-praktek Islam moderat dan melawan penyebaran radikalisme ke Tatarstan dari daerah Kaukasus yang lebih rawan di Rusia selatan.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget