Articles by "Islam Nasional"

NGANJUK  - Sekitar 50 santri dan pengurus pondok pesantren Darul Akhfiya yang terletak di Desa Kepuh, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dibawa ke markas Polres Nganjuk.  Tak main-main, mereka difitnah terlibat jaringan teroris, dan dibawa aparat kepolisian pada Selasa (13/11) dini hari.
Puluhan polisi dengan membawa senjata lengkap mendatangi pondok yang jaraknya tidak begitu jauh dari jalan raya utama, yang menghubungkan Provinsi Jatim dengan Provinsi Jateng tersebut.
Mereka membawa 50 santri, termasuk pengasuh pondok yang bernama Nasiruddin Ahmad alias Landung Tri Bawono (34), asal Sukoharjo, Solo.
Awalnya, petugas membawa mereka ke markas Polsek Kertosono, Kabupaten Nganjuk, tapi kemudian mereka dievakuasi ke Polres Nganjuk. Mereka dibawa menggunakan bus untuk diangkut ke Polres Nganjuk
Kronologis Fitnah Keterlibatan Ponpes Darul Akhfiya Terhadap Kasus Terorisme
Dari kronologis yang dikirimkan pihak pondok pesantren Darul Akhfiya kepada redaksi voa-islam.com, jelas tercium skenario busuk dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengusir para santri di pondok pesantren tersebut.
Pada tanggal 9 November 2012, di lokasi pondok didatangi sejumlah aparat desa, pertanyaan yang diajukan; pertama, masalah perijinan dan yayasan. Kedua, keberadaan pondok meresahkan masyarakat.
Ustadz Nashir selaku pengurus pondok pesantren tersebut pun memberikan penjelasan dengan baik. “Maaf pak masyarakat mana yang bapak anggap resah, sedangkan kami disini seringkali diundang untuk mengisi khutbah Jumat stiap sholat Jumat, kami juga sering diundang untuk melakukan kerja bakti pembangunan masjid-masjid, dan masyarakat juga senang dengan keberadaan pondok karena kami juga sering membantu warga masyarakat dalam proses pemanenan hasil pertanian.
Coba bapak tunjukkan mana yang meresahkan, kalau meresahkan pastinya warga tidak mengundang kami bahkan seringkali makan kami juga dijamin oleh warga sekitar," jawab ustadz Nashir.
Mendengar jawaban diplomatis tersebut aparat desa tidak menggubris perkataan ustadz Nashir dan tetap bersikukuh untuk segera menghentikan aktivitas pondok dan mengosongkan lokasi pondok.
Hari Senin, 12 November 2012 ketika rapat di balai desa, keputusannya adalah pemaksaan agar para santri dan pengurus segera meninggalkan lokasi pondok pada hari Senin tanggal 12 November 2012 paling lambat jam 16:00 WIB.
Karena pihak aparat desa tidak bisa menunjukkan alasan yang tepat maka para asatidz dan santri tidak mengindahkan pernyataan aparat desa tersebut.
Pada akhirnya pada pukul 17:30 WIB, ada pengerahan massa sejumlah puluhan orang dari masyarakat ke lokasi pondok untuk menekan keberadaan pondok pesantren tersebut.
Menurut kesaksian warga sekitar, massa yang datang menentang dan mengusir santri pondok pesantren diduga kuat bukan berasal dari desa tersebut.
“Kapan mulih iki jarene di pakani rawon iki rokokku yo entek” (ini katanya mau dikasih makan rawon, trus rokokku juga udah habis!) ujar salah satu massa yang hadir saat itu.
Ada indikasi bahwa mereka adalah orang-orang bayaran yang dipersiapkan aparat desa untuk melakukan aksi massa.
Warga sekitar mengungkapkan jika sebagian yang datang dalam kerumunan massa tersebut ‘anggota’ atau aparat berpakaian preman.
Warga Merasa Senang atas Keberadaan Pondok Pesantren
Pernyataaan aparat desa beserta aparat keamanan bahwa warga menolak Pondok Pesantren Darul Akhfiya sangat bertentangan dengan realita di lapangan.
Masyarakat sekitar justru sangat senang dan bersyukur adanya pondok pesantren di lingkungan mereka. Hal ini seperti pernyataan bapak Gani menceritakan komentar dari bapak Amin bahwa sebagai jamaah masjid Al Fattah senang para santri turut kerja bakti di masjid.
“kami sangat senang karena santri sering mengadakan kerja bakti di masjid ini, dan juga membantu mengikis paham-paham Islam abangan di desa ini” ujar pak Ghani.
Memang salah satu kegiatan dari Ponpes Darul Akhfiya adalah membantu membersihkan masjid-masjid di sekitar. Diantara masjid yang sudah dibantu adalah Masjid Al Fattah, Masjid Al Raudloh, dan Masjid Al Ikhlas.
Massa Bayaran
Massa tidak dikenal yang mendatangi dan melakukan penolakan terhadap pondok pesantren disinyalir adalah massa bayaran dari aparat desa Kepuh Selatan yang letaknya 500M dari pondok Pesantren.
“yang tidak setuju itu dari sana mas dari desa kepuh selatan, letaknya 500M dari pondok,” ujar pak Gani, warga sekitar pondok.
Ketika terjadi konsentrasi massa itu, pihak kepolisian justru membawa para santri dan pengurus Ponpes ke Polsek setempat. Bukannya mengamankan Ponpes dari massa yang tidak jelas, polisi justru melakukan penggeledahan di lokasi pesantren tanpa didampingi pihak/pengurus ponpes, pengacara, ataupun aparat desa setempat.
Bahkan tersebar berita di media massa bahwa telah ditemukan senjata laras panjang, alat memanah, dan sebagainya, seakan-akan aparat berupaya memberikan stigma bahwa pesantren tersebut adalah sarang teroris.
Siang ini setelah didatangi penasehat hukum, pihak Polres menyatakan tidak ada satupun dari 49 orang yang diamankan dari Pesantren terkait terorisme ataupun kegiatan yang melanggar hukum lainnya dan hari ini akan dipulangkan. Sementara opini yang berkembang di media sudah sedemikian santernya mendiskreditkan citra pesantren tersebut. [Ahmed Widad]

BIMA  - Ustadz Muhammad Khairi alias Jipo akhirnya dimakamkan di kampung halamannya, Bima, Nusa Tenggara Barat.
Ustadz Khairi, sapaan akrabnya sebelumnya adalah seorang guru di Pondok Pesantren Umar bin Khattab (UBK) Bima, sebelum pondok pesantren tersebut digerebek oleh Densus 88.
Ia menjadi korban penembakan Densus 88 yang gugur saat penangkapan di Desa Karola, Poso Pesisir, Sulawesi Tengah, Rabu (31/10/2012). Bersamaan dengan itu, Densus 88 juga menangkap MR dan RH yang kini berada di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Jenazah ustadz Khairi yang gugur di Poso itu lalu dibawa Densus 88 ke R.S. Polri, Kramat Jati, Jakarta untuk diidentifikasi.
Menurut pihak keluarga sempat terjadi negosiasi a lot dengan pihak Densus 88 yang meminta agar jenazah dimakamkan di Jakarta. Namun pihak keluarga tetap bersikukuh agar ustadz Khairi dimakamkan di Bima.
Akhirnya, setelah 2 minggu berselang dan identifikasi selesai pihak Densus 88 memulangkan jenazah ustadz Khairi ke Bima. Tiba di Mataram disambung sebuah ambulan milik yayasan masjid Al-Abror, Ampenan, kota Mataram, melaju menuju desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, NTB. Selasa (13/11/2012) pagi, sekitar pukul 10.20 WITA ambulan itu tiba di Desa Rato dengan bunyi sirine yang membuat umat Islam Bima terperanjat.
Berbeda dengan apa yang dikhawatirkan pihak kepolisian bahwa proses pemakaman akan ditolak oleh warga, pada kenyataannya justru sekitar seribu orang menyambut kedatangan jenazah ustadz Muhammad Khairi dengan pekikan takbir dan isak tangis.
Lantunan nasyid laa tahzanu para tamu yang bertakziah semakin menambah keharuan. Dua sepanduk pun terpampang didepan rumah. Sepanduk dengan huruf kapital itu bertuliskan, “ SELAMAT DATANG SYUHADA POSO” dan “KITA SAMBUT SYARIAT ISLAM DENGAN IMAN, HIJRAH, DAN JIHAD FIISABILILLAH ALLAHU AKBAR!”
Jenazah dibawa ke rumah orang tua ustadz Khairi untuk mengganti kain kafan. Sekitar jam 10.30 WITA selesai dikafankan, kemudian beberapa wakil dari teman dekat ustadz Khairi diberikan kesempatan terakhir kalinya untuk menyaksikan jenazah.
Terlihat beberapa bagian tubuh terluka yaitu bagian kepala/pelipis, lengan kanan, paha kiri dan ada belahan dari leher sampai bawah pusar.
Ustad Muhammad Taqiuddin yang merupakan jurubicara dari pihak keluarga sekaligus perwakilan dari Forum Umat Islam (FUI) Bima, menyatakan dengan tegas bahwa telah terjadi keganjilan-keganjilan dari proses otopsi, dimana terlihat dari dada ustadz Muhammad Khairi ada bekas jahitan panjang, yang mana bekas tersebut tidak berkaitan langsung dengan bekas luka tembak yang mengenai beliau, yaitu di pelipis kiri dan di paha.
Pihak keluarga serta FUI Bima, menyatakan bahwa besar kemungkinan pihak Densus 88 telah mengambil sebagian dari organ tubuh ustadz Muhammad Khairi, karena nampak dari keganjilan-keganjilan jenazah tersebut.
Setelah itu, jenazah lalu disholatkan di Masjid Al-Amin Desa Rato, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima NTB oleh sekitar seribu orang. Sholat jenazah tersebut dipimpin oleh ustadz Abdul Hakim.
Selesai disholatkan jenazah langsung diantar ke pemakaman. Teman-teman ustadz Khairi pun berebut menghantarkan jenazah dalam keranda, bersamaan dengan itu Masyarakat Desa Rato pun turut berkerumun menyaksikan pemakaman ustadz Khairi.
Sementara itu, sejumlah warga yang hadir menyaksikan tanda-tanda kesyahidan yang sangat jelas terlihat dari jenazah ustadz Khairi.
  1. Keringat mengucur dibagian kening
  2. Darah segar mengalir dihidung mulut dan di bagian paha
  3. Bau wangi tercium sangat menyengat
  4. Seluruh bagian tubuh lentur sebagai mana orang yang masih hidup
  5. Senyum, sebagai mana orang yang sedang berbahagia
  6. Jenazah sudah 13 hari tetapi jasadnya seperti baru meninggal
  7. Sekitar seribu orang mensholatkannya
Proses penguburan diakhiri dengan sambutan keluarga yang diwakili oleh ustadz Azmi bin Mustafa. Selain menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf, terutama kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Rato yang telah menerima kedatangan jenazah, beliau pun bersumpah bahwa beliau benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri tanda-tanda kesyahidan, seperti yang disebut diatas.
Selama proses kedatangan hingga penguburan jenazah tidak ada hambatan sedikitpun. Pukul 11.30 WITA proses penguburan selesai. Para pelayat pun kembali kerumah masing-masing dengan tertib. [Umar, Ibnu Mansyur]

JAKARTA  - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat gelar Ksatria Salib Agung dari Kerajaan Inggris menjadi bukti Densus 88 yang memerangi umat Islam mendapat persetujuan dari SBY.
Demikian dikatakan Direktur Lembaga Kajian Politik & Syariat Islam (LKPSI) Ustadz Fauzan Al Anshari seperti dimuat oleh itoday, Sabtu (3/11).
"Gelar Ksatria Salib Agung makin memperjelas bahwa Densus 88 atas ijin SBY memerangi Islam dengan kedok membasmi teroris yakni membasmi Islam tapi banyak orang awam tidak paham," ungkap Ustadz Fauzan.
Kata Ustadz Fauzan, Densus 88 adalah kepanjangan tangan Amerika Serikat dalam perang dunia melawan teroris  yang sebenarnya terhadap para mujahidin. "Maka inilah Perang Salib baru sejak 2001," ungkapnya.
Ia juga mengatakan, membasmi Islam yang paling efektif bukan dengan membakar Al Quran tetapi menangkap, mengusir, memenjarakan dan membunuh para pembela Islam.
"Di Al Quran Surat Al Mumtahanah ayat 2 dikatakan: Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. Ini sangat jelas orang-orang kafir akan menangkap para pembela Islam," ungkapnya.
Kata Ustadz Fauzan, jasa terbesar SBY sebagai Ksatria Salib Agung adalah mengijinkan Densus menangkap, menyiksa, membunuh hampir 1000 mujahid sejak Bom Bali 2002. (bilal/arrahmah.com)


Kami awali reportase ini dengan mengangkat judul di atas, yaitu "Reportase Kemarahan Ummat Islam Poso atas Kebiadaban Kepolisian RI" dimana hal ini memang begitu relitanya, karena memang Ummat Islam di Poso ini memang sudah merasa gerah, mar
ah dan jengkel atas kebiadaban Kepolisian RI selama ini.

Kaum Muslimin Poso tidak akan pernah lupa selamanya akan Pembantaian Malam Lebaran 2006, 11 Januari 2007 dan 22 Januari 2007, dimana Kepolisian RI memasukkan orang-orang luar non-Poso untuk membantai Ummat Islam di Poso, terlebih lagi mereka yang didatangkan ini adalah mayoritas dan atas arahan orang Kristen, dimana mereka masih sangat memiliki trauma yang mendalam atas Tragedi Pembantaian Ummat Islam oleh Kongkoli (Kristian) di Pondok Pesantren Wali Songo, Kilo 9, Buyung Katedo, dll.

Dan di hari Sabtu 3 November 2012, kejadian pembantaian itu terulang kembali, maka dengan berbondong-bondong seluruh kaum Muslimin di Poso Kota dan sekitarnya bahu-membahu memberikan perlawanan dan pembelaan terhadap saudaranya yang telah dibantai hari ini, dan memang terbukti di lapangan bahwa mereka yang turun di jalan-jalan dan memberikan perlawan kepada Kepolisian itu tidak hanya mereka yang sering orang mengatainya sebagai "Teroris" saja, tapi juga masyarakat pada umumnya, para pemabuk, preman-preman pasar, anak-anak sekolah, ibu-ibu, hingga anak-anak kecil.

Itulah mengapa kami mengambil judul itu, supaya Kaum Muslimin lainnya tau dan melek bahwa ternyata selama ini kita ini dibodohi dan dibuat bodoh oleh Kepolisian RI, sudah terlalu banyak luka-luka Kaum Muslimin Indonesia terhadap Kepolisian RI ini, mulai dari tilang lantas, mafia hukum, korupsi, hingga pembantaian, baik itu terhadap mahasiswa, mujahidin maupun masyarakat muslim secara umum. Oleh karenanya, inilah saatnya kita bangkit atas nama Dien ini, atas nama Dienul Islam ini, mari kita BANGKIT melawan KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA, Sang Penindas, Sang Penjajah dan kaki tangannya Amerika dan sekutunya, musuh Ummat Islam sedunia...!!!

Kemudian, kami akan paparkan kejadian yang terjadi hari Sabtu 3 November 2012 di Poso Kota, khususnya di Desa Kayamanya dan sekitarnya.

Shubuh di hari Sabtu 3 November 2012 di masjid Muhammadiyah Al-Muhajirin Kayamanya Poso Kota juga sebagaimana hari-hari biasanya, Ustadz Yasin fakkallahu asroh wa ro'aahu dan Akhuna Kholid rahimahullah wa taqobbalah sholat shubuh berjamaah sebagaimana biasanya.

Tiba-tiba pada pukul 06.00 WITA tepat, terdengar rentetan tembakan dari arah masjid Al-Muhajirin, semua masyarakat terkaget-kaget mendengarnya, ada apakah gerangan yang terjadi...???

Masyarakat pun mulai saling bertanya-tanya tentang perihal kejadian, hingga terdengarlah kabar bahwa Ust. Yasin sebagai salah seorang Ustadz yang cukup disegani di Kota Poso oleh semua kalangan ditangkap Aparat Densus 88 dan juga terdengar kabar bahwa beliau sempat ditembak saat beliau sudah dibawa masuk ke dalam Mobil Densus.

Mulailah timbul kemarahan masyarakat Poso, khususnya di sekitar masjid Al-Muhajirin Kayamanya Poso Kota, dan mulai bersitegang terhadap Aparat yang mengadakan penangkapan dengan melempari mereka dengan batu-batu sambil meneriaki mereka dengan kata-kata penghinaan atas mereka. Tapi sepertinya, hal itu tidak diperdulikan oleh Aparat, makanya kemudian masyarakat yang memang memiliki "Lontong" (istilah untuk Bom Pipa yang dibakar dengan daya ledak High Explosive) untuk jaga-jaga, segera membakar dan melemparnya ke arah Pasukan Dajjal tersebut, dan larilah mereka terbirit-birit.

Setelah Aparat lari dari TKP, mulailah masyarakat mendekat dan mengecek apa yang telah terjadi, dan ternyata memang bahwa Ust. Yasin telah diculik oleh Densus 88 dan dimasukkan mobil kemudian ditembak di dalam mobil saat dalam keadaan tak berdaya. Juga bahwa Akhuna Kholid taqobbalahullah yang rumahnya berada di belakang rumah Ust. Yasin, juga ditangkap dan dibunuh secara sadis oleh Para Thoghut tersebut.

Bertambah marah lah para masyarakat, hingga kemudian mereka mulai sidikit demi sedikit bergerak ke arah Jalan Pulau Irian Jaya hingga sampai di dekat Bundaran Pasar Central, tepatnya di depan Bank Syariah Mandiri Poso Kota, disitulah kemudian masyarakat muslim memukul tiang listrik di beberapa tempat berkali-kali untuk mengajak masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam pembelaan ini.

Setelah sempat bersitegang dengan Aparat di tempat tersebut, khususnya dengan Si Banci Yonce sebagai Anggota Densus 88 yang bertugas di Poso, masyarakat pun mundur setelah di desak oleh Aparat hingga kembali ke Masjid Al-Muhajirin. Setelah blokade terhadap jalan yang mengarah ke Masjid Al-Muhajirin Kayamanya tidak dijaga lagi oleh Aparat, sekitar pukul 08.00 WITA datanglah berduyun-duyun masyarakat muslim lainnya dari desa-desa sekitar di Poso Kota, seperti Gebang Rejo, Lawanga, Bonesompe, Moengko dan yang lainnya, mereka semua berkumpul di Masjid Al-Muhajirin Kayamanya yang letaknya memang tepat di depan TKP penangkapan.

Di situlah kemudian disusunlah rencana-rencana untuk mengadakan pembelaan terhadap Ummat Islam yang didzolimi dan dibantai oleh keparat-keparat yang suka mengacau Keamanan di Nusantara ini. Di situ juga lampiasan kemarahan diarahkan kepada salah satu Wartawan Metro TV, dimana sebelumnya Metro TV telah menyiarkan pemberitaan yang sangat menusuk hati kaum Muslimin yang telah mengabarkan bahwa bahwa saat penangkapan terjadi tembak-menembak, sungguh sangat menyakitkan sekali berita dusta itu, saat ada kaum muslimin yang ditembak kemudian tersungkur dan kemudian diberondong lagi kepalanya dalam jarak dekat, hingga terpancarlah isi kepala hingga ke atap dan darahnya pun menggenang di pasir-pasir di halaman Sekolah SD 27 Poso, mereka berani-beraninya mengatakan adanya tembak-menembak.

Sungguh sangat biadab polisi negeri ini dan sangat sangat tak berperikemanusiaan. Dimana kalian wahai para pengusung HAM...??? Dimana kalian wahai para pengusung pri-kemanusiaan...???

Masyakarat juga sempat menangkap intel-intel bersenjata yang mencoba untuk masuk ke area Masjid Al-Muhajirin, tapi kemudian cuma diusir saja karena ternyata mereka dari Intel TNI. Hal ini juga menjadi peringatan kepada TNI, jangan sekali-kali mereka membela Kepolisian dalam kegiatan mereka memerangi Ummat Islam dan Mujahidin, karena jika mereka ikut turut serta membantu dan kemudian mereka pulang tanpa kepala, maka jangan salahkan kami, kami sudah sangat sering membiarkan intel-intel TNI berkeliaran di sekitar kami, tapi nanti kalau kalian sudah sudah mulai berkianat terhadap kami, maka kami pun juga tak akan tinggal diam.

Pada pukul 09.00 WITA diutuslah rombongan ibu-ibu bersama keluarga dari Akhuna Kholid untuk mendatangi Mapolres Poso dan mendesak untuk segera memulangkan jenazah Kholid yang telah mereka bantai pagi ini, akan tetapi ternyata pihak kepolisian pun masih bersikeras untuk tetap membawa jenazah tersebut ke Jakarta yang sebelumnya telah diterbangkan ke Palu, hingga akhirnya sekitar pukul 11.00 WITA datanglah para kaum lelaki menuju Mapolres Poso untuk ikut mendesak pemulangan jenazah tersebut, dan pulanglah ibu-ibu kembali ke rumah. Akan tetapi hal ini justru membuat Keparat semakin represif dalam menangani massa, hingga masyarakat pun semakin tambah marah dan berusaha membakar apa saja di Jalan Utama Pulau Sulawesi hingga akhirnya ketika sekitar pukul 12.00 WITA, sebagian massa kembali ke masjid untuk Sholat Dzuhur berjama'ah, akan tetapi hal ini justru dimanfaatkan Polisi untuk memukul mundur massa.

Setelah Sholat Dzuhur, ternyata keparat-keparat itu sudah mulai memblokade Jalan Pulau Sabang yang mengarah ke Masjid Al-Muhajirin, maka akhirnya masyarakat pun terpancing kembali Kemarahan mereka yang telah reda sejenak dengan menunaikan Sholat Dzuhur berjamaah untuk kembali menghadang Polisi di Simpang 3 Pulau Sabang dan Pulau Nias, tepatnya di Masjid Riyadh Kayamanya sembari mengucapkan Takbir dan memukul-pukul tiang listrik yang ada. Akan tetapi sangat terlihat sekali kesombongan dan keangkuhan dari keparat-keparat keamanan itu, apalagi kini mereka di-support oleh teman-teman elit mereka dari luar Poso hingga memuncaklah arogansi mereka dan bertambah brutal dalam menangani massa.

Sebenarnya masyarakat Poso sudah sangat sabar-sabar sekali untuk tidak mengeluarkan lontong-lontong mereka dari penyimpanan mereka, akan tetapi saat masyarakat sudah terkumpul di ujung Pulau Nias tersebut, justru mereka disambut oleh suara tembakan beruntun yang sangat keras sekali suaranya serta dalam intensitas waktu yang cukup lama yang diperkirakan ribuan amunisi terhambur begitu saja hanya sebagai ajang unjuk gigi mereka. Akan tetapi hal itu justru membuat masyarakat yang pada awalnya sudah marah, ditambahi marah lagi dan terus diprovokasi oleh Kepolisian yang Angkuh itu sendiri hingga makin meluap-luaplah kemarahan Masyarakat Muslim Poso terhadap Kepolisian RI atas tingkah laku mereka yang notabenenya adalah pendatang dari luar Poso malah justru semakin menambah ribut dan kacau situasi Kota Poso, sebagaimana yang dahulu pernah terjadi tahun 2006-2007 dimana polisi-polisi pendatang BKO Kelapa Dua memasuki Poso dengan kebencian dan keluar Poso dengan meninggalkan ratusan gadis-gadis Poso yang telah mereka hamili. Wallahul Musta'aan...!!!!

Dan kemudian terjadilah pelemparan-pelemparan lontong ke arah Polisi, hingga Polisi pun semakin menghambur-hamburkan amunisi mereka (lantaran mereka sepertinya juga semakin depresi karena tidak bisa memenangkan perang mereka di Gunung Tamanjeka) dan menembaki kubah Masjid Riyadh serta menangkapi sekitar 9 warga yang kebetulan berada dalam Masjid tersebut dan menginjak-injak masjid dengan sepatu laras mereka serta menggeledah apa yang ada di dalamnya, termasuk menaiki atap masjid. Betapa sangat tampak sekali profil Kepolisian Republik Indonesia yang begitu sangat memusuhi Ummat Islam dan ingin menghinakan simbol-simbol Keislaman di Negeri ini, setelah sebelumnya juga Presiden SBY menerima Penghormatan sebagai Ksatria Salib Agung oleh Ratu Elisabeth Inggris. Apakah kalian Ummat Islam sudah tahu hal ini...??? Camkan hal itu baik-baik...!!!

Di simpang 3 itulah masyarakat Muslim Poso terbagi 2 kelompok, sebagian mundur ke jalan Pulau Nias dan sebagian lainnya mundur masih di jalan Pulau Sabang.

Yang mundur ke jalan Pulau Nias, keparat-keparat itu hanya berani maju tak lebih sekitar 50 meter saja dari simpang 3 dan ketegangan berangsur-angsur mereda sekitar pukul 15.00 WITA ketika tiba waktu Sholat Ashar.

Akan tetapi yang mundur di jalan Pulan Sabang (sebagai jalan utama Trans Sulawesi), mereka terus didesak mundur dengan sombong dan angkuhnya oleh keparat-keparat Thoghut itu sampai di sekitar Dealer Hadji Kalla atau sekitar 3 kilometer dari Pusat Kota Poso hanya untuk unjuk kebolehan mereka dengan menggunakan Mobil Baracuda mereka, dan hal itu terus berlangsung hingga sekitar pukul 17.00 WITA dengan terus menghambur-hamburkan tembakan-tembakan peluru tajam ke arah massa.

Jadi kalau ada yang bertanya, siapa yang membikin Kota Poso Lumpuh...???

Jawabannya adalah POLISI dengan segala kesombongan dan keangkuhan mereka.

Kalau memang hanya untuk menenangkan masyarakat, tentunya sebelum dzuhur semua sudah bisa terkendali, akan tetapi karena Keangkuhan mereka lah dan sikap ngotot mereka untuk tetap ingin membawa jenazah Akhuna Kholid untuk dibawa ke Jakarta, hal inilah yang semakin membuat runcing permasalahan, ditambah lagi sikap-sikap arogansi Polisi di lapangan yang seolah-olah stress dan ingin unjuk kebolehan terhadap masyarakat bahwa mereka itu "Kuat", karena sebelumnya telah kita lihat bersama bahwa Polisi sama sekali tidak berani mendekati Tamanjeka dan menyerahkan urusan itu kepada TNI, akan tetapi saat di media mereka terus dibuat malu karena tidak mampu menyelesaikan kasus Tamanjeka, maka mereka pun coba-coba memberanikan diri menanganinya, walhasil beberapa personel mereka melayang. Itulah balasan dan hadiah bagi orang-orang yang sombong dan angkuh...!!!

Ketahuilah, Allah Ta'ala tidak akan pernah tidur dan tinggal diam, apalagi terhadap orang-orang yang memusuhi Dien-Nya dan para pemeluk Dien-Nya.

Di sini timbul sebuah pertanyaan, ada apakah gerangan hingga mereka ngotot untuk membawa jenazah ke Jakarta dan mempertahankan mati-matian keinginan mereka ini...??? Silahkan di jawab sendiri.

Pasca ketegangan antara kepolisian dan masyarakat yang menjadikan Kota Poso lumpuh selama beberapa jam, timbullah inisiatif dari dari masyarakat, tokoh agama, anggota DPRD untuk mendesak Kepolisian untuk segera mengembalikan Jenazah Akhuna Kholid ke pihak keluarga untuk tidak menimbulkan kericuhan lebih luas.

Kepolisian yang tadi nya sangat ngotot sekali mempertahankan mati-matian keinginan mereka membawa jenazah ke Jakarta walaupun sudah didesak oleh pihak keluarga dan masyarakat, setelah pedebatan yang cukup alot dan didesak oleh yokoh-tokoh Agama, Anggota Dewan yang pihak-pihak lain (termasuk semua pengguna jalan yang merasa terganggu perjalanan mereka juga menyuarakan hal tersebut), akhirnya pihak Kepolisian mengabulkan keinginan pihak keluarga untuk mengembalikan jenazah ke pihak keluarga, dan pada pukul 15.00 WITA itu juga jenazah berangkat menuju Poso dengan perjalanan darat, padahal sebelumnya naik pesawat terbang lhooo...!!! Aneh kan...??? Berangkat ke Palu seolah-olah seperti orang kaya punya banyak uang hingga untuk 1 Jenazah dengan jarak dekat saja mereka rela mengantarnya pake pesawat, tapi saat memulangkan kok seolah-olah tiba-tiba apes, kayak orang habis bangkrut saja.

Wa makaruu wa makarallah, wallahu khoirul maakirin

Maka, klaim Mabes Polri yang mengatakan bahwa sesungguhnya pihak Kepolisian telah mengajak dan merangkul masyarakat, tokoh-tokoh Agama, Anggota Dewan dan lainnya untuk membahas situasi Kota Poso hari Sabtu kemarin adalah sungguh klaimnya orang gila semata, karena justru mereka lah yang sebenarnya sangat egois yang tidak mau kepentingannya dicampuri oleh pihak-pihak lain, dan dengan kekuatan yang mereka miliki mereka halalkan segala cara untuk mewujudkan kehendak-kehendak yang mereka inginan.

Sungguh betapa bejat dan nistanya Kepolisian Republik Indonesia ini, sampai-sampai pasca adanya ketegangan di sepanjang jalan Pulau Nias dari Kayamanya hingga Moengko yang mengakibatkan banyaknya sampah-sampah di sepanjang jalan tersebut, baik itu batu-batu, kayu ataupun benda-benda besar lainnya yang memadati jalan tersebut, maka dengan sigapnya TNI membersihkan itu semua setelah semuanya mereda, masyarakat pun tahu dan melihat itu semua. Akan tetapi, yang Penulis tidak habis pikir, sampai hal yang sekecil itupun, itu juga di klaim oleh Pihak Kepolisian RI bahwa mereka lah yang membersihkannya, coba saja baca di Media Massa, dan tidak sedikitpun menyebut TNI. Masya Allah...!!! Geleng-geleng kepala saya memikirkan hal ini semua.

Begitu juga saat penemuan mayat Polisi, semua orang tahu kan kalau yang menemukan pertama adalah TNI...??? Tapi mengapa kok yang naik pangkat diduga sukses menemukan mayat Busuk itu adalah Polisi, bukan TNI...???

Memang, penjahat itu tetaplah penjahat, walaupun ia berbaju seorang Seorang Ustadz, seperti Si Botak Rafly Amar yang menjadi Ustadz di sebuah pertemuan HTI, atau juga Si Anton Bahrul Alam yang diagung-agungkan memajukan Dakwah Jamaah Tabligh di kalangan Kepolisian. Tapi tetap saja, penjahat tetaplah penjahat...!!! Apalagi si Timur Pradopo, waaah, itu sudah dedengkotnya, bukankah ia turut serta juga dalam Pasukannya SBY yang memberikan dukungan terhadap Pasukan Serbia saat mereka membantai dan genosida terhadap Kaum Muslimin Bosnia...???

Sungguh, darah-darah kaum Muslimin mengalir dalam tangan-tangan mereka...!!!

Alhamdulillah dengan idzin Allah, ketegangan hari itu berangsur-angsur mereda di sore hari, dan tepat setelah sholat maghrib, datanglah Ambulance yang membawa jenazah Akhuna Kholid taqobbalahullah dan disambut pekikan Takbirrr, Allahu Akbar...!!!

Setelah diperiksa, ditemukan beberapa luka jahitan bekas tembakan, diantaranya di dada sebelah kanan dan kiri hingga tembus ke belakang, luka tembak pada lutut hingga menjadi bengkok sebelah kanannya, luka jahit di puncak dan kepala belakang yang diduga akibat berondongan tembakan jarak sangat dekat hingga menembus ke dagu sebelah kanannya, adapun antara perut hingga lutut tidak diperiksa, dan yang menjadi kebiasaan jenazah Mujahidin yang ditawan oleh pihak Kepolisian adalah selalu ada luka jahit yang sangat panjang, mulai dari pangkal leher hingga ke perut sekitar 40 cm, akan tetapi yang menjadi sebuah keajaiban dan membuat haru para pelayat adalah darahnya yang masih terus menetes walaupun sudah diganti kain kafannya dan wajahnya yang menampakkan Senyuman orang yang sedang tidur.

Subhanallah... Allahu Akbar...!!!

Dan benarlah firman Allah Ta'ala dimana sesungguhnya orang terbunuh di jalan Allah itu tidaklah mati, tapi mereka tetap hidup dan masih diberikan rizki oleh Allah dan posisi mereka dalam keadaan gembira.

Sebuah mimpi yang selalu diceritakan oleh Akhuna Kholid taqobbalahullah kepada teman-temannya bahwa ia pernah bermimpi melihat bulan yang terbelah menjadi dua, di situ ada sebuah pintu yang memancarkan keindahan yang sangat yang belum ia lihat keindahan itu sebelumnya. Subhanallah...!!!

Saat jenazah Akhuna Kholid tiba di Poso, Kota Poso seakan-akan menangis dan tiba-tiba turunlah hujan yang sangat deras mengguyur Kota Poso, sebuah hujan Sakinah/ketenangan bagi orang-orang yang beriman yang telah mempersembahkan salah satu Ummatnya dalam membela Dienullah dan melawan kedzoliman serta keangkuhan thoghut-thoghut durjana yang rela melakukan apa saja demi imbalan dunia yang sangat sedikit yang mereka dapatkan.

Setelah hujan tersebut agak reda dan cuma gerimis-gerimis kecil, malam itu juga sekitar pukul 20.30 WITA, jenazah Akhuna Kholid taqobbalahullah dikebumikan di pemakaman yang ada di Desa Kayamanya dan diringi oleh pekikan-pekikan Takbir para pelayat yang mengiringinya.

Keesokan harinya, salah seorang teman dekat Akhuna Kholid taqobbalahullah bercerita bahwa ia bermimpi dalam tidurnya melihat Akhuna Kholid bangun dari tidurnya dengan kondisi luka persis sebagaimana yang disebutkan di atas dan menggerakkan badannya sebagaimana seperti orang yang bangun tidur, temannya ini pun terkejut dan menanyakan, "mengapa kok kamu bangun?", "lha memang kenapa, saya tidak apa-apa kok", jawab Kholid, temannya ini pun bergumam, wah ini Kholid mati bo'ong-bo'ongan ini. Demikian cerita singkat dari teman beliau dengan sedikit perubahan tanpa merubah isinya.

Masya Allah... Subhanallah...

Banyak sekali Ibroh, Hikmah dan Karomah yang terjadi di Hari Sabtu 3 November 2012 di Kota Poso ini, tentunya bagi mereka yang mau mengamati dan merenungkannya. Dan insya Allah Gerakan Masyarakat Muslim dan Persatuan Ummat Islam khususnya yang berada di Kota Poso ini menjadi pertanda dan awal kemenangan dan Tamkin di Nusantara ini bi idznillah.

Takbirrr... Allahu Akbar...

Tak lupa untuk selalu mendoakan Para Mujahidin di manapun mereka berada, khususnya yang berada di Nusantara ini, karena sebagaimana telah diulang-ulang bahwa kemenangan Mujahidin adalah masa depan Kaum Muslimin dan kekalahannya ada mimpi buruk Ummat Islam, karena merekalah Pengawal Inti dari keberlangsungan Ummat Islam yang siap menjaga dan membela Kaum Muslimin dari serangan-serangan dan tipu daya orang-orang kafir yang selalu berupaya untuk merongrong eksistensi Ummat ini.


Poso,
4 November 2012, 11:49 WITA

POSO-Laknat! Kata itu yang hanya pantas untuk Densus 88. Tidak hanya mendzolimi umat Islam dan kaum Muslimin, khususnya Mujahidin, Densus 88 juga memperlakukan jezanah Asy-Syahid Kholid dengan perlakuan keji yakni merobek dada hingga perut pemuda Muslim yang taat, Jum’at (02/11/2012) di Poso, Sulawesi Tengah. Umat Islam harus membela dan membalasnya. Allahu Akbar!  

Sebagaimana dikabarkan oleh sumber-sumber Al-Mustaqbal.net, jenazah Asy-Syahid insya Alloh Kholid ketika tiba dirumah, dalam kondisi telah diambil sebagian organ tubuhnya oleh aparat, dan pihak keluarga tidak menerima dan sedang melakukan protes ke pihak kepolisian setempat.

Selain itu, juga terdapat bekas tembakan yang disinyalir dari jarak dekat karena terdapat lubang tembakan dari ubun-ubun kepala hingga tembus dagu.

“Ada bekas tembakan di ubun-ubun tembus di dagu, dada dibelah sampai bagian perut,” ujar seorang warga Kayamaya, Poso.

Khalid sendiri merupakan seorang pegawai negeri sipil departemen kehutanan yang sehari-harinya bertugas sebagai polisi hutan di Poso, Sulawesi Tengah.

Media-media sekuler gencar memberitakan bahwa Khalid sempat memberikan perlawanan saat dirinya hendak ditangkap oleh gerombolan Densus 88 laknatullah, meski fakta di lapangan menunjukkan bahwa Khalid tidak melakukan perlawanan sama sekali.

Bahkan seorang warga Poso, Sulawesi Tengah, yang menyaksikan kronologi penangkapan dan penembakan Khalid mengatakan bahwa Khalid ditangkap sesaat setelah melakukan shalat subuh secara berjamaah di Masjid Al-Muhajirin.

Lebih lanjut saksi mata mengungkapkan bahwa Khalid sempat dilepaskan oleh Densus 88 untuk beberapa saat kemudian dirinya ditembak pada kakinya oleh Densus 88 laknatullah.

Sesaat setelah terjatuh, seorang anggota Densus 88 laknatullah mendekati Khalid dan menembak ubun-ubunnya dari jarak dekat.

“Setelah ditangkap, Khalid disuruh jalan kemudian ditembak kakinya, setelah jatuh, polisi menembak kepala Khalid,” ujar seorang warga yang menyaksikan kronologi penembakan Khalid.

Jenazah Khalid sendiri sempat dimaling oleh Densus 88 laknatullah, bahkan dikabarkan telah tiba di bandara Palu, namun pada Sabtu (03/11) petang telah dipulangkan ke rumah duka di desa Kayamaya, Poso, Sulawesi Tengah.


Sementara itu, kabar terakhir yang baru, kondisi Ustadz Yasin yang saat penangkapan dalam keadaan baik, sekarang dalam keadaan kaki luka tertembak dan keadaannya koma.


Demikianlah kekejaman Densus 88 laknatullah alaihim yang terus saja terjadi berulang-ulang. Kepada semua ikhwan ataupun akhwat yang peduli kepada saudara-saudaranya seiman yang telah di dzalimi aparat-aparat thogut laknatulloh, kami serukan untuk melakukan pembelaan kepada saudara-saudara kita, sampaikan kepada seluruh masyarakat bahwa telah terjadi penganiayaan dan penyiksaan terhadap saudara-saudara seiman di tanah Poso.

Begitu pula kami serukan kepada para tokoh dan pemimpin umat dimana pembelaan kita kepada saudara-saudara kita, demikian himbauan seorang ikhwan melalui akun Fbnya. Allahu Akbar!

Sumber : diolah dari berbagai sumber

M Fachry untuk Al-Mustaqbal.net

JAKARTA-Kini sudah saatnya umat Islam di negeri ini membuka lebar-lebar matanya terhadap apa yang dilakukan Densus 88 yang selalu mendzolimi umat Islam, khususnya para aktivis Islam. Kali ini kedzoliman Densus 88, kaki tangan AS dan Australia, ini menimpa saudara Muslim kita, Akhi Nanto, Aktivis Masjid yang dicokok Densus 88 saat membagikan hewan qurban. Dzolim!

Akhi Nandi atau Sunardi Sofyan, saudara kembar Akhi Nanto menceritakan kronologis penangkapan adiknya, pada hari Sabtu (27/10/2012) sebagai berikut :

“Saya keluar Gang Kebon Kacang 14 menuju Kebon Kacang 9 itu mau bagikan daging qurban untuk abang saya yang nunggu di mobil, terus adik saya (Sunarto) ditangkap. Saya minta surat penangkapannya tidak dikasih tapi mereka bilang resmi. Terus tim Gegana masuk ke rumah, padahal di rumah ini lagi banyak orang. Keluarga besar saya lagi pada kumpul, karena ketika Idul Adha kita motong 48 ekor sapi, jadi ramai,” ujar Nandi, sapaan akrabnya, saat dihubungi voa-islam.com, Ahad (28/10/2012).

Ia melanjutkan bahwa tanpa didampingi RT/RW setempat tim gegana dengan seenaknya menggeledah rumah. “Tim gegana itu masuk sendiri, tidak ada pendamping dari RT. Atau RW. Dari pihak keluarga saya protes. Tapi ketika diperiksa sampai ke belakang alhamdulillah tidak ada apa-apa,” sambungnya.

Nandi juga membantah pemberitaan sejumlah media yang mengungkapkan bahwa ditemukan benda berbahaya ataupun bahan pembuat bom di dalam tas ransel milik Nanto yang berada di rumahnya.

“Gegana masuk ke kamar ibu saya, disitu ada tasnya Nanto (Sunarto), tim Gegana minta supaya disuruh buka tas itu. Isinya cuma laptop, charger sama obat asamanya si Nanto. Terus tas itu di bawa ke depan pintu. Tapi yang berkembang di Kebon Kacang itu kan katanya ada bom juga, itu fitnah keji namanya. Kalau ada bom kenapa ditaruh di depan pintu? Kalau memang ada bom harusnya disterilkan dulu dong, radius berapa meter gitu,” jelasnya.

Hal yang sama juga ia ungkapkan bahwa di tempat lain yakni di kontrakan Nanto juga sama sekali tak ada barang bukti berupa bahan berbahaya atau bom yang dimiliki oleh Nanto.

“Setelah tidak ada barang bukti, police line dicabut. Ketika saya mau ke Mako Brimob Kelapa Dua Depok untuk melihat adik saya, ketemu dengan teman-teman polisi dari Polsek Tanah Abang 715 terus diajak ke Polsek Palmerah, katanya Nanto belum dibawa ke Mako Brimob dan masih di Polsek Palmerah.

Ternyata di Polsek Palmerah itu tidak ada, ujung-ujungnya saya dibawa ke kontrakannya si Nanto, tapi bukan di Rumah Herman dan David. Di rumah kontrakan Nanto itu pun steril tidak ada apa-apa, police line pun juga dicabut,” bebernya.

Dari penangkapan Nanto yang sama sekali tak ditemukan barang bukti tersebut, pihak keluarga telah melaporkannya kepada TPM. Rencananya hari Senin (29/10/2012) TPM bersama keluarga korban penangkapan Densus 88 akan menggelar konferensi pers di Jl Pinang I no 9 Pondok Labu Jakarta Selatan.

“Kami sudah telepon pak Michdan dari Tim Pengacara Muslim (TPM), alhamdulillah terhubung dan hari Senin (29/10/2012) insya Allah kami akan ke kantor beliau,” imbuhnya.

Demikianlah kedzoliman Densus 88 kepada saudara kita Akhi Nanto, dan sudah saatnya seluruh kaum Muslimin membela beliau. Allahu Akbar!

Sumber : diolah dari voa-islam.com

JAKARTA  - Pernyataan Mabes Polri yang menyebutkan terduga teroris yang ditangkap Sabtu kemarin merupakan jaringan terorisme kelompok HASMI, disangkal oleh DPP Pusat HASMI. Ketua DPP HASMI Muhammad Sarbini, mengatakan, bahwa HASMI yang dituduhkan Mabes Polri sangat berbeda dengan organisasinya.
"HASMI versi Polri memiliki singkatan Harakah Sunni Untuk Masyarakat Indonesia. Sedangkan untuk HASMI organisasi kami adalah Harakah Sunniyyah  Untuk Masyarakat Islami. Dari namamya saja sudah berbeda dengan versi yang dituduhkan," kata Muhammad Sarbini di kantor DPP HASMI, Jalan Cimanglid Purnama, Sukamantri, Ciomas, Kabupaten Bogor seperti dilansir Okezone.
Selain itu, pihakanya juga mengeluarkan pernyataan, diantaranya menyebutkan bahwa organisasi yang mereka dirikan sudah mengantongi izin dari pemerintah.
"Bahwa HASMI Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami ormas Islam resmi yang terdaftar di Kemendagri Dirjen Kesbangpol dengan Nomor 010000/0064/D.III.4/III/2012 yang didirikan sejak 2005 yang berdomisili di Jalan Raya Cimanglid Gang Purnama, Sukamantri, Tamansari, Kab. Bogor dan bergerak dalam bidang dakwah umum, sosial dan pendidikan," katanya.
Kemudian dia melanjutkan, bahwa HASMI yang disebut Mabes Polri bukanlah bagian dari organisasinya. "Kami adalah ormas Islam yang berkonsentrasi pada dakwah umum dan pendidikan resmi dan dalam kegiatan syiarnya senantiasa mengajak untuk berdakwah dengan cara damai dan anti-kekerasan," tegasnya.
Dia juga mengimbau agar anggota dan simpatisan ormas yang dipimpinya untuk tetap tenang dan bertindak proporsional menyikapi pernyataan tersebut. "Kami terbuka untuk diwawancarai dan dimintai keterangan tentang pemberitaan tersebut," akunya.
Muhammad Sarbini juga menambahkan, atas tuduhan nama HASMI itu, pihaknya akan mendatangi Mabes Polri untuk meminta klarifikasi. Ia juga mengaku tidak mengenal nama-nama terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di sejumlah tempat pada Sabtu kemarin. "Kami memiliki anggota 10 ribu dan nama-nama yang ditangkap tidak ada di daftrar anggota," katanya.

BANDA ACEH - Baroness Sayeeda Warsi, Menteri Kabinet Inggris tiba di Meuligoe Gubernur Aceh tadi siang sekitar pukul 11.20 WIB, Kamis 31 Mei 2012.

Tiba di Meuligoe, Menteri Baroness Warsi disambut Asisten II Pemerintah Aceh, Said Mustafa, Kepala Poltabes Banda Aceh, dan Danlanud Sultan Iskandar Muda. Baroness Warsi datang didampingi perwakilan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dan juga beberapa diplomat dari Inggris.

Di Meuligoe, Baroness Warsi menanyakan kondisi Aceh kepada Said Mustafa. "Ini adalah kedatangan saya yang pertama ke Indonesia dan Aceh," kata Sayeeda Warsi.

Said lalu menceritakan kondisi Aceh sesudah tsunami. "Alhamdulillah, Aceh sudah aman. Kita akan terus berjuang menjaga perdamaian ini," kata Said.

Rencananya siang ini Baroness Warsi akan mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Baroness Sayeeda Warsi yang merupakan menteri Muslim pertama di Kabinet Inggris itu berkunjung ke Aceh dengan agenda salah satunya melakukan pertemuan dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD).

Selanjutnya, Warsi dan rombongan akan meninjau proyek perumahan bantuan Muslim Aid Indonesia. Setelah itu juga akan menyaksikan anak-anak Aceh berlatih sepakbola di lapangan Neusu Kota Banda Aceh.

Warsi itu juga akan berziarah di kuburan massal korban tsunami 26 Desember 2004 di kawasan Siron, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.

Warsi merupakan wanita muslim keturunan Pakistan yang dipercayakan menduduki posisi sebagai menteri non Departemen Kabinet Inggris untuk urusan keutuhan masyarakat.[AP]

Shalat Jamaah di Baiturrahman

Baroness Warsi, menyempatkan diri untuk mengikuti shalat Zuhur berjamaah di Masjid Baiturrahman, Aceh. Menteri muslimah satu-satunya di kabinet itu shalat di barisan pertama dengan mengenakan pakaian hijau-hitam.

Selanjutnya, menteri ketiga perempuan di Inggris itu akan meninjau proyek perumahan bantuan Muslim AID. Pukul 14.30 WIB rombongan menuju lapangan Neusu untuk menyaksikan anak-anak berlatih sepakbola.

Ziarah ke Kuburan Massal


Setengah jam kemudian, ia dan rombongan menuju ke kuburan massal korban tsunami Aceh di Desa Siron Lambaro Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar untuk melakukan ziarah. Selesai berziarah, ia dijadwalkan kembali ke Bandara SIM menuju Jakarta.

Baroness Warsi, merupakan perempuan keturunan Pakistan yang dipercaya menduduki jabatan Menteri Non Departemen Kabinet Inggris untuk urusan Keutuhan Masyarakat. Ia lahir di Dewsbury, Yorkshire pada 1971 dan orangtuanya imigran berasal dari Bawal, Gujar Khan, Pakistan.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, sebenarnya Baroness Warsi bukan pemain baru dalam kancah politik Inggris. Ia pernah dipromosikan oleh Perdana Menteri David Cameron menduduki jabatan sebagai pemimpin partai konservatif.

Baroness Warsi menjadi muslimah pertama yang ditunjuk dalam Kabinet Non Departemen Cameron pada 2007. Ia juga berpengalaman di Kantor Layanan Hukum serta Departemen Imigrasi Urusan Dalam Negeri di Inggris. 

Ia bahkan pernah membuka praktek sebagai pengacara di Dewsbury dan juga pernah bekerja untuk Departemen Hukum di Pakistan serta Kashmir sebagai Ketua Yayasan Sayayra, sebuah yayasan amal pemberdayaan perempuan

Warsi mengunjungi Aceh pada Kamis (31/5) untuk menindaklanjuti kedatangan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Indonesia beberapa waktu lalu. 

Warsi ingin mengetahui keadaan terbaru pascatsunami dan bentrokan. Ia juga ingin mengetahui rencana pemerintah daerah Aceh di masa depan.

Warsi tiba di Aceh pukul 10.30. Ia langsung mengunjungi Pendopo Gubernur untuk berbincang-bincang dengan pemerintah setempat. Ia dijadwalkan akan kembali ke Jakarta pada pukul 17.00 WIB. (*/atjehpost/republika/analisa)








(foto: atjehpost.com-acehkita.com)

Yogjakarta (VoA-Islam)- Gebrakan terbaru datang dari aktivis dakwah kampus UGM. Kini Universitas Gajah Mada (UGM) Yogjakarta memiliki program tahfidz atau menghafal Al-Qur’an. Program tersebut diberi nama  “Gadjah Mada Menghafal al-Qur’an” (GMMQ). Program GMMQ ini bernaung di bawah Lembaga Dakwah Kampus Jamaah Sholahudin (LDK JS) UGM, sebagai lembaga semi otonom. Program ini diresmikan pada 19 Oktober 2012 lalu di Masjid Kampus UGM Yogyakarta.
Program utama dari GMMQ ini dibuat kelas-kelas/kelompok, ada kelas tahfidz 30 juz, 8 juz, 4 juz, dan kelas one day one ayat. Selain itu juga akan diusahakan penyediaan Alquran berstandar Madinah untuk civitas UGM. Tidak hanya program tahfidz saja yang diberikan, namun diterapkan juga kurikulum yang berkaitan. Materi yang diberikan meliputi, tahsin al-Qur’an dan seni membaca al-Qur’an dengan lagu (qori’).
Program ini gratis bagi mahasiswa UGM alias tidak dipungut biaya. Saat dilaunching, peserta mencapai ratusan yang hadir dan mengambil formulir pendaftaran. Saat ini, yang sudah mengembalikan formulir kesediaan gabung sekitar 20 orang, jumlah ini setiap hari terus mengalami penambahan. Tidak hanya mahasiswa baru saja yang banyak berminat, namun mahasiswa lama pun banyak yang antusias. Para pendaftar sangat variatif, hampir seluruh fakultas ikut mendaftar.
Program ini bisa diikuti, bukan hanya di kalangan mahasiswa saja, namun bagi kalangan dosen dan karyawan pun bisa ikut bergabung. Kampus yang notebene kampus umum pun diharapkan banyak yang hafidz al-Qur’an. Walaupun program ini baru beberapa hari dilaunching, saat ini sudah dilirik oleh organisasi LDK kampus lain. Tekadnya mencetak generasi penghafal Alquran berintelektualitas.
GMMQ ini dilaunching secara resmi oleh Direktur Kemahasiswaan UGM secara simbolik dengan menyerahkan satu buah mushaf Alquran kepada ketua Jama’ah Shalahuddin UGM “Program GMQQ ini diharapkan mampu melecut pertumbuhan penghafal Alquran di Indonesia. Kami juga berharap agar kampus-kampus lain di Indonesia termotivasi dengan membuat gerakan yang sama, yaitu gerakan menghafal Alquran,” terang Ketua Jama’ah Shalahuddin UGM Arif Nurhayanto.
Jama’ah Shalahuddin bertekad mewujudkan nuansa keislaman karena melihat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penghafal Alquran terbanyak di dunia. Jumlah penghafal Alquran sekitar 30 ribu orang.

Di kalangan mahasiswa UGM, rupanya banyak para pegiat tahfidz al-Qur’an, namun belum ada yang mengkoordinir, sehingga perlu difasilitasi.  Adanya kerinduan dari kalangan mahasiswa untuk belajar Islam secara mendalam di UGM, tidak sedikit juga yang sudah melakukan tahfidz secara individu. ”Melihat animo mahasiswa yang begitu kuatnya, LDK-JS ini berupaya memfasilitasi dengan membuat wadah untuk belajar al-Qur’an secara sistematis.”

Pemda Gulirkan One Day One Ayat

Patut disyukuri, kini beberapa pemerintah daerah di Indonesia berlomba-lomba menggukirkan program “One Day One Ayat”. Di Depok misalnya, mulai menerapkan program itu di sekolah-sekolah. Program one day one ayat itu diyakini akan sukses jika seluruh sekolah, orang tua dan elemen masyarakat sama-sama menggiring anak-anaknya di rumah dengan “Magrib Mengaji” sesuai program Pemprov.
Seperti diberitakan Monitor Depok, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan TK-SD di Kecamatan Pancoran Mas, Depok, beberapa waktu lalu menggulirkan program one day one ayat. Program one day one ayat ini mengharuskan siswa membaca Alquran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Siswa diwajibkan membawa Alquran yang sudah dilengkapi dengan terjemahannya. Kegiatan pembacaan Alquran hanya berlangsung selama 5-10 menit.
Kepala UPT Pendidikan TK-SD Kecamatan Pancoran Mas Eneng Sugiarti mengatakan, One day one ayat dengan menggunakan Alquran, ditujukan bagi siswa kelas IV, V, dan VI. Sedangkan untuk siswa kelas I, II, III, diperbolehkan menggunakan Juzamma atau Iqra.
Penerapan one day one ayat ini, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pendidikan. Setiap harinya, guru akan mengecek kemampuan siswa menghapal ayat-ayat tersebut. Kini, program one day one ayat itu akan terus disosialisasikan oleh UPT Pendidikan TK-SD Kecamatan Pancoran Mas ke sejumlah sekolah yang berada di lingkup wilayah Pancoran Mas. Diharapkan program seperti ini juga bisa diterapkan untuk jenjang sekolah tingkat SMP, SMA-SMK. (Desastian/rol/dbs)

JAKARTA, - President The Hindu Center Of Indonesia yang juga Raja Majapahit, Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III tidak berhak melarang umat Islam di Bali berqurban dengan sapi.
“Harusnya dirumuskan bersama-sama dengan MUI setempat, Raja Bali tidak usah menghimbau atau melarang menyembelih sapi di Bali. Ini justru menimbulkan polemik,” kata Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhsin kepada itoday, Rabu (24/10/2012).
Kata Habib Muhsin, berbagai pihak, baik MUI maupun  tokoh adat di Bali harus membicarakan persoalan qurban sapi. “Selama ini kan qurban di Bali tidak masalah. Misalnya menyembelih sapi di ruangan tertutup,” papar Habib Muhsin.
Menurut Habib Muhsin, selama ini umat Islam sudah toleran dengan warga Hindu di Bali. “Yang namanya toleransi juga harus seimbang, umat Hindu juga harus menghormati keyakinan umat Islam termasuk membolehkan menyembelih sapi saat Idul Adha,” jelasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, President The Hindu Center Of Indonesia yang juga Raja Majapahit, Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III menghimbau umat Islam di Bali agar tidak menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap hewan yang disucikan bagi agama Hindu.
“Dalam rangka Idul Adha 2012 nanti, saya menghimbau umat Islam agar tidak menyembelih sapi sebagai qurban,” kata Arya Wedakarna dalam rilis kepada wartawan, Rabu (24/10/2012).
Menurut Arya Wedakarna, umat Islam di Bali menyembelih hewan lain karena sapi hewan yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. “Di Bali, Sapi adalah hewan yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. Dan mayoritas orang Bali adalah penganut Siwaisme,” ujarnya. [mzf]

Kudus – Jelang Idul Adha, sebuah pernyataan kontroversial dan menyinggung perasaan umat Islam keluar dari tokoh Hindu yang mengeluarkan himbauan agar umat Islam tidak menyembelih sapi atau kerbau. Alasannya, pada zaman Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di tanah Jawa ada sebuah kebijakan yang diambil untuk menghargai penganut agama Hindu Majapahit, telah melarang seluruh umat Muslim untuk menyembelih hewan sapi atau kerbau di seluruh wilayah Kudus, Jawa Tengah.
Seperti diberitakan Tribunenews.com, Rabu (24/10/2012) kemarin, himbauan it  terus disosialisasikan oleh Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, President The Hindu Center Of Indonesia yang juga Raja Majapahit Bali, di sela – sela dialog Islam – Hindu di Jawa Tengah, secara  tertulis.
”Dalam rangka Idul Adha 2012 nanti, saya menghimbau semeton Islam agar tidak menyembelih sapi sebagai kurban. Mungkin bisa diganti dengan dengan hewan lainnya. Ini penting, karena di Bali, Sapi adalah hewan yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. Dan mayoritas orang Bali adalah penganut Siwaisme," katanya.
Ia  juga minta Desa Adat di Bali memberi pemahaman pada semeton Islam. Sehingga tanah Bali ini tetap sakral dan suci. Ibaratnya, dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung seperti yang dilakukan Sunan Kudus yang sangat toleran. Demikian Dr.Arya Wedakarna.
”Saya juga mengimbau agar perusahaan di Bali dan para pejabat di Bali CSR jika ingin menyumbang, jangan memakai hewan sapi. Karena umat Hindu harus memberi contoh dan teladan sebagaimana yang diajarkan Sang Sulinggih. Mari hargai perasaan umat Hindu sehingga persatuan bisa dijaga," ungkap President World Hindu Youth Organization (WHYO) ini.
Menanggapi pernyataan Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III tersebut Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhsin kepada itoday, mengatakan, Raja Bali itu tidak berhak melarang umat Islam di Bali berqurban dengan sapi.

"Harusnya dirumuskan bersama-sama dengan MUI setempat, Raja Bali tidak usah menghimbau atau melarang menyembelih sapi di Bali. Ini justru menimbulkan polemik," kata Habib Muhsin.

Dikatakan Habib Muhsin, berbagai pihak, baik MUI, tokoh adat di Bali harus membicarakan persoalan kurban sapi. "Selama ini khan qurban di Bali tidak masalah. Misalnya menyembelih sapi di ruangan tertutup," kata Habib.

Selama ini Umat Islam sudah toleransi dengan warga Hindu di Bali. "Yang namanya toleransi juga harus seimbang, umat Hindu juga harus menghormati keyakinan umat Islam termasuk membolehkan menyembelih sapi saat Idul Adha," jelasnya.
Kabarnya, stok sapi potong di Pulau Dewata mencukupi untuk kebutuhan Idul Adha walaupun diprediksi konsumsi meningkat hingga 1.500 ekor dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra mengatakan,  saat ini terdapat sisa stok untuk pemotongan sapi di lokal Bali sebanyak 12.140 ekor dan jumlah tersebut diprediksi akan mencukupi hingga akhir tahun.

Sunan Kudus Tentang Sapi  
Masih segar dalam ingatan, tahun sebelumnya  (Idul Adha 1432 H), Umat Hindu di lingkungan Banjar Margasengkala, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, justru menyumbangkan seekor sapi untuk dijadikan kurban pada Idul Adha 1432 H di lingkungan masjid Nurul Yaqin. Ini menunjukkan toleransi yang luar biasa dari seorang penganut Hindu ketika itu terhadap umat Islam.
Tapi alangkah bodohnya, jika seorang Raja Bali menuduh Sunan Kudus telah berani melawan syariat dengan melarang umat Islam menyembelih sapi. Ini adalah sebuah kebohongan besar dan sejarah yang diputarbalikkan.
Benarkah Sunan Kudus melarang umat Islam menyembelih sapi? Sepertinya Raja Bali itu berkeyakinan dengan sejarah Sunan Kudus saat menyebarkan agama Islam di wilayah Kudus yang ketika itu penduduknya masih banyak yang beragama Hindu dan Budha. Untuk mengajak pemeluk hindu dan budha masuk Islam, terlebih yang memegang teguh adat istiadat lama, Raden Jakfar Sodiq atau Sunan Kudus menggunakan siasah dalam berdakwah.
Pada suatu hari Sunan Kudus membeli seekor sapi (dalam riwayat lain di sebut Kebo Gumarang). Sapi tersebut berasal dari Hindia, di bawa para pedagang asing dengan kapal besar.Sapi itu di tambatkan di halaman rumah Sunan Kudus.

Rakyat kudus yang kebanyakan beragama Hindu itu tergerak hatinya, ingin tahu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus terhadap sapi itu. Sapi dalam pandangan agama Hindu adalah hewan suci yang menjadi kendaraan para Dewa. Menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para Dewa. Lalu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus?

Menurut keyakinan Raja Bali, Sunan Kudus tidak menyembelih sapi di hadapan rakyat yang kebanyakan justru memujanya dan menganggap binatang keramat. Ketika itu, halaman rumah Sunan Kudus di banjiri rakyat, baik yang beragama Islam maupun Budha dan Hindu. Setelah jumlah penduduknya datang bertambah banyak, Sunan Kudus keluar dari rumahnya.
Konon katanya, Sunan Kudus berkata seperti ini, " Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak kadang yang saya cintai. Saya melarang saudara saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab di waktu saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya.
Mendengar cerita tersebut para pemeluk agama Hindu terkagum kagum. Mereka menyangka Raden Jakfar Sodiq itu titisan Dewa Wisnu,maka mereka bersedia mendengar ceramahnya. " Demi hormat saya kepada jenis hewan yang telah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk kudus menyakiti atau menyembelih sapi!" pinta Sunan Kudus.

Kontan para penduduk terpesona atas kisah itu. Sunan Kudus melanjutkan, " Salah satu diantara surat-surat Al Qur'an yaitu surat yang ke dua dinamakan Surat sapi atau dalam bahasa arabnya Al Baqarah.” Masyarakat makin tertarik. Kok ada sapi dalam Al Quran, mereka jadi ingin tau lebih banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.
Demikian, sesudah simpati itu berhasil di dapatkan akan lapanglah jalan untuk mengajak masyarakat berduyun-duyun masuk agama Islam.

Bentuk masjid yang di buat Sunan Kudus pun juga tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang Hindu. Menara Kudus yang antik itu,yang hingga sekarang di kagumi orang di seluruh dunia karena keanehanya.Dengan bentuknya mirip candi itu,orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak merasa takut atau segan masuk ke dalam masjid guna mendengar ceramah Sunan Kudus.
Menarik untuk dikaji para sejarawan muslim, apakah Sunan Kudus telah mengharamkan sapi untuk disembelih umat Islam atau sebagai strategi dakwah semata. Atau cerita ini tak lebih mitos yang dikembangkan umat Hindu di kalangan umat Islam. Wallohu’alam.  Desastian/dbs

Setelah menutup pengajian Ingkarus Sunah Selasa Malam lalu  [16/09/2012] di Tanjunganom Grogol Sukoharjo, Siang ini kemarin Bakda Sholat Jumat [19/10/2012] Elemen Umat Islam Solo Raya kembali datangi 3 tempat pengajian Ingkarus sunah sekaligus. Berangkat dari masjid Agung Karanganyar ratusan Elemen Islam Solo Raya pertama kali mendatangi tempat pengajian di daerah Tegal Asri Rt 03 Rw 08 Bejen Karanganyar milik Purwadi. Mestinya siang ini pula pimpinan Yayasan Tauhid Indonesia [YATAIN] Minardi Mursyid hadir sebagai pembicara. Namun rumah tinggal Purwadi sudah ditutup, dan dijaga puluhan aparat dari TNI maupun Polri.
Sesampai didepan  rumah  Purwadi salah seorang orator  Edi Lukito  menghimbanu agar pengikut Minardi Mursyid segera bertaubat dan koordinasi denan MUI ataupun Kemenag setempat untuk melakukan pembinaan.
Sementara itu orator yang lain Sholeh Ibrahim menyampaikan kesesatan Ajaran Pimpinan YATAIN minardi Mursyid yang tidak mengakui Sunnah Nabi Muhammad SAW. “Bagaimana bisa Mereka melakukan Sholat jika tidak mengakui Hadits Muhammad SAW? ujarnya. Kemudian massa menempelkan spanduk dan himbauan tentang pelarangan Ingkarus Sunah.
Acara serupa dilanjutkan menyegel Rumah Minardi Mursyid di kawasan Demakan Mojolaban dan di Masjid Tauhid kawasan Singopurran Kartasura Sukoharjo yang biasa menadakan Pengajian Minardi Mursyid Setia Sabtu Pagi dan Minggu malam.
Sementara itu menurut salah satu Takmir masjid An-Nur yang berjarak 200 an meter dari Rumah Purwadi, pengajian di Tegal Asri Jamaahnya sekitar 50 an, dan sebenarnya warga sini juga resah dengan pengajiannya Minardi Mursyid dan sudah banyak yang menyatakan keluar.
Ditemui terpisah, salah satu penyuluh dari Kemenag Karanganyar menyatakan bahwa Kemenag Karanganyar tidak merekomendasikan adanya organisasi YATAIN di Karanganayar. Menurutnya rencananya YATAIN mendaftarkan diri sebagai Ormas di Sragen dan Karanganyar, sedangkan di Sukoharjo Minardi Mursyid mendaftarkan diri dengan nama  Lembaga Pengkajian Pendalaman Al-Quran Tauhid [LPPAT].(humasaksi)


Forum Islam Al Busyro kembali merilis sebuah statement, tidak seperti biasanya  yang berisi seruan jihad atau klaim terhadap beberapa aksi yang terjadi di Tanah Air.
Kali ini, statement dikeluarkan berkaitan tantangan terbuka kepada aparat kepolisian Indonesia khususnya Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror. Menariknya statement tersebut dilansir pula didalam situs milik kepolisian RI di http://sumbar.polri.go.id/pengumuman/6/surat-tantangan-mujahidin.html.
Capture halaman website Polri yang berisi surat tantangan mujahidin
Statement itu sendiri, ditulis mengatasnamakan Komandan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso yang disebut-sebut sebagai buronan pihak kepolisian. Berikut statement tantangan tersebut :
بسم الله الرحمن الرحيم
Sariyatu Tsa'ri wad Dawaa'
bekerjasama dengan
Forum Islam Al-Busyro
mempersembahkan
Surat Tantangan
Terbuat dari :
KOMANDAN MUJAHIDIN INDONESIA TIMUR
Kepada
DENSUS 88 ANTI TEROR
Kami selaku Mujahidin gugus tugas Indonesia Timur MENANTANG kepada Densus (Detasement Khusus) 88 Anti Teror untuk BERPERANG secara Terbuka dan Jantan…!!!
Mari kita berperang secara laki-laki…!!! Jangan kalian Cuma berani menembak, menangkapi anggota kami yang tidak bersenjata…!!! Kalau kalian benar-benar Kelompok laki-laki, maka hadapi kami…!!! Jangan kalian menang tampang saja tampil di TV…!!!
Buktikan bahwa kalian Pasukan Elit yang terlatih secara professional dengan Senjata lengkap dan Pelatih yang didatangkan langsung dari USA…!!!
Kenapa kalian menghadapi kami saja takut yang jumlahnya sedikit, serta Senjata Rakitan…??? Kalian undang TNI (Tentara Nasional Indonesia) untuk menghadapi kami, ataukah kalian ini hanya kumpulan Banci-banci saja…???
Kepada TNI, biarkan kami selesaikan Urusan ini…???
Biarkan DENSUS vs MUJAHIDIN bertempur sampai siapa yang kalah dan siapa yang menang, jadilah anda Penonton yang baik…!!!
Jangan mau anda dibodohi Densus, mereka yang banyak makan uang, anda yang harus susah harus berperang dengan kami, sedangkan mereka enak-enak menonton anda…!!!
Biarkan Rakyat Indonesia tau siapa sebenarnya Densus 88 Anti Teror…!!!
Mereka hanya pemakan Uang Rakyat dengan alasan Pemberantasan Terorisme, padahal mereka sendiri yang membikin Teror, supaya dilihat memang betul ada Teroris, padahal itu semua akal liciknya mereka supaya mendapat pangkat dan kedudukan, dengan mengorbankan Anak Bangsa yang tidak tau persoalan dan dibodohi oleh mereka.
Padahal seharusnya kamilah MUJAHIDIN yang mereka harus lawan, tapi ternyata mereka hanya berani melawan orang tak bersenjata.
Oleh karena itu, kami MENANTANG secara Terbuka kepada Densus 88 Anti Teror untuk Berperang. Jangan kalian tangkapi orang-orang yang lemah lagi, LAWANLAH KAMI…!!!
KEDATANGAN KALIAN KAMI TUNGGU…!!!
Demikian Surat Tantangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Atas Nama
Komandan Mujahidin Indonesia Timur
Abu Mus'ab Al-Zarqawi Al-Indunesi
ABU WARDAH aka SANTOSO aka ABU YAHYA
Allahu Akbar......
{Dan Kemuliaan itu milik Allah, Rasul-Nya dan Orang-orang yang Beriman, akan tetapi orang-orang Munafik tidak mengetahuinya}

Jangan lupa untuk selalu mendoakan Para Mujahidin dalam Doa-doa Khusyu' kalian
Ahad, 14 Oktober 2012 28 Dzulqo'dah 1433 H
Dari Ikhwan kalian di :
Sariyatu Tsa'ri wad Dawaa' Sariyah Pembalasan dan Obat Penawar dan
Forum Islam Al-Busyro Di sini kita bermula, di Ma'rokah kita kan berjumpa

JAKARTA  - Majelis Ulama Indonesia (MUI)  dengan tegas menolak berbagai upaya 'menghidupkan kembali' ideologi komunisme, KH. Amidhan, ketua MUI, mengatakan pihak-pihak yang saat ini gencar meneriakkan slogan dan rekomendasi keadilan bagi anggota atau keluarga PKI dan afiliasinya lupa atau sengaja menutupi fakta yang sesungguhnya menjadi latar belakang aksi-aksi rakyat pada kurun Oktober 1965-1966.
"Seharusnya mereka juga menyelidiki dan mengupayakan keadilan bagi para kyai dan ulama yang telah menjadi korban aksi-aksi sepihak PKI sebelum 30 September 1965," ujar Amidhan, dalam diskusi 'Mengungkap Pengkhianatan/Pemberontakan G30S-PKI tahun 1965', Aula Gedung MUI, Jl. Proklamasi 51, Jakarta Pusat, Senin (1/10).
Menurut Amidhan, rekomendasi tersebut sama saja ingin menjadikan PKI sebagai pahlawan. Padahal menurutnya, pelaku pemberontakan G30S/PKI adalah partai berhaluan komunis itu. "Tidak adil kalau pembantaian PKI dianggap pelanggaran HAM (hak asasi manusia) berat," kata Amidhan
Peristiwa setelah G30S/PKI, dinilai Amidhan, merupakan reaksi atas pembunuhan enam jenderal Angkatan Darat (AD). Rakyat saat itu, menurut Amidhan, demikian geram. Apalagi sebelum peristiwa G30S/PKI, PKI juga melakukan pembersihan pada kyai dan santrinya di desa-desa. "Mereka membunuh dengan dalih memerangi tuan tanah," katanya.
PKI dengan paham komunis yang dibawanya pada saat itu menganggap kelompok Islam adalah salah satu musuh mereka. Pemungut zakat dianggap salah satu dari tujuh setan desa yang jelas bertentangan dengan syariat Islam. "Sejak saat itu para tokoh muslim memberikan reaksi keras dengan melakukan perlawan balik," katanya.
Tanggal 30 September 1965, dinilai Amidhan, adalah puncak gunung es dari niat jahat PKI merebut kekuasan RI.
Ditambahkan Amidhan, suara-suara yang ingin meluruskan fakta sejarah tersebut sudah menguat sejak berakhirnya orde baru.Memasuki era reformasi, banyak tekanan untuk dilakukannya pelurusan sejarah. Namun isu ini dinilai Amidhan diboncengi dengan upaya memojokan kelompok Islam dengan tuduhan turut serta membantai pemimpinan dan pendukung PKI. "Kekejaman PKI luar biasa," katanya.
"Bahkan salah satu lembaga negara yang menangani permasalahan HAM dan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa peristiwa 30 September telah terdapat bukti pelanggaran HAM berat," tambahnya.
Amidhan sendiri melihat saat ini gerakan komunis muda mulai bangkit. Tidak bergerak di permukaan, mereka bergerak melalui gerakan menuntut keadilan dengan dalih pelurusan sejarah.
Padahal, menurut Amidhan, apabila rakyat tidak melakukan perlawanan massif terhadap PKI dan afiliasinya, maka kemungkinan besar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bisa bubar. Berganti menjadi Negara Komunis Indonesia.
Hingga saat ini, menurut Amidhan, masih ada pro dan kontra mengenai siapa di balik gerakan pembrontakan tersebut, dari mulai intelejen asing, friksi internal tentara Angkatan Darat saat itu, hingga intelejen asing yang ikut bermain. "MUI masih berkeyakinan bahwa pelakunya adalah PKI (Partai Komunis Indonesia)," kata Amidhan.
Selain Amidhan, hadir juga Letjend. Kiki Syahnakri, Prof. Mansyur Suryanegara, Dr.Taufiq Ismail, Alfian Tanjung, Harry Tjan Silalahi.

JAKARTA (voa-islam.com) - Berkenaan dengan beredarnya film “Innocence of muslim” yang secara provokatif dan nyata menghina serta melecehkan Rosulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam maka Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) menyampaikan pernyataan sikapnya.

Menurut JAT pelecehan dan penghinaan terhadap Islam akan terus berlanjut jika tidak ada kekuatan yang riil (baik dalam bentuk jamaah, daulah maupun khilafah) untuk menghentikannya.

Untuk itu seluruh elemen umat Islam (ulama, umaro dan ummat) hendaknya bersatu padu dan bersungguh-sungguh memperjuangkan tegaknya negara yang diatur dengan syariat Islam, karena tegaknya syariat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah tuntutan ibadah sekaligus  kemurnian tauhid.

Selain itu JAT juga menyerukan  kaum muslimin menyatukan shaff berjuangan bersama mujahid global melawan hegemoni amerika dan antek-anteknya di mana pun berada sampai tegaknya khilafah alla minhajin nubbuwah.

Demikian pernyataa sikap JAT tertanggal Jakarta, 01 Dzulqo’dah 1433H / 17 September 2012 yang ditandatangani oleh Direktur JAT Media Center (JMC), ustadz Son Hadi. [Ahmed Widad]

JAKARTA (voa-islam.com) - Koordinator lapangan Forum Umat Islam (FUI) dalam aksi protes “Mengutuk Film Innocence of Muslim” ustadz Bernad Abdul Jabbar menyatakan bahwa aparat kepolisian telah melakukan provokasi lebih dulu hingga berujung bentrok di depan Kedubes Amerika Serikat di Jl. Medan Merdeka Selatan, No. 3 - 5, Jakarta Pusat.
Ustadz Bernad -sapaan akrabnya- mengungkapkan, saat berusaha mendekat ke Kedubes AS, aparat kepolisian di lapangan malah menghujat massa umat Islam yang membela penghinaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan cacian kafir.

“Tadi waktu kita jalan, kita ingin ke depan mendekat Kedubes Amerika, lalu ada provokasi dari polisi yang kemudian mencaci, bahkan kita dikatakan kafir,” ujarnya saat dihubungi voa-islam.com, Senin malam (17/9/2012).
...Tadi waktu kita jalan, kita ingin ke depan mendekat Kedubes Amerika, lalu ada provokasi dari polisi yang kemudian mencaci, bahkan kita dikatakan kafir


Tak hanya menghujat dengan cacian kafir, aparat kepolisian lalu melakukan pemukulan terlebih dahulu hingga massa umat Islam diberondong sejumlah tembakan.

“Kemudian dari pihak polisi itu memukul, lalu waktu kita berlari polisi melihat seolah-olah kita mau menyerang. Maka ketika itu kita langsung diberondong tembakan. Selongsong peluru karet dan peluru tajamnya ada sama saya buktinya sekarang,” ungkap mantan misionaris Kristen yang menjadi muallaf dan kini menjadi dai.
...ketika itu kita langsung diberondong tembakan. Selongsong peluru karet dan peluru tajamnya ada sama saya buktinya sekarang


Pernyataan ustadz Bernad tersebut sekaligus membantah tudingan Kabid. Humas Polda Metro Jaya yang menyatakan demonstarsi FUI anarkis dan memulai provokasi, sebagaimana tersebar di sejumlah media.
"Waktu berhadapan dengan petugas mereka duluan memprovokasi dengan lemparan, sehingga yang pertama jatuh itu petugas kita dengan luka cukup parah di bagian muka dan dilarikan ke Rumah Sakit Gatotsubroto," Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Senin (17/9/2012).
Hingga malam tadi, ustadz Bernad masih berada di rumah sakit Mitra Menteng Afiah (MMA) di Jl. Kalipasir Raya Jakarta Pusat untuk memantau korban luka-luka dari massa umat Islam.
“Saya sekarang masih di rumah sakit melihat korban, ada 4 orang yang dirawat 1 orang sekarang,” tutupnya. [Ahmed Widad]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget