Articles by "Muslimah"

Seorang Muslimah yang berani, mempertaruhkan nyawanya dalam mengangkat seorang laki2 yang di tembak oleh Sniper tentara Bassar Assad Laknatullah ketika dia sedang menyebrangi jalan. Sayangnya laki2 tsb telah meninggal. Namun hal tsb tidak menyurutkan nyali muslimah tsb untuk menganggat jenazahnya dari jalanan. Mungkin muslimah tsb berpikir masih ada kesempatan utk menyelamatkan pemuda muslim tsb.

Disaat wanita tsb berlari menuju jenazah laki2 tsb, bbrp orang yang lain pun mengikuti muslimah tsb. Kita bisa mendengar suara tembakan disaat mereka mengangkat jenazah laki2 tsb dari jalanan. Mereka adalah rakyat sipil yang tidak bersenjata. Yang selalu menjadi korban dan target dari tentara2 thaghut banci kafir syiah bassar assad laknatullah.
 

Istri seorang yang dituduh sebagai agen ganda, yang telah membunuh tujuh perwira CIA dalam sebuah serangan bom syahid di Afghanistan, pada tahun 2010 lalu,  mengatakan bahwa suaminya menganggap Amerika Serikat sebagai musuh umat Islam dan ia sangat bangga atas misi yang dilakukan suaminya dengan melakukan aksi Isytihad dengan membunuh tujuh perwira CIA.
Defne Bayrak asli Turki dan merupakan istri dari Hammam Abu Khalil al-Balawi, mengatakan bahwa ia meragukan suaminya bekerja untuk CIA.
“Saya bangga dengan suami saya. Dia telah melakukan misi yang sangat penting dalam perang seperti itu,” kata Bayrak yang saat ini tinggal di Istanbul, kepada wartawan.
“Saya pikir tidak mungkin ia seorang agen Amerika. Dia terlalu memusuhi Amerika. Dia hanya mempergunakan Amerika dan Yordania untuk mencapai tujuannya tersebut.”
“Dia memiliki karakter yang sangat kuat. Jika ia melakukannya, dia pasti melakukannya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Tidak ada yang dapat memaksanya melakukan sesuatu,” kata Bayrak kepada surat kabar Sabah.
Mengenakan kerudung hitam, Bayrak mengatakan ia sebelumnya di telepon oleh salah seorang teman suaminya yang berasal dari Yordan yang saat ini di Pakistan yang mengatakan bahwa suaminya telah meledakkan dirinya di sebuah pangkalan AS di Afghanistan pada tanggal 30 Desember 2010. Teman suaminya itu juga mengatakan ia akan mengirimkan pesan terakhir dan surat wasiat suaminya kepadanya.
Balawi meledakkan dirinya di dalam pangkalam militer AS Chapman, di provinsi Khost tenggara dekat perbatasan dengan Pakistan.
Sayap Al-Qaidah Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas aksi bom syahid tersebut, dan serangan itu merupakan serangan kedua yang paling mematikan dalam sejarah CIA, dan Al-Qaidah mengatakan bahwa serangan bom syahid tersebut sebagai aksi balas dendam atas kematian pemimpin mereka.
Bayrak sendiri merupakan seorang wartawan yang telah menulis beberapa buku termasuk satu buku berjudul “Usamah bin Laden: Che Guevara dari Timur”, sebelumnya ia mengatakan kepada surat kabar “Sabah” bahwa ia percaya suaminya bukan pergi ke Afghanistan namun ke Pakistan untuk melanjutkan studi medisnya dan ia sangat terkejut mendengar berita kematian suaminya.
Mantan pejabat intelijen mengatakan bahwa Balawi adalah seorang dokter, kemudian direkrut oleh intelijen Yordania untuk mencoba menyusup ke jaringan al-Qaidah dan Taliban.
Balawi telah dikaitkan dengan kelompok Islamis di masa lalu, namun AS dan badan intelijen Yordania percaya ia telah berhasil di “de-radikalisasi.”
Bayrak mengatakan dia bertemu suaminya ketika ia sedang belajar kedokteran di Universitas Istanbul. Mereka tinggal di Yordania, di mana saat ini mereka mempunyai dua anak perempuan, sebelum pindah kembali ke Turki pada Oktober 2009.(fq/aby)

Sarah Joseph (36) adalah muallaf asli Inggris yang masuk Islam di usia 16 tahun. Jurnalis produktif ini selepas memeluk Islam rajin memberikan kuliah tentang Islam di Inggris dan mancanegara. Kini, di tengah imej negatif Islam di dunia Barat, dia berjuang membangun citra positif Islam melalui media. Salah satunya dengan menerbitkan majalah Emel, sebuah majalah khas yang mengupas seputar gaya hidup Islam.
Emel bisa disebut satu-satunya majalah berwarna Islam yang terbit di dataran Britania Raya. Dalam sebuah wawancara dengan harian The Guardian yang terbit di London, Sarah yang dulunya menganut paham Katolik, memprediksi Islam akan punya peran besar ke depan dalam memecahkan berbagai permasalahan dunia. Dia juga banyak bertutur bagaimana seharusnya seorang Muslim yang bermukim di negara Barat berperilaku. Berikut penuturan ibu tiga anak yang pernah mendapat OBE Awards tahun 2004 (untuk aktifitasnya dalam membangun dialog antar umat beragama) disadur dari beberapa wawancaranya dengan media Inggris.

“Saya hidup selama 16 tahun tanpa Islam. Jadi manusia biasa, menjadi seorang wanita, seorang ibu, dan editor di London. Semua hal itu telah membentuk saya menjadi seorang pribadi yang luwes. Akan tetapi peran saya sebagai seorang ibu terbentuk saat menjadi Muslim,” kata Sarah Joseph. Dikatakannya, seorang Muslim punya hak-hak individu sendiri, ada persyaratan-persyaratan tertentu. Sebagaimana individu lain juga punya hal yang sama tanpa memperhatikan apakah dia Islam atau bukan. Namun dengan menjadi seorang Muslim, seseorang itu akan terbentuk menjadi pribadi yang menghargai hak individu orang lain.

“Saya orang Inggris dan berpikir seperti kebanyakan orang Barat lainnya. Saat saya berkunjung ke negara Islam saya jadi paham aspek-aspek orang Islam, namun saya tidak mau turut campur dengan adat kebiasaan setempat,” imbuhnya. Sarah mengatakan menjadi anggota di dua komunitas berbeda (Inggris dan Islam) memang sulit. Namun dia punya kewajiban untuk menjelaskan tentang Islam sebenarnya. “Saya punya perasaan yang maha dahsyat kala berbicara dengan mereka. Berbicara dari hati ke hati satu sama lain. Saya berikan hidup ini hanya untuk menjadi jembatan diantara dua komunitas ini,” katanya.

Menerbitkan majalah Islam

"Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan di Barat umumnya, harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Harus jadi jembatan antara dua dunia itu. Kita-kita yang lahir disini dan besar dalam masyarakat Inggris, memiliki tanggungjawab untuk menjelaskan Islam pada kalangan Barat. Saya melihat Islam punya kapasitas memberikan yang terbaik. Syaratnya mereka (Barat-red) harus memulainya dengan melihat Islam sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” kata dia.

Wanita London itu menempuh pintu lain dalam menerjemahkan Islam untuk dunia Barat. Dia meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Islam dan salah satu targetnya adalah pembaca non Muslim. Majalah itu, awalnya, dibiayai dari tabungannya sendiri. Kini mulai dikenal khalayak dan bersanding dengan majalah-majalah terkenal lainnya di toko-toko buku.

Emel, nama majalah itu. Berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life. Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fashion, desain interior, finance, entrepreneur, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan. Lalu ada juga rubrik berkebun dan feature tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau. Semuanya dikemas secara populer dengan menampilkan sisi Islam yang selama ini terlupakan ditengah arus islamofobia dan isu terorisme.

Emel pertama kali diterbitkan tahun 2003 dan hanya ada di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku Islam saja. Namun dalam perkembangannya ternyata non Muslim pun menyukai majalah itu. Sehingga sejak September 2005 distribusinya mulai diperluas untuk umum. Catatan Wikipedia, kini Emel memiliki sirkulasi di 30 negara. Majalah ini juga bisa diakses di internet (www.emelmagazine.com)

“Hari ini berita-berita tentang Islam identik dengan pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Kami ingin tampilkan sesuatu yang lain. Hal-hal normal yang berlaku dalam Islam, yang tak banyak diangkat. Kami tujukan majalah ini utamanya bagi kalangan muda,” kata Sarah bersemangat. Sarah berupaya mempresentasikan Islam yang sebenarnya, dengan menonjolkan kontribusi yang telah mereka buat, terutama untuk membangun opini masyarakat Inggris. Dengan sentuhan layout yang menarik, pesan-pesan Islam dapat dipahami secara luas tanpa dogma-dogma agama atau bumbu politik.

“Dalam majalah ini seorang Muslim digambarkan, misalnya, mengenakan pakaian seperti ini, lalu makan makanan yang seperti itu. Kami menawarkan jendela masuk ke komunitas Islam, jauh dari sekadar ungkapan-ungkapan berbau klise,” tambahnya.

Mulai dengan modal kecil

“Seorang wartawan BBC mengira kami punya modal hingga 5 juta Poundsterling. Saya tertawa. Kami mulai dengan modal awal 20 ribu Poundsterling,” jelas Sarah.

“Ada yang tanya, dengan meningkatnya perasaan takut akan Islam, inikah saatnya untuk pembaca non Muslim? Kami musti bilang, “mari turunkan kepala kita.” Jika masing-masing kita masih tetap membuat kubu sendiri, maka permusuhan itu tak akan pernah hilang,” katanya.

Sarah yang pernah mendapat undangan Toni Blair (mantan PM Inggris) itu ingin menunjukkan sesuatu yang lain. Bahwa Islam bukan hanya ibadah shalat atau politik. Tapi Islam juga mengatur gaya hidup.

Dulu banyak yang tidak tahu bagaimana konsep hidup seorang Muslim. Namun kini perlahan mulai jelas setelah majalah ini diluncurkan. Emel berhasil merebut pasar yang belum banyak dimanfaatkan media lain dan meruntuhkan imej buruk sebagian kalangan yang benci Islam. Oplahnya kini lebih dari 20.000 eksemplar dan memiliki 3000 pelanggan tetap. Sarah giat membantu pengembangan ide dengan meramu Islam masa kini dan masa lalu serta mengajak pembaca Muslim memberikan kontribusi mereka. Majalah yang bermarkas di Whitechapel, timur London itu memiliki enam orang staf dan beberapa relawan.

Imej Islam di Barat

Sarah sedikit risau melihat beberapa media yang dalam melaporkan hal ektrimis terlalu banyak menambah-nambahkan isi berita. "Jika kehidupan Islam diisolasi, ditakut-takuti, dikatakan tidak seorangpun mau berteman dengan mereka, maka ini tidak sehat bagi masyarakat kami.," kata dia.

“Anda tidak boleh memberi label “Islam Fundamentalis.” Cukup disebutkan saja mereka itu telah melenceng dari ajaran agamanya. Saya sangat tidak setuju sebagian kalangan yang menyebut Al-Quran secara aktif telah mendorong terjadinya serangan teror. Jika mereka katakan seperti itu, maka mereka itu sama saja dengan Al-Qaidah. Mereka menyanyikan lagu yang sama,” tandas Sarah lagi. Dalam pandangannya, Al-Qaidah dan yang sejenisnya menggunakan Islam dan Al-Quran untuk melegitimasi kekerasan secara cerdik.

Perilaku orang Islam

“Jujur saja, perilaku sebagian Muslim kadang-kadang sangat tidak membantu merubah imej Islam di Barat. Kita perlu lebih sadar akan hal ini. Orang-orang memantau perilaku kita dan memberi penilaian tertentu. Ada sebuah survei tahun 2002 silam. Disebutkan 70 persen masyarakat Inggris tidak tahu apa-apa atau bahkan tidak peduli sama sekali apa itu Islam. Islam mereka pahami hanya berdasarkan informasi dari media saja. Celakanya media tidak menunjukkan Islam secara proporsional. Jadi, ini benar-benar tugas kita dan sekali lagi tergantung pada kita untuk mengubah opini tersebut. Tentunya dengan sikap dan perilaku Islami. Orang Islam musti proaktif menunjukkan hal-hal positif dalam Islam. Sangat banyak jalan untuk menunjukkan hal itu,” pintanya.

Dalam sebuah percakapan live di situs Islamonline, Sarah sempat ditanya apakah Barat tempat yang cocok bagi seorang Muslim untuk mempraktekkan keyakinannya di tengah kampanye sekuler. Dalam pandangannya, Allah SWT telah menciptakan dunia ini. Jadi, bagi Muslim, hidup dimana saja bisa dan mungkin.

”Barat punya isu sekularime, memang benar. Hal itu bisa menyerang agama dan moralitas kita. Benar. Tapi haruskah kita membiarkan kapal pergi menuju pulau yang damai sentosa (tanpa kita di dalamnya)? Para Nabi tidak pernah menyerah meskipun dicerca dan dihina. Kita tidak boleh menyerah. Patut kita tunjukkan bahwa Islam relevan dengan dunia ini. Karena itu kita perlu terus meningkatkan kualitas dakwah sehingga Islam mudah dipahami,” tegasnya.

Masuk Islam di usia muda

Sebelum kenal Islam Sarah adalah penganut paham Katolik Roma. Dia termasuk remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan agama, sosial, dan politik. Agama waktu itu benar-benar muncul dari dalam hatinya hingga berpengaruh dalam aktifitas sosial kemasyarakatan. Keluarganya menganut paham liberal. Mereka justru tak peduli agama. Ibu Sarah sering berujar anaknya itu sangat agamis, meski masih sangat kecil.

Pada usia 13 tahun, abang kandung Sarah masuk Islam. Waktu itu karena alasan perkawinan. “Terang saja saya sangat benci dengan keputusannya. Waktu itu dia saya tuduh menjual keyakinan hanya karena wanita. Saya masih takut kala itu. Sebab Islam sangat asing, dan saya banyak membaca sisi negatif tentang Islam,” kisah Sarah.

“Prasangka buruk tentang Islam sulit hilang. Tapi saya tahu, perasaan takut itu karena saya belum tahu Islam yang sesungguhnya. Akhirnya saya putuskan untuk mencari informasi lebih jauh tentang Islam. Sungguh, saya benar-benar ingin tahu. Tak berapa lama setelah itu saya meninggalkan ajaran Katolik. Bukan karena saya tertarik dengan Islam. Namun lebih karena kecewa aturan Paus. Saya tidak dapat menerima aturan sentralistik yang berpusat di Roma,” lanjutnya.

”Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari Kristen. Namun belum memilih Islam. Waktu itu saya “kosong”. Saya masih berusaha mencari Tuhan. Dalam pencarian itu, Islamlah yang kemudian lebih dulu mengalir dalam hati saya. Islam menjawab semua pertanyaan saya. Terutama tentang Trinitas. Satu hal lagi, Al-Quran tidak mengalami perubahan sama sekali, lain dengan Bibel. Perlahan, saya menemukan jawaban tentang Islam yang telah mengendap sekian lama,” aku Sarah. Sarah masuk Islam di usia sangat belia yakni pada usia16 tahun.

Terkesan shalat

“Jujur saja, satu hal lagi yang membuat saya menerima Islam adalah saat melihat orang shalat. Kala mereka bersimpuh dalam sujud dengan penuh kerendahan diri. Saya kira inilah yang disebut “kepatuhan” atau ketundukan sebagai seorang hamba,” kenang Sarah.

Awalnya memang berat bagi Sarah. Perlu beberapa waktu untuk merealisasikan Islam dalam diri dan kehidupannya. Terutama membawanya ke dalam keluarga dan lingkungan sosial.

“Tapi lama-kelamaan, keluarga melihat saya tetap dapat berkontribusi untuk masyarakat kendati sebagai seorang Muslim. Hal itu bikin mereka gembira dan dapat menerima saya kembali,” sebutnya.

Pada kali pertama orangtuanya memang menolak rencana anaknya masuk Islam. Bahkan mereka mengucapkan kata “belangsungkawa” kala Sarah mulai mengenakan jilbab. Tapi dalam pandangan Sarah mengenakan jilbab merupakan sebuah pilihan.

“Keluarga saya menganut paham liberal. Begitupun mendengar saya masuk Islam mereka sangat menentang. Mereka menyangka saya akan jadi seseorang yang lain.

Konon lagi saya mengenakan jilbab persis di awal-awal masuk Islam, mereka makin menentang. Jika saja saya tidak mengenakannya maka semuanya akan mudah. Tapi saya memang sangat ingin pakai jilbab. Saya benar-benar ingin jadi seorang Muslim. Perlu waktu beberapa tahun bagi keluarga saya untuk bisa paham hal ini. Tapi kini mereka sangat bahagia. Mereka senang dengan jalan hidup yang saya pilih dan ternyata itu bagus. Begitupun, sayangnya mereka belum menunjukkan sinyal untuk memeluk Islam,” ujar Sarah.

Menikah dengan pria Bangladesh

Tahun 1992 Sarah menikah dengan Mahmud, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh Mahmud bekerja sebagai pengacara. Orangtua Mahmud datang ke Inggris sekitar tahun 1960. Keluarga Sarah mulai menerimanya, karena penampilan Mahmud yang moderat. Kini pasangan itu telah dianugerahi tiga orang anak, Hasan (11), Sumayah (8), dan Amirah (5).

"Identitas saya sebagai seorang Muslim sangat jelas. Memiliki identitas seperti ini tidak berlawanan dengan kaedah umum dan saya dapat hidup secara plural dalam masyarakat yang toleran,” katanya tegas.

”Jika kita bilang Islam hanya tentang shalat dan politik, maka kita telah membuatnya jadi kering, cuma berisi aturan-aturan teologis. Tapi jika kita bisa tunjukkan, misalnya pada kawula muda (Islam) bahwa kebudayaan Islam juga telah ikut membangun Eropa, maka kita telah beritahukan bahwa mereka itu adalah pemegang amanah masa depan. Anak-anak muda Islam perlu tahu tentang itu.

“Hidup ini adalah ujian, arena untuk mensucikan jiwa dan sarana untuk menerima kasih sayang Allah. Islam bagi saya merupakan jalan termudah untuk berhubungan dengan Tuhan. Saya berpikir kita musti fokus kepada tujuan hidup daripada hanya sekedar menjalankan perintah atau ajaran agama saja,” katanya. “Lihatlah Islam sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” tambah Sarah.

[Zulkarnain Jalil, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Sebuah komunike dikeluarkan oleh Departemen untuk urusan tawanan Palestina bahwa pendudukan Zionis Israel dalam periode terakhir melakukan serangan yang targetkan terfokus pada psikologis para tawanan perempuan, termasuk pemukulan, penyiraman dengan gas, dan pelecehan terhadap kehormatan perempuan. Semua ini merupakan bentuk pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM) dan bertentangan dengan semua konvensi internasional dan kemanusiaan. Sehingga, Departemen untuk urusan tawanan Palestina menuntut untuk memberikan tekanan pada Zionis Israel agar membebaskan semua tawanan perempuan.
Dalam komunike itu dijelaskan bahwa dari 45 tawanan perempuan, tiga di antaranya adalah anak di bawah umur, usia mereka kurang dari delapan belas tahun. Mereka hingga kini masih berada dalam penjara Hasharon dan Damon. Mereka itu termasuk di antara tujuh ratus perempuan yang diculik selama berlangsungnya Intifada Al-Aqsa. Dijelaskan juga bahwa pendudukan Zionis Israel telah menculik hampir sepuluh ribu tawanan perempuan sejak tahun 1967.
Komunike itu memperingatkan bahwa salah seorang tawanan perempuan yang masih di bawah umur itu sering menghadapi tindakan percobaan pelecehan seksual. Hal ini terungkap melalui pengakuan para tawanan perempaun kepada para pengacara dari Departemen untuk urusan tawanan Palestina dalam kunjungannya yang terakhir, serta berbagai penderitaan lain yang dialami oleh para tawanan perempuan pada umumnya.
Penyiksaan Sistematis
Dalam komunike itu dikatakan bahwa intelijen Zionis Israel tidak membedakan antara tawanan laki-laki dan tawanan perempuan. Sebab, tawanan perempuan pun juga menghadapi pemukulan, penghinaan, intimidasi, dan perlakuan kejam. Sebagaimana pada unit tentara Zionis Israel tidak disertai dengan seorang tentara perempuan yang akan bertugas untuk menangkap kaum perempuan.
Dalam komunike itu dipaparkan kesaksian seorang tawanan perempuan, Qahirah Saadi, seorang ibu dari empat anak. Ia telah dijatuhi hukuman seumur hidup sebanyak tiga kali, di samping dijatuhi hukuman selama tiga puluh tahun. Ia mengatakan bahwa selama dalam penjara para tentara Zionis Israel, ia sering dipukuli, dicaci, dan dilecehkan dengan derbagai bentuk penghinaan, dengan menyebutnya sebagai perempuan keji dan kotor.
Ia mengatakan bahwa setelah ia ditangkap oleh tentara Zionis Israel, maka ia pun dipukuli dengan popor senapan, diinterogasi dalam keadaan telanjang, ditempatkan di tempat menakutkan selama beberapa hari sambil tangan dan kaki diikat pada kusi dalam sebuah ruang tahanan yang sepi dan sunyi. Tempat ini merupakan pusat interogasi para kepala sipir penjara yang ada di Al-Quds (Yerusalem) yang diduduki Zionis Israel.
Saadi juga menjelaskan bahwa kemudian ia dipindahkan ke penjara bawah tanah yang tanpa cahaya, sangat lembab sekali, dan penuh dengan kecoak, serangga dan juga tikus. Ia dimasukkan dalam penjara bawah tanah ini selama sembilan hari.
Penderitaan Terus Berlanjut
Menurut komunike itu, para tawanan perempuan mengadukan tentang kondisi dalam penjara. Mereka menjelaskan bahwa mereka diperlakukan sangat kasar dan kejam. Mereka hidup dalam kondisi yang tak tertahankan termasuk aspek-aspek hidup dan psikologis oleh tindakan-tindakan manajemen penjara.
Mereka mengeluhkan bahwa hidup sangat berdesak-desakan di dalam ruang penjara, penyebaran penyakit kulit akibat kelembaban yang tinggi, dan mereka tidak mendapatkan pelayanan pengobatan (kesehatan) yang layak dari manajemen penjara.
Komunike itu memperingatkan bahwa penderitaan bagi para tawanan perempuan yang telah menikah adalah dua kali lipat. Dikatakan tentang keadaan tawanan perempuan yang dibebaskan, Khawlah Muhammad Zitawi, yang ditahan setelah suaminya, di mana ketika ditahan ia meninggalkan dua anak perempuan yang masih kecil. Dan selama tujuh hari dalam penjara ia mendapatkan berbagai model penyiksaan psikologis dan fisik.
Menurut sebuah pernyataan yang disertai dengan kutukan kepada Zionis Israel dari seorang perempuan yang pernah merasakan kejamnya penjara Israel. Ia berkata: “Saya ditempatkan di ruang sepi dan menakutkan sendirian di atas kursi. Kedua tangan saya diborgol ke belakang selama berjam-jam. Kemudian saya diinterogasi dengan alat pendeteksi kebohongan beberapa kali, dan pada saat diinterogasi itu saya pingsan. Sehingga, tiba-tiba saya merasa bahwa saya sudah ada di rumah sakit, dengan kedua tangan dan kaki saya diborgol, dan kedua mata saya juga ditutupi.”
Zitawi mengatakan bahwa para penculik itu mengancamnya, dengan ancaman bahwa ia selamanya tidak akan pernah lagi melihat anak-anaknya setelah hari ini, kecuali ia mau mengakui apa yang dituduhkan terhadap dirinya.
Tidak Boleh Ada Kunjungan
Komunike ini juga mejelaskan tentang apa yang dianggapnya sebagai hukuman kolektif terhadap para tawanan perempuan, tawanan politik, dan keluarganya melalui rintangan dan hambatan yang diciptakan oleh otoritas penjara di depan mereka, dengan persyaratan bahwa mereka telah mendapatkan izin khusus untuk dapat mengunjungi anak-anak mereka dan kerabat mereka yang ditangkap dan dipindahkan oleh Israel ke penjara-penjara yang ada di dalam wilayah Israel.
Komunike itu menegaskan bahwa tindakan kejam dan keji ini bertentangan dengan  pasal (49) dari konvensi Jenewa tentang perlindungan warga sipil di saat perang, yang melarang pemindahan secara massal maupun perorangan terhadap warga yang dilindungi dari wilayah yang dijajah ke wilayah penjajah, maka apapun alasannya pemindahan tersebut dilarang.
Beberapa tawanan perempuan mengatakan bahwa anggota keluarga mereka tidak dapat mengunjunginya, atau bahkan berbicara kepada mereka melalui telepon sekalipun tidak diperbolehkan.
Juga tidak memberikan kepada para tawanan perempuan waktu kunjungan khusus ke rumah, sekalipun dalam situasi yang paling darurat. Sebagaimana manajemen penjara membuat berbagai aturan kepada keluarga tawanan, seperti memeriksa dengan membuka seluruh pakaian, sebelum mereka diperbolehkan untuk memasuki ruang kunjungan, dan hal yang sama juga dilakukan terhadap anak-anak.
Seruan
Departemen untuk urusan tawanan dan mantan tawanan mengeluarkan seruan dalam komunikenya, yang isinya menuntut pembebasan semua tawanan Palestina, terutama para tawanan perempuan, dan menghentikan pelanggaran terhadap mereka.
Begitu juga meminta masyarakat internasional dan lembaga-lembaga hak asasi manusia, lembaga-lembaga dan organisasi solidaritas rakyat Palestina untuk membuat tekanan kepada otoritas pendudukan Zionis Israel supaya menghentikan pelanggaran terhadap hak-hak tawanan perempuan Palestina, yang melebihi standar dan norma-norma kemanusiaan.
Dan menyerukan perlunya memberikan dukungan sebanyak mungkin terhadap masalah tawanan perempuan untuk memperkuat keteguhan mereka selama dalam penahanan.

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.”
(Q.s. al-Ahzab [33]: 21)

Dalam Q.s. al-Ahzab [33]  ayat 21, Allah  menegaskan tentang adanya teladan yang baik pada diri Rasulullah. Dalam segala hal, terkait dengan peri kehidupan beliau. Maka sempat tebersit dalam benak saya ketika membaca fragmen awal dari kisah hidup beliau mulai dari dilahirkan lantas disusukan kepada halimah, kemudian dikembalikan lagi kepada ibundanya (Aminah).

Sebagaimana kita ketahui lazimnya pola asuh masyarakat Mekah kala itu, seorang anak akan diserahkan kepada ibu susu untuk disusukan selama dua tahun. Dan rata-rata asal keluarga ibu susu tersebut adalah dari kampung (Badwy). Masyarakat Mekah menganggap bahwa lingkungan di kota sudah rusak dan dipenuhi dengan penyakit-penyakit masyarakat. Tetapi tentu saja, pemilihan orangtua asuh tidak dilakukan dengan sembarangan, silsilah keluarga dan track recordnya di masyarakat juga dipertimbangkan. Dengan menyerahkan pengasuhan dan penyusuan kepada para orang-orang Badwy, mereka berharap anaknya kelak akan tumbuh lebih kuat,  jauh dari pengaruh buruk pergaulan kota serta diharapkan memiliki tutur kata yang santun dan fasih, sebagaimana dimaklumkan pada waktu itu bahwa rata-rata penyair ulung Arab berasal dari orang-orang Badwy.

Aminah, Ibunda Rasulullah, sebagaimana wanita Arab pada waktu itu juga memercayakan penyusuan anaknya pada orang-orang yang datang dari kampung tersebut. Setelah menunggu beberapa waktu, dengan takdir Allah, maka dipetemukanlah ia dengan Halimah as-Sa'diyah dan suaminya, Harits. Selanjutnya, selama 2 tahun itulah bersama suaminya, Halimah membesarkan Muhammad kecil di desa Badwy. Setelah genap 2 tahun masa penyusuan, Halimah berkunjung kembali ke Mekah untuk menemui Aminah, bukan untuk mengembalikan Muhammad kecil, melainkan meminta perpanjangan waktu pengasuhan.

Barulah pada saat usia Muhammad kecil kira-kira menginjak 4 tahun, Halimah mengembalikannya kepada Aminah. Dia merasa khawatir setelah sebelumnya, Abdullah, saudara sepersusuan Muhammad, bercerita telah melihat dua orang laki-laki berjubah membelah dada Muhammad kecil. Pada saat itu, Muhammad kecil telah berkembang menjadi anak yang santun dengan tutur kata yang fasih dan akhlak yang mulia. Bahkan dua tahun setelahnya, Muhammad kecil menunjukkan kualitasnya dengan tetap sabar dan santun merawat ibundanya yang jatuh sakit di perjalanan sedari berziarah ke makam ayahnya di Yatsrib, sebelum akhirnya harus menanggung kesedihan dengan meninggalnya sang ibu.

Yang saya cermati dari sekilas kisah hidup beliau ini adalah cara pengasuhan terhadap baginda Nabi Saw. Di benak saya kemudian bermunculan pertanyaan-pertanyaan: “Apakah pola asuh semacam itu—membesarkan anak di daerah yang belum banyak terkontaminasi rusaknya pergaulan kota besar—bisa juga dilakukan pada saat ini? Masihkah itu relevan? Jika iya, bagaimana teknisnya? Apakah dengan mengambil ibu asuh sebagaimana Aminah? Ataukah mengasuhnya sendiri, orangtua saja yang pindah ke tempat semacam itu? Apakah tempat itu harus di daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota ataukah tempat itu bisa di mana saja, tetapi memiliki kualitas dengan kualitas dan karakteristik lingkungan yang sepadan? Apakah waktu 4 tahun—Rasulullah dikembalikan kepada Aminah pada usia 4 tahun—sudah cukup untuk menyiapkannya menghadapi kehidupan kota yang  demikian semrawut?

Saya tertarik mendalami ini, karena pada akhirnya nanti, insya Allah, jika Allah mengizinkan, tentu saya juga akan punya anak. Tulisan ini murni ingin mengajak diskusi, barangkali ada teman-teman yang juga tertarik mengetahui hal yang sama, atau memiliki pendapat tersendiri soal ini, silakan disampaikan. Dan jika kolom tanggapan di bawah ini tidak cukup, kiranya berkenan untuk dibuat postingan di blog maupun notes antum. Kemudian menyertakan tautan di bawah postingan ini.

Saya sadar bahwa setiap apa yang ada pada diri Nabi memiliki rahasianya tersendiri, maka, pola pengasuhan semacam ini, saya yakin juga memiliki keunggulan tersendiri. “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.”
(Q.s. Al-Ahzab [33]: 21).

Wallahu a'lam.


Ini adalah ungkapan hati seorang Muslimah yang suaminya ditangkap oleh anshorut thoghut. Suaminya bernama Thami Najim, salah satu anggota top Hizbut Tahrir ditangkap di Maroko pada (3/2/2012) lalu. Najim dulu tinggal di Denmark, ia aktif berdakwah, dan menyeru orang-orang kepada Islam, sering berceramah di Denmark, menyebarkan Islam.
Berikut ini adalah ungkapan Ummu Jihad, istri Thami Najim dalam sebuah video yang dipublikasikan di YouTube, meminta bantuan untuk pembebasan suaminya. Najim ditangkap atas tuduhan terlibat "kegiatan terorisme" karena geraknya dalam menyebarkan Islam dan keterkaitannya dengan Hizbut Tahrir, organisasi Islam yang dianggap pemerintah Maroko sebagai “organisasi keras” dan ia telah ditahan tanpa tuduhan yang sah, karena faktanya tidak melakukan kejahatan apapun, namun hanya karena ia seorang Muslim dan sangat peduli dengan agamanya. Kini Najim masih ditahan di penjara Thaghut.
***
As salamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Namaku adalah Ummu Jihad, aku adalah seorang ibu dari 4 anak, yang paling tua berusia 9 tahun dan yang paling muda berusia 2, 5 tahun.
Aku menikah dengan seorang Insinyur, Thami Najim.
Hari Jumat, 3 Februari 2012 sekitar pukul 7:30 malam, suamiku ditangkap dan dibawa dari rumah kami.
Ini terjadi tanpa pemberitahuan apapun sebeumnya.
Dan tanpa bukti apapun tentang mengapa suamiku ditangkap.
Kemudian, ternyata alasan atas penangkapannya adalah karena aktivitasnya dengan Hizbut Tahrir, yang diberi label oleh negara ini (Maroko) sebagai "kelompok kekerasan".
Tahu benar, suamiku tidak pernah mengambil bagian dari akitivitas kekerasan.
Ia membawa pemikiran politik Islam yang ia seru kepada orang lain dengan memperindah kata dan lisan yang dapat dipercaya.
Ia tidak beriman kepada kediktatoran, sekulerisme maupun aturan-aturan yang lainnnya selain apa yang Allah telah Allah wahyukan.
Jadi, berdasarkan Pemerintah ini, "dosanya" adalah bahwa ia adalah seorang Muslim yang memiliki kecemburuan untuk agamanya (Islam) dan atas keimanannya terhadap hukum-hukum Allah dan usahanya untuk membangun kembali jalan hidup Islami dengan bekerja bersama Hizbut Tahrir, yang mana setiap orang dapat menyaksikan sifat politiknya.
Apakah demokrasi memberikan hak untuk menolak orang lain, semata-mata berdasarkan fakta mereka membawa pemikiran yang berbeda-beda?
Dan apakah demokrasi dan kebebasan di Pemerintahan ini (di Maroko) mengizinkan menahan mereka yang menyeru kepada Islam dan menyeru untuk menerapkan hukum-hukum Allah?
Saya menyeru kepada semua menteri, kepada siapa yang memiliki sesuatu untuk dikatakan, dan kepada siapa yang memiliki hari nurani yang sehat. Apakah itu para pemerhati hak asasi manusia, media, individu atau kelompok-kelompok.
Mereka semua memiliki tanggungjawab untuk membawa kembali suamiku yang tertindas dan untuk mencarikan solusi permanen untuk mencegah tindakan semacam ini terjadi lagi.
Dan aku menyeru kepada rakyat negeri ini, untuk berdiri bersama-sama dengan anak bangsa ini (suami Ummu Jihad), salah seorang yang memperhatikan negaranya dan rakyat negara ini.
Dan mereka melakukan apa saja yang mereka mampu dalam pikiran mereka untuk membebaskan suamiku yang tertindas dari penjara.
Sehingga, anak-anak kecilnya dapat memeluknya lagi, karena mereka merindukannya setiap hari.
wa salamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu



Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pertanyaan ke-2
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pertanyaan ke-3
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.
  1. Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, “apa yang salah dengan itu?”) pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.
  2. Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur’an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.
  3. Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan “jangan marah, jangan marah, jangan marah”, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
  • Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
  • Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
  • Mudah memaafkan, tidak mudah marah
  • Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
  • Mencitai Allah lebih dari segalanya
  • Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
  • Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
  • Dapat mengontrol kemarahan
  • Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)
oleh: Zafaran

Islam memposisikan wanita dengan begitu mulia, karena generasi gemilang akan lahir dari rahimnya. Dalam masa kebudayaan jahiliyah sebelum datangnya Islam, wanita dianggap sangat rendah dan hina bahkan tidak sedikit ketika lahir anak perempuan dikubur hidup-hidup. Mereka memandang wanita dengan sebelah mata, bahkan dianggap hina dan tidak berharga. Setelah datangnya Islam, terbukti wanita dapat menghirup udara bebas dan diberikan tugas kepadanya dalam membangun sebuah masyarakat yang berbudaya dan beradab.
Maka kita tidak heran bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya diskriminasi terhadap wanita, tidak ada tuntutan emansipasi wanita dan feminisme. Karena sejak pertama kali di wahyukannya agama Islam kemuka bumi, Islam selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita. Dan syariat Islam yang seperti ini tidak akan luntur di makan zaman, tak akan pernah berevolusi maupun revolusi.
Hal ini berbeda dengan budaya barat dewasa ini yang merupakan produk dari zaman yang akan selalu berubah dan bergeser karena kikisan sang waktu. Sedangkan Islam meletakkan antara pria dan wanita sesuai dengan kodrat masing-masing. Maka dari itu tidak ada alasan bagi kaum muslimin baik pria, wanita, tua, muda untuk menuntut lebih dari yang di gariskan oleh sang maha menetapkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah-lah yang maha mengetahui rahasia-rahasia di balik penciptaan mahluknya.
Bangsa barat dalam reformasi dan modernisasi, menuntut persamaan hak (emansipasi). Namun, konsep emansipasi itu sendiri yang semakin lama semakin tidak jelas, yang seharusnya emansipasi membebaskan wanita dari belenggu perbudakan, tetapi malah menjerumuskan wanita ke jurang perbudakan yang baru. Pada masyarakat kapitalis, wanita dieksploitasi dan menjadi komoditas yang dapat di perjual belikan kepada umum,lihat saja tayangan iklan-iklan di media informasi di sekeliling kita. Di dalam masyarakat yang bebas, wanita di didik budaya permisif yang lepas dari nilai-nilai normatif hanya untuk kepentingan industri. Di luar konsep Islam mereka menuntut kesamaan, kebebasan dan hak asasi manusia, padahal mereka malah mengabaikkan kodrat dan martabat wanita yang seharusnya dijunjung tinggi. Secara tidak langsung mereka menganggap bahwa Islam bersikap diskriminasi terhadap wanita. Padahal Islam menempatkan wanita tidak melebihi atas apa yang telah di gariskan dan dikodratkan sebagai wanita.
Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.” Persamaan yang dimaksudkan oleh Islam ini meliputi segala aspek, termasuk masalah hak dan kewajiban. Hal ini sangat dipahami oleh para wanita Islam dan oleh karenanya mereka pegang ajaran Islam dengan sangat kuat.
Tidak jarang ada pernyatraan dari ummat Islam berkata, “Jalan menuju kebangkitan sudah sangat jelas, yaitu dengan cara kita menempuh jalan yang telah ditempuh bangsa Eropa. Lalu, agar kita dapat berubah seperti mereka, maka segala apa yang ada pada mereka harus kita ambil. Pahit, manis, kebaikan, keburukan dan termasuk hal-hal yang disukai juga yang dibenci (Toha Husein, masa depan pengetahuan di Mesir)
Hancurnya Keluarga
Masalah selanjutnya bukan lagi hanya seputar masalah wanita dan hak-hak mereka saja. Akan tetapi, menjadi meluas dan melebar meliputi bagaimana membangun rumah tangga seperti cara dan gaya yang sesuai dengan peradaban Barat. Berkembanglah pemikiran bahwa membina rumah tangga tak perlu lagi memperhatikan aturan dan nilai-nilai. Peran “ibu” tak lagi menjadi tugas wanita saja. Peranan itu sebenarnya adalah tanggung jawab masyarakat. Bahkan, peran itu dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki.
Sebenarnya, di Eropa pemikiran dan ideologi ini melahirkan banyak permasalahan. Sebagai contoh di Perancis tercatat 53% anak-anak yang lahir tak memiliki bapak yang jelas. Di banyak negara Eropa semakin berkembang trend enggan mempunyai anak bahkan enggan untuk menikah. Hubungan laki-laki dan wanita sekadar hubungan seks bebas tanpa ada ikatan, tak ada aturan yang mengikat. Dan selanjutnya mereka menuntut agar dilegalkannya aborsi sebagai dampak langsung dari merebaknya budaya seks bebas.
Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas dengan sangat tajam. Pada tahun 1998 tingkat kriminalitas di Amerika mencapai angka yang sangat fantastis. Tindakan perkosaan terjadi setiap 6 menit, penembakan terjadi setiap 41 detik, pembunuhan setiap 31 menit. Dana yang dikeluarkan untuk menanggulangi tindakan kejahatan saat itu mencapai 700 juta dolar per tahun (angka ini belum termasuk kejahatan Narkoba). Angka ini sama dengan pemasukan tahunan (income) 120 negara dunia ketiga.
Kejahatan atas wanita
Merebaknya kejahatan memberikan bahaya tersendiri buat para wanita di Eropa. Hingga PBB pada 17 Desember 1999 mengeluarkan keputusan bahwa tanggal 25 November merupakan hari anti kekerasan pada wanita. Ada banyak fakta dan data yang seharusnya diperhatikan oleh mereka yang terbuai dengan Barat. Di Eropa dan Amerika pada setiap 15 detik terjadi kekerasan atas wanita. Belum lagi jika ditambah dengan aksi pemerkosaan setiap harinya. Sehingga Amerika tercatat sebagai negara tertinggi dalam hal kekerasan terhadap wanita. Menurut catatan UNICEF, 30% kekerasan pada wanita terjadi di Amerika dan 20% di Inggris.
Belum lagi kejahatan perbudakan yang terjadi di Amerika, CNN pernah menyiarkan laporan bahwa pada tahun 2002 jutaan anak-anak dan wanita dijual belikan di Amerika setiap tahunnya. Lebih dari 120 ribu wanita berasal dari Eropa Timur dan beberapa negara miskin lainnya dikirim ke Eropa untuk dipekerjakan sebagai budak seks. Lalu lebih dari 15 ribu wanita yang mayoritas berasal dari Meksiko dijual ke Amerika untuk dipekerjakan di komplek-komplek pelacuran.
Bisnis haram ini bahkan merenggut kemerdekaan anak-anak di dunia, hingga Sidang Umum PBB pada pertemuan yang ke 54 mengeluarkan keputusan pada 25 Mei 2000 tentang hak anak. Sebuah keputusan yang mendesak agar dilakukan pencegahan agar tak lagi terjadi jual beli anak apalagi kemudian dipekerjakan sebagai budak seks seperti yang terdapat pada jaringan internet.
Memperhatikan apa yang terjadi di Barat, seharusnya membuat kita berfikir panjang jika ingin menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Barat. Dalam penjara Israel terdapat sekitar 100 tawanan wanita. Mengapa Barat diam saja atas semua ini. Di Palestina terdapat lebih dari 250 wanita yang telah menemui syahidnya, belum lagi para wanita yang menderita luka-luka pasca intifadhah. Adapun tentang wanita di Irak, cukuplah bagi kita apa yang disampaikan oleh organisasi dunia pada 22 Februari 2005 yang mengatakan bahwa kondisi wanita Irak tak jauh berbeda dengan kondisi manakala mereka berada di bawah pemerintahan Sadam Husein.
Hal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan dan kebebasan wanita seperti yang digemborkan Amerika sama sekali tak menyentuh mereka. Bahkan kondisi mereka di bawah penjajahan Amerika jauh lebih buruk lagi. Mereka menerima perlakuan kasar, dianiaya, dilecehkan bahkan diperkosa.
Penutup
Maka, sebagai umat Islam marilah kita lebih jernih berpikir, dan tidak terpengaruh argumentasi bahwa feminisme dan kesetaraan gender dapat menjadi solusi dari permasalahan kaum perempuan di dunia Islam, semisal kekerasan rumah tangga (domestic violence) , women trafficking, dan permasalahan sosial lainnya. Sampai saat ini, negara-negara Barat tidak pernah bisa membuktikan bahwa mereka berhasil mengatasi problematika sosial tersebut. Justru sebaliknya, kehancuran moral telah merusak tatanan sosial masyarakat Barat, gerakan feminis kemudian disalahkan karena dianggap telah mengubah perempuan menjadi makhluk-makhluk gila karir dan menjauhkan mereka dari kehangatan keluarga. Wallahu a’lam bishshawab.

Namanya Ummu Haritsah. Ia mendengar anaknya meninggal dalam perang Badar terkena panah liar. Sebagai seorang ibu, tentu masih ada rasa kehilangan dalam dirinya. Namun ini adalah sosok ibu yang berbeda. Ibu dan wanita yang luar biasa.

Ummu Haritsah tak puas dengan hanya berita itu. Ia pun datang menghadap Rasulullah. Bukan untuk memastikan anaknya benar-benar telah mati. Tetapi untuk mendapatkan jawaban, apakah kematian anaknya itu tergolong syahid hingga membawanya ke surga, atau justru kematian yang mengantarkan ke neraka.

"Wahai Rasulullah," tanya Ummu Haritsah begitu berhasil menghadap Nabi, "di manakah posisi Haritsah? Jika di surga, maka saya ridha atas kematiannya. Namun jika di neraka saya akan meratapinya agar siksanya diringankan."

"Wahai Ummu Haritsah," jawab sang Nabi penuh wibawa, "Sesungguhnya Haritsah anakmu berada di surga Firdaus."

Subhaanallah. Bukan hanya surga, tetapi surga Firdaus, surga tertinggi, surga terindah. Mendengar itu tenanglah Ummu Haritsah. Kini ia pulang ke rumah dengan senyum merekah dan kebahagiaan yang membuncah.

***

Wanita lainnya bernama Khansa. Khansa binti Amru. Meski wanita, ia ikut dalam barisan jihad melawan pasukan Persia dalam perang Qadisiah. Bersamanya, empat putranya juga turut serta dalam perang yang terkenal itu.

Khansa membakar semangat putra-putranya. Ia memeperingatkan mereka agar tak gentar, apapun yang terjadi.

"Kalian telah beragama Islam dengan tulus," katanya dengan nada orasi, "kalian mengikuti kaum Muslimin tanpa ada yang memaksa. Kalian berasal dari satu ibu dan satu ayah. Demi Allah, ayah kalian bukanlah orang yang lemah. Paman-paman kalian juga bukan orang yang lemah."

Semangat bertempur empat putra perindu surga demikian menggebu. Tanpa rasa takut mereka menyerbu. Pasukan Persia menyambut dengan perlawanan seru. Pedang beradu. Denting suara senjata memenuhi telinga. Lalu satu per satu empat putra Khansa gugur hingga tak tersisa.

Bukannya sedih atau meratap, dari lisan Khansa terdengar syukur terucap. "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Semoga kelak Allah mengumpulkan aku dengan mereka di surga."

***

Wanita-wanita luar biasa. Merekalah yang mampu mendidik putra-putrinya untuk berjihad membela agama. Merekalah yang menanamkan semangat berislam dan memperjuangkannya ke dalam jiwa buah hatinya.

Wanita-wanita luar biasa. Merekalah madrasah pertama yang mampu mengukir iman dalam hati anak-anaknya yang masih belia. Mencurahkan kasih sayang dan menumbuhkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga ikhlas melepas kepergian anak-anak tercinta ke medan juang, lahan jihad dan lapangan kehidupan.

Masihkah ada wanita-wanita luar biasa seperti Ummu Haritsah dan Khansa? Jawabnya, ada. Setiap zaman masih memungkinkan untuk melahirkan wanita-wanita seperti mereka. Asal kita tahu caranya dan mau mengadopsinya. Dan cara itu telah gamblang dibentangkan Allah dalam Al-Quran dan Rasulullah dalam sunnahnya. Manhaj Qur'ani dan manhaj Nabawi adalah jawabannya. Tarbiyah adalah kuncinya. Insya Allah. []


Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada perempuan-perempuan Muslim di Libanon saat negara itu diserang oleh Israel dalam perang tahun 2006 lalu.

Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam.

Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslim dalam tulisannya bertajuk "Kepada Saudariku Para Muslimah";

Ditengah serangan Israel ke Libanon dan "perang melawan teror" yang dipropagandakan Zionis, dunia Islam kini menjadi pusat perhatian di setiap rumah di AS.

Aku menyaksikan pembantaian, kematian dan kehancuran yang menimpa rakyat Libanon, tapi aku juga melihat sesuatu yang lain; Aku melihat kalian (para muslimah). Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa bayi atau anak-anak yang mengelilingin mereka. Aku menyaksikan bahwa meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata.

Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku; aku merasa iri. Aku merasa gundah melihat kengerian dan kejahatan perang yang dialami rakyat Libanon, mereka menjadi target musuh bersama kita. Tapi aku tidak bisa memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang paling penting kebahagian yang tetap terpancar dari wajah kalian.

Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, bahkan di tengah serangan bom yang terus menerus, kalian tetap terlihat lebih bahagia dari kami ( perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang alamiah sebagai perempuan. Di Barat, kaum perempuan juga menjalami kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral.

Perangkap Setan
Mereka membombardir kami, rakyat Amerika dari Hollywood dan bukan dari jet-jet tempur atau tank-tank buatan Amerika.

Mereka juga ingin membombardir kalian dengan cara yang sama, setelah mereka menghancurkan infrastruktur negara kalian. Aku tidak ingin ini terjadi pada kalian. Kalian akan direndahkan seperti yang kami alami. Kalian dapat menghinda dari bombardir semacam itu jika kalian mau mendengarkan sebagian dari kami yang telah menjadi korban serius dari pengaruh jahat mereka.

Apa yang kalian lihat dan keluar dari Hollywood adalah sebuah paket kebohongan dan penyimpangan realitas. Hollywood menampilkan seks bebas sebagai sebuah bentuk rekreasi yang tidak berbahaya karena tujuan mereka sebenarnya adalah menghancurkan nilai-nilai moral di masyarakat melalui program-program beracun mereka. Aku mohon kalian untuk tidak minum racun mereka.

Karena begitu kalian mengkonsumsi racun-racun itu, tidak ada obat penawarnya. Kalian mungkin bisa sembuh sebagian, tapi kalian tidak akan pernah menjadi orang yang sama. Jadi, lebih baik kalian menghindarinya sama sekali daripada nanti harus menyembuhkan kerusakan yang diakibatkan oleh racun-racun itu.

Mereka akan menggoda kalian dengan film dan video-video musik yang merangsang, memberi gambaran palsu bahwa kaum perempuan di AS senang, puas dan bangga berpakaian seperti pelacur serta nyaman hidup tanpa keluarga. Percayalah, sebagian besar dari kami tidak bahagia.

Jutaan kaum perempuan Barat bergantung pada obat-obatan anti-depresi, membenci pekerjaan mereka dan menangis sepanjang malam karena perilaku kaum lelaki yang mengungkapkan cinta, tapi kemudian dengan rakus memanfaatkan mereka lalu pergi begitu saja. Orang-orang seperti di Hollywood hanya ingin menghancurkan keluarga dan meyakinkan kaum perempuan agar mau tidak punya banyak anak.

Mereka mempengaruhi dengan cara menampilkan perkawinan sebagai bentuk perbudakan, menjadi seorang ibu adalah sebuah kutukan, menjalani kehidupan yang fitri dan sederhana adalah sesuatu yang usang. Orang-orang seperti itu menginginkan kalian merendahkan diri kalian sendiri dan kehilangan imam. Ibarat ular yang menggoda Adam dan Hawa agar memakan buah terlarang. Mereka tidak menggigit tapi mempengaruhi pikiran kalian.

Aku melihat para Muslimah seperti batu permata yang berharga, emas murni dan mutiara yang tak ternilai harganya. Alkitab juga sebenarnya mengajarkan agar kaum perempuan menjaga kesuciannya, tapi banyak kaum perempuan di Barat yang telah tertipu.

Model pakaian yang dibuat para perancang Barat dibuat untuk mencoba meyakinkan kalian bahwa asset kalian yang paling berharga adalah seksualitas. Tapi gaun dan kerudung yang dikenakan para perempuan Muslim lebih "seksi" daripada model pakaian Barat, karena busana itu menyelubungi kalian sehingga terlihat seperti sebuah "misteri" dan menunjukkan harga diri serta kepercayaan diri para muslimah.

Seksualiatas seorang perempuan harus dijaga dari mata orang-orang yang tidak layak, karena hal itu hanya akan diberikan pada laki-laki yang mencintai dan menghormati perempuan, dan cukup pantas untuk menikah dengan kalian. Dan karena lelaki di kalangan Muslim adalah lelaki yang bersikap jantan, mereka berhak mendapatkan yang terbaik dari kaum perempuannya.

Tidak seperti lelaki kami di Barat, mereka tidak kenal nilai sebuah mutiara yang berharga, mereka lebih memilih kilau berlian imitasi sebagai gantinya dan pada akhirnya bertujuan untuk membuangnya juga.

Modal yang paling berharga dari para muslimah adalah kecantikan batin kalian, keluguan dan segala sesuatu yang membentuk diri kalian. Tapi saya perhatikan banyak juga muslimah yang mencoba mendobrak batas dan berusaha menjadi seperti kaum perempuan di Barat, meski mereka mengenakan kerudung.

Mengapa kalian ingin meniru perempuan-perempuan yang telah menyesal atau akan menyesal, yang telah kehilangan hal-hal paling berharga dalam hidupnya? Tidak ada kompensasi atas kehilangan itu. Perempuan-perempuan Muslim adalah berlian tanpa cacat. Jangan biarkan hal demikian menipu kalian, untuk menjadi berlian imitasi. Karena semua yang kalian lihat di majalah mode dan televisi Barat adalah dusta, perangkap setan, emas palsu.

Kami Butuh Kalian, Wahai Para Muslimah !
Aku akan memberitahukan sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian masih penasaran; bahwa seks sebelum menikah sama sekali tidak ada hebatnya.

Kami menyerahkan tubuh kami pada orang kami cintai, percaya bahwa itu adalah cara untuk membuat orang itu mencintai kami dan akan menikah dengan kami, seperti yang sering kalian lihat di televisi. Tapi sesungguhnya hal itu sangat tidak menyenangkan, karena tidak ada jaminan akan adanya perkawinan atau orang itu akan selalu bersama kita.

Itu adalah sebuah Ironi! Sampah dan hanya akan membuat kita menyesal. Karena hanya perempuan yang mampu memahami hati perempuan. Sesungguhnya perempuan dimana saja sama, tidak peduli apa latar belakang ras, kebangsaan atau agamanya.

Perasaan seorang perempuan dimana-mana sama. Ingin memiliki sebuah keluarga dan memberikan kenyamanan serta kekuatan pada orang-orang yang mereka cintai. Tapi kami, perempuan Amerika, sudah tertipu dan percaya bahwa kebahagiaan itu ketika kami memiliki karir dalam pekerjaan, memiliki rumah sendiri dan hidup sendirian, bebas bercinta dengan siapa saja yang disukai.

Sejatinya, itu bukanlah kebebasan, bukan cinta. Hanya dalam sebuah ikatan perkawinan yang bahagialah, hati dan tubuh seorang perempuan merasa aman untuk mencintai.

Dosa tidak akan memberikan kenikmatan, tapi akan selalu menipu kalian. Meski saya sudah memulihkan kehormatan saya, tetap tidak tergantikan seperti kehormatan saya semula.

Kami, perempuan di Barat telah dicuci otak dan masuk dalam pemikiran bahwa kalian, perempuan Muslim adalah kaum perempuan yang tertindas. Padahal kamilah yang benar-benar tertindas, menjadi budak mode yang merendahkan diri kami, terlalu resah dengan berat badan kami, mengemis cinta dari orang-orang yang tidak bersikap dewasa.

Jauh di dalam lubuk hati kami, kami sadar telah tertipu dan diam-diam kami mengagumi para perempuan Muslim meski sebagaian dari kami tidak mau mengakuinya. Tolong, jangan memandang rendah kami atau berpikir bahwa kami menyukai semua itu. Karena hal itu tidak sepenuhnya kesalahan kami.

Sebagian besar anak-anak di Barat, hidup tanpa orang tua atau hanya satu punya orang tua saja ketika mereka masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang. Keuarga-keluarga di Barat banyak yang hancur dan kalian tahu siapa dibalik semua kehancuran ini. Oleh sebab itu, jangan sampai tertipu saudari muslimahku, jangan biarkan budaya semacam itu mempengaruhi kalian.

Tetaplah menjaga kesucian dan kemurnian. Kami kaum perempuan Kristiani perlu melihat bagaimana kehidupan seorang perempuan seharusnya. Kami membutuhkan kalian, para Muslimah, sebagai contoh bagi kehidupan kami, karena kami telah tersesat. Berpegang teguhlah pada kemurnian kalian sebagai Muslimah dan berhati-hatilah !. [ln/iol, EraMuslim]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget