Articles by "Islam Dunia"

Serangan 9/11 pada tahun 2001 telah menyisakan kenangan buruk bagi Amerika Serikat (AS), sekitar 3.000 orang telah tewas dalam serangan tersebut dan AS harus menderita kerugian materi yang sangat besar karena pusat Ekonomi nya dihancurkan. Begitu banyak pro dan kontra atas serangan 9/11 yang dilakukan oleh beberapa Mujahidin pemberani. Sebagian orang sepenuhnya percaya pada teori konspirasi Barat, sebagian orang (kaum Muslimin dalam hal ini) masih percaya dan mau mendengarkan penuturan saudara-saudara mereka akan fakta 9/11. Yazid Sufaat, suami dan seorang ayah, ahli biokimia, pengusaha sekaligus mantan kapten Angkatan Darat yang dituduh membantu serangan 11 September 2001 di AS, yang ditahan di penjara politik Internal Security Act (ISA) Malaysia sejak 2002, kemudian dibebaskan pada tahun 2008. Malaysiakini melakukan wawancara eksklusif dengan Yazid Sufaat dalam oleh Fathi Aris Omar, Aidila Razak dan Salhan K Ahmad, yang diterbitkan oleh Malaysiakini pada (20/3/2012).  Berikut ini adalah terjemahan wawancara terkait serangan 9/11 sambungan dari wawancara awal yang membahas pengalaman Yazid Sufaat di Afghansitan dan bertemu dengan Syaikh Usamah bin Laden rahimahullah. Wawancara kali ini membahas tentang 9/11 dan penyebaran Islam:
***
PBB mengatakan bahwa Yazid Sufaat telah bertemu Zakaria Mousaoui pada bulan Oktober 2000 – yang dijatuhi hukuman seumur hidup pada tahun 2006 oleh pengadilan karena termasuk diantara yang merencanakan serangan 9/11 terhadap World Trade Centre (WTC) – dan didakwa telah memberikan sedikitnya 35.000 USD untuk mendanai serangan tersebut.
Yazid mengakui bahwa Zakaria adalah seorang karyawan perusahaan software.Yazid mengatakan bahwa ia telah membayar gaji Zakaria untuk memasarkan produk software, yang menghubungkan komputer ke telepon, terutama untuk tujuan call-centre, di Eropa dan AS.
Apartemen yang sama, diinfakkan untuk organisasi Islam Persatuan Al-Ehsan yang dituduh untuk digunakan aktivitas-aktivitas perencanaan serangan 9/11 yang PBB katakan sebagai "KTT Al-Qaeda 2000".
Namun, Yazid tetap mengaku bahwa ia tidak berada di Malaysia pada saat itu dan tidak mengetahui tentang hal itu.
"Mousaoui tidak pernah memberitahu saya bahwa dia pergi untuk belajar bagaimana cara menerbangkan pesawat. Orang ini tidak pernah bercerita apa-apa kepada saya. Apakah saya memberinya uang untuk mendanai 9/11? Biarlah pembaca-pembaca kalian berpikir sendiri," katanya.
Saya tidak percaya Demokrasi
Yazid Sufaat (48), memiliki sebuah jawaban yang sederhana atas serangan yang menewaskan sekitar 3.000 jiwa pada 9/11, "Jika apa yang dilakukan para penyerang 9/11 adalah salah, Allah telah memperlihatkan tanda-tandanya".
"Niat mereka murni. Apa yang mereka lakukan adalah sebagai bentuk ibadah, dan mereka dapat melakukan kesalahan di sana dan di sini. Tetapi keimanan mereka, keyakinan mereka pada Tuhan yang Esa adalah benar," katanya.
"Jika mereka berbuat kesalahan, dalam amalan mereka, insyaAllah, Allah akan mengampuni mereka," tambah Yazid.
"Apa yang tidak diampuni? Untuk orang-orang yang menegakkan hukum terhadap yang melawan firman-Nya," kata Yazid.
Inilah mengapa, kata Yazid, ia tidak memiliki keyakinan terhadap pemilihan politik (demokrasi). Ia meyakini sistem Khilafah.
"Saya tidak percaya Demoksrasi. Bahaya demokrasi adalah, memilih para wakil rakyat menjadi pembuat hukum. Al-Quran berkata bahwa tidak ada hukum kecuali hukum Allah, jadi mereka tidak dapat membuat hukum sendiri melawan apa yang Allah tetapkan" ujar Yazid.
"Kami tidak ingin mempersekutukan diri-diri kami dengan mereka (yang membuat hukum-hukum yang melawan Firman Allah). Kami tidak ingin memberikan hak-hak Allah kepada mereka yang akan berbuat sesuka hati mereka dan menandingi Allah," tegas Yazid.
Kutipan lengkap dari wawancara sebagai berikut:
Malaysiakini: Apakah 11 september sebagai langkah defensif atau pembalasan?
Yazid: Saya tidak tahu, tetapi apa yang saya pikir, Mereka menyerang WTC, dimana pusat Ekonomi AS adalah jantung Pentagon, tidak di Pentagon tetapi di WTC.
Kekuatan Ekonomi dan intelijen mereka berada di WTC. Kami ingin melumpuhkan mereka, kami harus membawa semangat juang mereka jatuh. Perang adalah semua tentang semangat juang. Kalian pikir kalian besar? tidak ada yang dapat memukul kalian?!
Malaysiakini: Jadi anda mengatakan ini adalah serangan pertama, dari dunia Muslim terhadap Kapitalis Barat dalam sejarah terakhir?
Yazid: "Menjatuhkan semangat juang mereka. Kalian ingin menang, jatuhkan semangat mereka. Jatuhkan semangat mereka, kalian akan menang dalam perang. Jatuhkan semangat mereka, jatuhkan semangat mereka," Yazid mengulangi kata-kata itu berulangkali.
 
Yazid: Begini, Saya telah menjadi Muslim selama 48 tahun, tetapi saya tidak percaya diri bahwa sholat saya benar 100 persen. Apalagi (para penyerang ini). Niat mereka adalah murni. Apa yang mereka lakukan adalah sebuah bentuk ibadah, dan mereka dapat melakukan kesalahan di sana dan di sini.
Tetapi iman mereka, keyakinan mereka terhadap Tuhan yang Esa adalah benar. Jika mereka berbuat salah, dalam amalan mereka, Insya Allah, Allah akan mengampuni mereka.
Malaysiakini: Ini terkait pemboman di Jakarta atau Bali?
Yazid: Saya tidak ingin mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Saya tidak ingin berbicara demikian. Kesalahan apapun hanya dalam amalan, tidak membatalkan iman mereka.
"Hal yang terpenting adalah tidak kehilangan iman (murtad). Jika kalian melakukannya (murtad), ya Allah…lebih baik untuk mati dalam keadaan Muslim bahkan jika kalian mati dalam keadaan berdosa, Insya Allah, Dia akan mengampuni kalian, selama kalian tidak menyembah kepada selainNya"
Malaysiakini: Secara khusus, bagiamana hal ini cocok dengan seperti (militan-militan yang telah almarhum), Nurdin Muhammad Top dan Azahari Husin?
Yazid: Saya ingin menanyai kalian satu hal, Siapa yang telah melakukan penyebaran Islam? Siapa yang menyebarkannya? Kalian jawab saya. Siapa yang melakukan melakukan penyebaran?
Malaysiakini: Maksud anda mempopulerkan Islam?
Yazid: Baiklah, Orang-orang mengatakan bahwa ini adalah cara yang buruk. Tetapi lihatlah statistik, orang-orang yang memeluk Islam di Eropa dan AS setelah serangan 9/11.
9/11…mungkin benar apa yang mereka lakukan. Orang-orang seperti itu (Mujahidin yang melakukan operas syahid -red) ingin mengorbankan diri mereka sendiri demi cinta mereka untuk Allah, harapan dan surga.
Pasti ada sesuatu yang benar. Atau jika tidak, setiap orang akan membenci Islam dan tingkat mualaf akan turun. Kalian harus berpikir dengan cara ini.
Saya tidak ingin kalian setuju dengan saya, tetapi saya sedang mengajukan sebuah pertanyaan retoris, jadi kita dapat berpikir Siapa yang melakukan penyebaran Islam?
Malaysiakini: Azhahari dan Noordin, termasuk orang-orang yang menjadi sorotan di media internasional, dianggap menyebarkan Islam?
Yazid: Mereka melakukan penyebaran Islam. Para pencela kami ingin menggambarkan kami sebagai yang buruk, tetapi lihatlah hasilnya.
Malaysiakini: Apakah karena konflik semacam ini, memicu orang tertarik untuk mempelajari Islam?
Yazid: Kalian mempelajari sejarah? Kami tidak pernah memulai hal ini, ini perang.
Malaysiakini: Kami, maksudnya kelompok kalian, atau Umat Islam?
Yazid: Umat Islam. Mereka (musuh) memicunya, umat Islam harus mempertahankan diri sendiri. Kembali lah ke sejarah….Umat Islam tidak pernah memicu konflik apapun. Ketika mereka (musuh) memulainya, kami harus mempertahankan diri sendiri, oke?
Saya pergi ke Afghanistan untuk memulai apa yang disebut proyek karena kami harus mempertahankan diri sendiri. Untuk mempertahankan diri sendiri, kami harus mengetahui apa yang mereka (musuh) lakukan.
Ketika kami pelajari…kemudian mereka (musuh) akan menganggap kalian sebagai ancaman bagi mereka. Mereka tidak akan pernah membiarkan kalian untuk satu langkah di atas mereka. Mereka tidak akan membiarkannya, tetapi umat Islam tidak menyadarinya.
Saya memulai proyek itu sebelum 9/11 dan ketika 9/11 terjadi, laboratorium saya (di Kandahar) dibom, rumah sakit saya di bom. Apa yang terjadi kemudian? Mereka (musuh) akan membunuh kalian sebelum kalian dapat merangkak. Mereka tidak akan membiarkan kalian untuk tumbuh.
Malaysiakini: Bagaimana anda membenarkan kematian orang-orang tak bersalah? Bahkan di dalam Al-Quran, menyatakan bahwa kalian tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak.
Yazid: Mempelajari Fikih Jihad, apa yang kalian dapat lakukan dan apa yang kalian tidak dapat lakukan. Di dalam fikih apapun, Ulama cenderung berbeda dalam pendapat mereka, bahkan dalamhal-hal yang sangat sederhana, apalagi yang besar ini.
Ketika orang-orang ini (Mujahidin) melakukan pemboman, tentu saja mereka menimbangkan hal-hal ini. Yang harus dilakukan, tidak dilakukan, boleh dan tidak boleh dilakukan. Pilihan apa yang mereka miliki, mayoritas ulama mengatakan tidak, tetapi sebagian kecil mengatakan ya, itu boleh dilakukan. Setelah jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah pada 1258, tidak ada lagi Syariah (Hukum Islam), jadi ini adalah kewajiban kami untuk membawa ini (Khilafah) kembali.
Malaysiakini: Bagaimana anda memutuskan apakah penyebab ini pantas?
Yazid: Sebelum kalian melakukan sesuatu, kalian membutuhkan ilmu. Beberapa orang melakukan Haji tanpa mengetahui kenapa, tetapi tidak dalam Jihad. Jika kalian ingin mengetahui tentang ilmu pengetahuan, kalian harus pergi ke professor dengan gelar PhD. Jika kalian ingin mengetahui tentang Jihad, tanyakan kepada Ulama yang pergi berjihad. Bukan Ulama yang mengajar di dalam ruang kelas.
Ulama yang melakukan Jihad mengatakan kita boleh berjihad, tetapi kita harus meminimalisir segala jenis kerusakan. Itula apa yang orang-orang ini (Pelaku 9/11) lakukan. Meminimalisir kerugian. Berapa banyak kerusakan yang mereka perbuat? Para musuh membunuh 1 juta, kami membunuh 3.000. apakah pembunuhan (yang di lakukan musuh –red) dibenarkan? Tidak pernah dibenarkan, kami tidak ingin melakukan hal itu. Tetapi jika mereka melakukannya terhadap kami…ini sulit. Saya tidak memaksa orang-orang untuk setuju dengan saya.
Malaysiakini: Pernahkah anda mengunjungi murid-murid anda di Teluk Guantanamo, atau keluarga mereka? Apakah anda merasa bersalah?
Yazid: Setiap perbuatan memiliki resikonya sendiri, orang-orang di Guantanamo, mereka mengetahui ini. jika mereka tidak tahu, maka mereka tidak diberitahu dengan baik. Tetapi ini adalah bagian dari ilmu yang mereka harus pahami.
Ketika mereka (musuh) menempatkan saya jauh dari keluarga saya, saya pikir "Hey! jika kalian pergi ke Singapura, dan kalian melihat tanda keluar ke Batang Kali, Taiping, Penang, artinya kalian tidak pergi ke arah yang benar bukan?"
Sebuah ayat di dalam Al-Quran mengatakan bahwa untuk pergi ke surga, kalian harus menemukan belenggu (borgol), penjara, pengasingan. Semua itu adalah tanda-tanda yang kalian harus temukan. Dalam perjalanan saya ke surga, saya melihat tanda-tanda.
Mengapa harus takut? Kalian pikir orang-orang di Teluk Guantanamo bersedih?
Malasyiakini: Bagaimana tentang keluarga orang-orang yang tewas dalam pemboman?
Yazid: Bagaimana tentang saudara-saudara kita yang dibunuh para musuh? Pernahkah kalian berpikir tentang itu?
Malaysiakini: Jika kita tidak ingin ini terjadi kepada kami, mengapa kita melakukan hal yang sama? Sejak 9/11, serangan terhadap umat Islam di negara-negara Barat telah meningkat. Mereka mungkin tidak memenangkan perang, tetapi begitu banyak orang yang mati karena itu.
Yazid: Jika kami tidak melakukan ini (menyerang mereka), bagaimana kalian yakin bahwa mereka tidak akan melakukan ini kepada kita? Ini adalah hal yang sama saja. Biarlah kami mati berjuang, Jihad adalah sebuah pencarian untuk kehidupan, bukan kematian. Sejarah telah membuktikkan bahwa mereka (musuh) akan terus menyerang. Jika orang-orang kafir adalah baik, maka Al-Quran salah Allah berfirman jika kita memerangi kembali, para musuh akan menjadi lemah. (membaca Firman Allah dalam AL-Quran, ayat 76 surat An-Nisa)
"Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah."
Allah memberitahu kita untuk berperang melawan orang-orang kafir yang berjalan di atas jalan setan. Jika kita tidak memerangi mereka kembali, mereka akan menjadi kuat dan kalian bisa disingkirkan. Itu adalah sebuah ayat. Bagiamana kalian dapat menentang Al-Quran? Dalam surat At-Taubah, Allah berfirman bahwa, jika kita tidak pergi di jalan Allah, Dia akan menggantikan kita dengan orang-orang yang lain.
Malaysiakini: Sejak anda mengatakan anda terhubung dengan kelompok Taliban, apakah anda pikir kematian Usamah akan mengarah pada kebangkitan Taliban?
Yazid: Agama kami akan menang bukan karena Usamah Laden atau Yazid Sufaat. Jika Allah menghendaki, kami akan berhasil, jika kami melakukannya dengan benar. ini ditakdirkan. Nabi telah menetapkan caranya untuk melakukan ini, ikuti saja.
Kemenangan ini tidak akan datang dalam kenyamanan kita atau ketika ini sesuai dengan jadwal kita. Kita harus mengingat itu. Ini bukan sebuah perlombaan, dimana mayoritas yang akan menang.
Terkadang, kita tidak yakin kepada Allah. Lihatlah Nabi. Ketika beliau pergi berperang, beliau berhasil di  level yang terbaik, tetapi tidak pernah bisa menyamai kemampuan musuh dalam hal kekuatan, kualitas persenjataan, dan sebagainya. Tetapi mengapa beliau menang?
Ketika saya memberitahu "para petugas unit khusus" itu, mereka berkata, "Itu adalah Nabi. Siapakah anda dibandingkan? (tertawa). Jika itu sikap kita, lalu apa yang dapat kita lakukan?
***

Penjara seharusnya digunakan untuk menahan orang-orang yang berbuat kejahatan. Tetapi penjara telah berubah menjadi kurungan bagi mereka yang benar-benar tidak sepantasnya ditahan. Ditahan tanpa pengadilan dan tuduhan yang sah. Yazid Sufaat, Mujahid asal Malaysia, yang dituduh ikut membantu serangan 9/11 dan beberapa tuduhan lainnya, adalah salah satu saksi mata yang hidup yang ditahan dengan tuduhan yang tidak sah dan tanpa pengadilan.
Berikut ini, adalah Wawancara Malaysiakini dengan Yazid Sufaat fokus pada ISA pada (20/3/2012) oleh Fathi Aris Omar, Aidila Razak dan Salhan K Ahmad, menjelang pencabutannya, yang diperkirakan akan diajukan dalam sidang sedang berlangsung Parlemen. Sebelumnya, yang kedua, telah dibahas mengenai Wawancara eksklusif dengan Yazid Sufaat, serangan 9/11 meningkatkan pemeluk Islam. Dalam bahasan yang ketiga ini, Yazid bercerita pengalamannya ditahan di penjara thaghut di bawah Internal Secuirty Act (ISA).
***
"Suatu hari di penjara, saya merasa seperti melihat bintang-bintang bersinar. Saya tidak pernah melihatnya selama tiga tahun pada saat itu, karena saya tidak dapat melihat langit dari sel saya. Melihat bintang-bintang adalah sebuah hadiah," kata Yazid.
"Saya berdo'a, ‘Ya Allah, biarkan saya melihat beberapa bintang'. Terkadang kita harus menerima beberapa hal agar do'a dikabulkan," katanya, mengingat tujuh tahun masa tahanannya di kamp Kamunting di Perak, di bawah Internal Security Act 1968.
Yazid Sufaat dikirim ke balik jeruji tanpa pengadilan karena ia terlibat dalam kegiatan jihad pada bulan Desember 2001, termasuk dakwaan terlibat serangan 9/11 di New York, Yazid ditahan di dalam kurungan isolasi selama lima tahun.
Di sana, ia biasa menggunakan darah dari sekawanan nyamuk yang menyerangnya di sel untuk menulis ayat-ayat Al-Quran di dinding-dinding, di mana ia merasa kepanasan pada malam hari, membuat ia basah kuyup setelah melakukan sholat.
Itulah sedikit pengalaman Yazid di Kamunting. Yazid ragu janji pemerintah mengenai pencabutan ISA.
"Jika ini (ISA) bekerja dengan baik untuk mereka (pemerintah), mengapa mereka harus menghapuskannya? Mungkin mereka akan mengubah namanya, tetapi isi dari yang baru (hukum pengganti) akan sama saja, atau bahkan lebih buruk," katanya.
Program senjata biologis
Di antara tahanan di bawah ISA yang paling lama, Yazid, yang diberi sangsi oleh PBB telah melakukan perjalanan, aset dan kesepakatan senjata, meyakini bahwa penahanannya ada hubungannya dengan keahliannya.
Dilatih sebagai seorang ahli biokimia dengan beasiswa pemerintah di Amerika Serikat, mahasiswa top dari Royal Military College ini yang sekaligus pensiunan kapten Angkatan Darat pernah jadi bagian dari program senjata biologis Departemen Pertahanan.
Berbeda ketika menceritakan pengalamannya bersama Syaikh Usamah bin Laden (rahimahullah), Yazid ragu-ragu untuk mengungkapkan rincian tentang "program rahasia pemerintah", dan menggambarkannya sebagai "cerita yang panjang".
"Ketika mereka (polisi) pertama membawa saya, saya tidak memberitahu mereka tentang program pemerintah. Saya tidak ingin mereka tahu, saya tidak ingin pertanggungjawaban jatuh ke pemerintah, untuk mengeluarkan uang untuk orang lain."
"Akhirnya mereka berhasil mendapatkan laporan dari ‘teman' mereka dan mereka menginginkan saya untuk memperjelas segala sesuatu. Saya tidak ingin memperjelas apapun, maka mereka membawa istri saya," ujar Yazid.
Istrinya, Sejahratul Dursina, ditahan dibahwa ISA selama dua bulan dan setelah itu ia dipindahkan dibawah pengawasan gerak-gerik yang ketat selama enam tahun.
"Jika kalian ingin bebas dari ISA, ikuti saja apa yang mereka katakan dan mengakui semua tuduhan, saya menolak untuk melakukan itu dan mereka menahan saya selama tujuh tahun, karena saya tidak ingin bernyanyi (Negara-ku).
"Saya tidak ingin bernyanyi. Mengapa saya harus bernyanyi ketika negara ini mengkhianati saya?" kata Yazid.
Para pembantu Thaghut (Setan)
Yazid bangun pada jam 4 pagi setiap hari untuk membaca Al-Quran, dan tentu saja dengan cahaya yang sangat minim, hanya 15 watt bohlam lampu yang kemudian hanya diganti dengan sebuah lampu neon di luar sel, setelah para tahanan banyak yang mengeluh.
Ketika sel-sel penjara dibuka pada jam 8 pagi, Yazid mengatakan bahwa ia berlari di daerah kurungan, yang ia katakan hanya boleh di antara 80 hingga 90 langkah selama satu jam sebelum melihat tanaman sayurannya di sebuah bidang kecil tanah.
"Pada jam 11 pagi, kami akan dikunci di sel lagi, jadi saya membaca koran, yang penuh lubang karena semua ‘isu sensitif' dipotong," katanya.
Yazid tidak hanya diinterogasi oleh para penyelidik Malaysia, tetapi ia berkata bahwa ia menerima kunjungan dari polisi Indonesia dan FBI (Federal Bureau of Investigation), dan ia tetap menutup mulutnya.
"Saya akan pergi ke sana, setor muka, dan saya tidak akan mengatakan apa-apa. Saya katakan, ‘jika kalian ingin mengetahui apapun, kalian tanya saja ke cabang khusus'," katanya.
Yazid bercerita bahwa beberapa tahanan disiksa ketika diinterogasi, namun Yazid mengatakan dirinya tidak menderita penyiksaan seperti itu.
"Al-Quran mengatakan bahwa siapa yang beriman harus berjihad di jalan Allah, sementara orang-orang kafir di jalan thaghut (setan), jadi melakukan perang melawan mereka yang membantu setan. Saya menganggap semua yang memiliki andil dalam penahanan saya sebagai para pembantu thaghut (setan)," katanya.
Yazid tidak mengerti bagaimana para Ulama yang mengunjungi Kamunting dapat menggunakan Al-Quran untuk membenarkan ISA.
"Di dalam Islam, jika kalian berniat akan melakukan hal yang baik, Allah memberikan kalian satu pahala. Bahkan jika kalian tidak melakukannya, tetapi jika kalian berniat melakukan hal yang buruk, Allah tidak akan menghukum kalian jika kalian tidak melakukannya," kata Yazid.
"Jadi bagaimana ISA dapat dibenarkan? ini menghukum orang-orang bahkan karena niat mereka melakukan hal yang buruk. Menggunakan Al-Quran untuk membenarkan ISA, tidakkah ini bahlul (bodoh)? Seorang mufti, yang masih hidup, telah menulis buku yang membenarkan ISA," katanya.
Masih berhubungan dengan Jemaah Islamiyah
Saat ini, Yazid masih mengaku masih berhubungan dan membantu kawan-kawan lama yang terhubung dengan Jemaah Islamiyah dengan kebutuhan hidup mereka sehari-hari, membantah semua tiduhan ISA yang dilontarkan terhadapnya.
Ketika ditanya apakah ia masih merupakan "ancaman"?
Yazid menjawab,"Saya tidak berbahaya. Saya tidak pernah berbahya sejak dulu."
Setelah kembali dari California, Amerika Serikat, dimana ia dilatih sebagai seorang ahli biokimia dengan beasiswa dari pemerintah, Yazid memulai untuk mendalami agamanya.
Beberapa waktu kemudian, ia bergabung dengan Persatuan Al-Ehsan, sebuah organisasi Islam yang resmi terdaftar, dan mendonasikan kondomoniumnya (apartemen) di Sungai Long, Selangor.
"Saya memberikan kondomonium, kepada orang-orang ini untuk apa saja mereka ingin gunakan. Jia seorang musafir membutuhkan penginapan, mereka dapat menggunakannya," katanya.
Tiga dari orang-orang yang tinggal di kondomonium itu, adalah mereka yang terkait serangan 9/11, salah satunya adalah , Zakaria Mousaoui, yang kemudian dipekerjakan oleh Yazid untuk memasarkan produk software yang dikembangkan oleh perusahaan Yazid, Infocus Tech.
"Waktu itu, komputer dan telepon tidak berbicara satu sama lain, jadi kami mengembangkan software untuk mengintegrasikannya, kami mengembangkannya untuk call centre. Semacam itu.."
"Jadi, jika kalian bertanya apakah Saya mendanai Mousaoui untuk 9/11, saya tidak akan mengatakan ya atau tidak. Dia adalah karyawan saya. Biarlah para pembaca berpikir," kata Yazid.
Yazid mengatakan bahwa ia mengajak Mousaoui bekerjasama karena latar belakangnya dari teknik komputer, Mousaoui hanya meminta bantuan dan mengatakan kepada Yazid bahwa ia membutuhkan visa untuk ke Amerika Serikat.
"Dia bertanya apakah saya dapat membantunya mendapatkan visa untuk AS. Saya katakan, ‘kenapa tidak? Kau ambil lah software saya di sana'. Jadi saya menulis semuanya, bahwa ia mewakili kami, dan lain-lain," kata Yazid.
Dua Inividu lainnya yang terkait 9/11, yang tinggal di kondomonium Sungai Long adalah Khalid al-Midhar dan Nawaf al-Hazmi.
Keduanya, berdasarkan PBB, telah tinggal di kondomonium Yazid pada bulan Januari 2000 untuk merencanakan serangan 9/11, apa yang PBB sebut sebagai "Konferensi Al-Qaeda 2000" di Kuala Lumpur.
"Saya tidak berada di sana. Pada saat itu saya berada di Pakistan dan Afghanistan, membangung sebuah rumah sakit di sana," kata Yazid.
Wabah Favorit
Yazid dituduh mengembangkan senjata biologis dan disebut oleh para penuduh sebagai "CEO Anthrax". Meski intelijen AS ragu bahwa Yazid mampu mengembangkan senjata biologis.
Yazid memang telah berhasil sukses mengembangkan beberapa wabah di Laboratatoriumnya di Kandahar, tetapi kemudian laboratoriumnya dihancurkan oleh NATO.
"Saya masih bisa menemukan Anthrax jika saya menginginkannya, tetapi buat apa? Itu tidak memiliki nilai komersil. Anthrax hanya bagus untuk menyabotase, tidak dapat membunuh," kata Yazid.
"Lagipula ini bukan wabah Favorit saya. Saya lebih suka menggunakan bakteri atau virus yang betul-betul menghantam kalian dan memberikan kalian satu atau dua jam sebelum kalian meninggal".
"Karya siapa menurut kalian flu burung itu? Para ilmuwan, yang kemudian tidak dapat mengendalikannya," ungkap Yazid.
Salah satu tuduhan terhadap Yazid adalah menyuplai amonium nitrat untuk membangun bom utnuk sebuah serangan di Ambon, Indonesia. Yazid mengatakan itu adalah murni transaksi bisnis antara perusahaannya, Green Laboratory Medicine dengan sebuah perusahaan Yaman.
"Perusahaan Yaman memesan 40 ton dari itu (Amonium nitrat), tetapi hanya berhasi mengirim empat ton. Keuntungannya 1.600 RM per ton, jadi bayangkan berapa banyak saya akan dapatkan dengan 40 ton! Bukan urusan saya untuk tahu apa yang mereka ingin lakukan untuk itu."
"Saya memeriksa pemerintah apakah ada pembatasan untuk mengekspor item ini, tetapi tidak ada. Sekarang, mereka lebih ‘pintar' dan telah menetapkan pembatasan dari itu (ammonium nitrat)," kata Yazid.
Dalam tuduhan kedua, Yazid dituduh telah mendanai kerusuhan di Ambon dan mempersenjatai perjuangan Mujahidin di selatan Philiphina. Namun, Yazid mengatakan itu hanyalah bantuan kemanusiaan.
Yazid berkata bahwa selama interogasinya, ia ditanya apakah dana yang ia kirim untuk medis, makanan, dan pakaian dapat digunakan membeli senjata, ia mengatakan bahwa ada kemungkinan.
"Mungkin, bagaimana saya tahu?," tanya Yazid.
Pernyataan resmi yang beredar menyatakan bahwa Yazid mengakui mendanai pembelian persenjataan di selatan Philiphina, dan bahwa senjata-senjata tersebut dibawa dibawa kembali ke Malaysia untuk menjatuhkan pemerintah.
Setelah dibebaskan ia berusaha menyesuaikan diri kembali dengan kehidupanya dahulu bersama istrinya yang juga pernah menjadi tahanan.
"Mereka memindahkan saya kembali untuk tinggal dengan tahanan lainnya. Di sana ada sebuah kipas angin, saya sakit selama seminggu, sedang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan yang disebut kemewahan," katanya.
Tidak ada lagi ketakutan sekarang
Sebelum ia dibebaskan, Yazid memohon dua do'a, yaitu agar Allah menghancurkan para interogatornya jika mereka tidak bertaubat. Dan yang satunya lagi do'a untuk dirinya sendiri.
"Saya berdoa, ‘Ya Allah, berikan saya sebuah tanda untuk menunjukkan apakah apa yang saya lakukan benar atau salah. Tunjukkanlah ketika saya bebas'. Jadi saya begitu gugup," katanya.
"Sholat pertama yang saya laksanakan setelah saya bebas adalah sholat ashar. Saya takut. Siapa tahu, mungkin saya benar-benar melakukan hal yang salah? Orang-orang bisa meludahi saya atau melemparkan sepatu mereka ke arah saya," katanya.
Akan tetapi sebaliknya, ia justru menerima sebuah sambutan yang hangat dari Masjid di lingkungan dan ketika ia kembali pada hari selanjutnya, ia diminta untuk memimpin sholat maghrib. Jama'ah meminta Yazid menjadi imam mereka.
"Sekarang saya hampir 50 tahun, saya telah menyia-nyiakan tujuh tahun hidup saya, tetapi tidak, saya tidak akan mengatakan itu sia-sia. Saya menjadi dewasa di tempat paling bodoh, Amerika Serikat, tetapi saya didewasakan di penjara, Allah menghilangkan ketakutan saya di penjara," kata Yazid.
***


Roma - Berawal dari kekawatiran yang sangat mendalam dikalangan Gereja Katolik, ketika melihat kehidupan dan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, maka para Uskup menyerukan kepada seluruh Uksup di daratan Eropa menghidupkan semangat misionaris, yang belakangan menghadap semakin banyak para pemeluk Katolik pergi.
Memang pertumbuhan pemeluk Katolik di daratan Eropa terus merosot, dan semakin banyak  kalangan muda, yang meninggalkan agama mereka. Mereka menjadi tidak lagi tertarik dengan agama Katolik, yang dimata mereka bukan saja tidak  rasional, tetapi para Uskup dan Pastor, banyak melakukan praktek yang menyimpang.
Para Uskup sangat takut dengan kecenderungan pengikut Katolik di sejumlah negara, terutama di Italia, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Inggris, dan sejumlah negara di kawasan Skandinavia, jumlah pemeluk Katolik, terus menurun, dan mereka semakin apatis terhadap gereja.
Sudah sangat jarang para pemeluk Katolik, yang terikat dengan gereja. Kebaktian di hari Minggu, seperti di Itali, sudah tidak lagi menarik. Anak-anak muda lebih suka menonton bola, atau pergi klub-klub anak-anak muda, yang menyelenggarakan acara yang sifatnya hiburan. Semangat ke gereja sudah tidak lagi menjadi bagian yang penting bagi kalangan remaja di daratan Eropa. Agama Katolik sudah tidak lagi mereka minati.
Sebaliknya, kalangan Uskup semakin kawatir dengan pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, yang terus meningkat seperti grafik yang meningkat. Pemeluk Islam bukan hanya dari kalangan imigran Afrika atau Timur Tengah, tetapi penduduk asli Eropa, tiap hari mereka masuk Islam.
Di Perancis setiap bulannya orang-orang Perancis, lebih 50 orang yang masuk ke dalam Islam. Bahkan, di bulan Agustus lalu, menurut data dari Islamic Center yang ada Paris, orang-orang Perancis yang masuk Islam, hampir mencapa 100 orang.Karena itu, para Uskup di seluruh daratan Eropa bertemu selama tiga minggu untuk merencanakan strategi ke depan bagi Gereja yang jamaahnya terus berkurang, dan merasa para Uskup sangat prihatin pertumbuhan Muslim dan khawatir tentang minoritas Kristen di negara-negara Muslim, yang  menurut komentar peserta pertemuan para Uksup seperti yang dirilis oleh Vatikan.Memang, ketika berlangsung dalam pertemuan  itu, Islam hampir tidak disebutkan dalam dokumen pertemuan Sinode Evangelisasi Baru yang di Roma yang dihadiri lebih 262 Uskup dari seluruh dunia termasuk dari daratan Eropa, dan pertemuan itu berlangsung dengan sangat tertutup. Tidak wartawan yang diizinkan meliput acara pertemuan para Uskup itu.Tetapi, salah satu perserta pertemuan yang hadir dalam pertemuan itu, menyebutkan bahwa pertemuan itu, mengatakan para Uskup banyak mendiskusikan masa depan agama Katolik, yang semakin banyak ditinggalkan para jemaahnya, dan sebaliknya pertumbuhan Muslim di daratan Eropa, termasuk di berbagai belahan dunia lainnya, terus meningkat.
Salah seorang Uskup, bahkan menyebutkan sebagai ancaman "Muslim" terhadap Eropa, karena melihat trend yang terus meningkat data jumlah pemeluk Islam  didaratan Eropa dan belahan dunia lainnya, terutama di negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Katolik dan Proteskan."Tidaklah mengherankan bahwa Islam telah menjadi agendan penting dalam pertemuan Uksup ini," kata Uskup Prancis Uskup Paul Desfarges, yang mengepalai keuskupan Constantine di Aljazair, ungkap wartawan di Roma minggu ini. "Ini adalah masalah yang sangat pokok menyangkut Eropa."Kristen, dengan sekitar 2 miliar pengikut, merupakan agama terbesar di dunia dan separuh lebih merupakan pengikut Katolik. Jadi separuh pengikut Kristen, dan kondisinya sekarang ini terus merosot, khususna di negara-negara maju, seakan mereka sudah tidak butuh lagi terhadap agama Kristen maupun Katolik.
Situasi ini terus menimpa kehidupan umat Kristen dan Katolik di Eropa, ditambah situasi krisis ekonomi, yang langsung berdampak terhadap mereka, seperti yang dialami oleh Yunani yang sekarang ini menghadapi gulung tikar. Sedangkan gereja tidak mampu berbuat apa-apa menghadapi situasi krisis.Para Uskup mempunyai perkiraan pertumbuhan umat Islam, yang trendnya terus meningkat di daratan Eropa, yang sekarang jumlah sudah mencapai hampir 30 juta di seluruh daratan Eropa. Sementara itu, jumlah umat Islam di seluruh dunia mencapai 1,4 miliar, dan  empat-perlima dari mereka di luar dunia Arab, tumbuh dalam jumlah yang jauh lebih cepat daripada Kristen, yang jumlahnya menyusut di jantung Eropa."Kita perlu analisis yang jauh lebih berkembang dan diskusi tentang konsekuensi dari kehadiran Islam di dunia Barat," kata Sydney Kardinal George.
Beberapa revolusi di dunia "Arab" telah menyebar di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah telah mendorong Islam ke panggung politik. Ini menjadi ancaman yang sangat riil, seperti yang terjadi Mesir, dan Tunisia.

Bahkan, jauh sebelum revolusi "Arab", di Irak, Jordania, Suriah, dan Lebanon, sudah banyak para pengikut Katolik dan Kristen yang melakukan eksodus ke luar negeri, terutama ke Eropa dan Amerika. Mereka merasa masa depan mereka menjadi suram, dan tidak lagi memiliki tempat yang aman di dunia Islam, karena itu mereka lari ke negara-negara Barat. Inilah yang sangat memprihatinkan para Uskup yang sedang berkumpul di Vatikan.Kyrillos William, Katolik Koptik uskup Assiut, melukiskan gambaran gamblang tentang situasi yang dihadapi minoritas Kristen Mesir yang besar - sekitar 10 persen dari populasi - sejak pergolakan Musim Semi Arab.
"Setiap hari sejak  Ikhwanul Muslimin berkuasa, kita melihat langkah-langkah baru terhadap Islamisasi negara," katanya. "Kristen terus dianggap warga kelas dua dan banyak hak-hak mereka tidak diakui.""Beberapa militan Islam menuntut bahwa kita meninggalkan negara," kata Uskup. "Kami telah mengatakan kepada mereka, " Tidak, ini adalah negara kami dan tempat tinggal kami". Memang, kebencian Muslim selama beratus tahun, para pengikut Katolik dan Kristen, menjadi alat penindas penjajah, dan melakukan kolaborasi dengan penjajah. Mereka ikut dalam pemerintahan yang menjajah penduduk pribumi. Ketika terjadi perubahan, kebencian terhadap orang Kristen dan Katolik, sudah tidak dapat ditahana lagi.Di Afrika Barat, di mana Kristen dan Islam yang berlomba-lomba  pengikut baru di antara para pengikut animisme, dan Uskup Katolik merasa memiliki kelemahan ganda. "Ekspansi yang cepat dari Islam dan terutama penyebaran fundamentalisme di Afrika Barat sangat mengkhawatirkan Gereja," kata Uskup Nicodeme Anani Barrigah-Benissan dari Togo."Ini hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menjadi Muslim, tetapi tidak mungkin untuk meninggalkan agama ini nanti," katanya. Sebaliknya, ia menambahkan, dibutuhkan setidaknya tiga tahun belajar bagi orang dewasa untuk menjadi seorang Katolik, dan kemudian dibaptis, tetapi mereka tetap dapat meninggalkan Katolik dengan sesuka hati.Patriark Gregory III Laham, kepala Uskup yang berbasis di Damaskus dari Melkite Yunani Gereja Katolik, berpendapat bahwa ajaran utama Islam - bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah nabi-Nya - lebih mudah bagi orang untuk memahami.
Tentu, tidak mudah bagi misi Kristen atau Katolik, yang berusaha keras memurtadkan mereka, karena agama Islam telah begitu merasuk dalam kehidupan penduduk Afrika. Uskup Desfarges melaporkan bahwa beberapa Muslim Aljazair telah murtad dan pinjdah ke Katolik. "Murid-murid baru kadang-kadang ditolak oleh keluarga mereka sendiri atau harus sangat berhati-hati," katanya.Bechara Boutros Rai, seorang Uskup di Beirut dari Gereja Maronit yang memiliki hubungan dengan Vatikan, mengatakan bahwa "beberapa konversi rahasia oleh Muslim ke Kristen" di Lebanon."Evangelisation dipraktekkan di negara-negara Arab dengan cara yang tidak langsung," katanya, melalui jaringan luas sekolah Kristen, rumah sakit dan media penyiaran yang menyebarkan pesan Gereja tanpa secara eksplisit memberitakan hal itu.Namun beberapa Uskup, terutama dari negara-negara di mana ketegangan antara Kristen dan Muslim tampaknya sangat buruk, melihat pertemuan kedua agama sebagai sebuah kesempatan untuk dialog, bukan sebagai alasan menghujat satu dengan lainnya."Meskipun kesan sering diberikan oleh media dunia, saya ingin menekankan bahwa orang Kristen di Nigeria diri mereka tidak berada di bawah penindasan secara besar-besaran oleh umat Islam," kata Uskup Agung Abuja John Olorunfemi Onaiyekan sinode.Perdebatan Islam di konferensi berawal ketika Kardinal Peter Turkson, kepala Dewan Vatikan untuk Keadilan dan Perdamaian, yang memutara video menunjukkan bahwa Eropa dengan cepat yang dikuasai oleh umat Islam.Kardinal Andre Vingt-Trois dari Perancis, mengatakan Muslim di Eropa, tidak akan terlalu lama lagi, Perancis akan  menjadi negara Muslim, dan berpenduduk mayoritas Muslim. Ini sebagai konsekuensi logis, karena semakin banyak orang yang meninggalkan agama Kristen dan Katolik, dan sebagian diantara mereka kemudian memeluk Islam. Eropa sedang berubah menuju Islam, dan ini sangat logis. Wallahu'alam.


HTI-Press. Para uskup Vatikan berusaha memfaatkan Arab Spring untuk memurtadkan umat Islam. Seperti yang dilaporkan AFP (Selasa, 23 Oktober, 2012)  dalam pertemuan Sinode Internasional para uskup katolik di Vatikan, yang dihadiri oleh 260 orang uskup, dibahas cara-cara untuk memurtadkan kaum Muslim setelah terjadinya Revolusi di negeri-negeri Arab.
Menurut salah seorang uskup yang telah 38 tahun menjadi uskup di Aljazari, Paul Desfarges, para pemuda Arab ingin bisa meyakini sesuatu dengan bebas, atau bahkan bebas untuk tidak meyakini sesuatu.
Isu pemurtadan kaum Muslim sebenarnya telah diangkat dalam beberapa sinode sebelumnya namun ini adalah pertama kalinya para uskup berbicara secara terbuka tentang masalah itu, menurutnya.
Desfarges mengatakan kepada wartawan bahwa telah ada beberapa orang yang masuk Kristen di keuskupannya namun dia memperingatkan, “kita tidak ingin hal ini dilakukan untuk melawan Islam.”
Pernyataan Desfarges adalah kebohongan. Kristenisasi dan gerakan misionaris di dunia Islam tidak bisa dipisahkan dari  penjajahan imperialism Barat atas dunia Islam. Gerakan misionaris dan kristenisasi digunakan oleh penjajahan untuk mengokohkan penjajahan mereka.  Keruntuhan Khilafah juga tidak bisa dilepaskan dari gerakan misionaris yang bekerja sama  penjajah.
Bahwa ada hubungan antara penjajahan dan kristenisasi ini tampak dalam sejarah Indonesia. Seperti yang ditegaskan oleh Alb C. Kruyt (tokoh Nederlands bijbelgenootschap) dan OJH Graaf van Limburg Stirum. Mereka menyatakan :  “Bagaimanapun juga Islam harus dihadapi, karena semua yang menguntungkan Islam di Kepulauan ini akan merugikan kekuasaan Belanda Kristenisasi merupakan faktor penting dalam proses penjajahan.”
Kristenisasi yang dirancang oleh Vatikan di Timur Tengah saat ini juga bertujuan sama. Mengokohkan penjajahan Barat atas Timur Tengah. Namun gerakan ini dipastikan gagal, karena umat Islam telah memiliki kesadaran politik yang tinggi. Tidak hanya itu umat Islam di Timur Tengah juga sedang bergerak menyamput era baru dengan menegakkan Khilafah Islam. (AF/RZ)

 Seorang pria California terkait dengan film anti-Islam yang memicu kekerasan protes di seluruh Dunia Muslim telah ditahan pada Kamis, kata seorang juru bicara pengadilan menjelang mendengar pembahasan jaminan di Los Angeles.

Nakoula Basseley Nakoula, 55 tahun, telah diselidiki oleh para petugas pengawas kejahatan untuk mencari tahu apakah dia melanggar syarat-syarat pembebasannya dari penjara tahun 2011 mengenai tuduhan penipuan bank sementara membuat film.

Sebagai syarat pembebasannya, ia dilarang mengakses Internet atau menggunakan alias tanpa izin dari petugas pengawas kejahatan, catatan pengadilan menunjukkan.

"Saya bisa konfirmasikan bahwa ia dalam tahanan, dan dijadwalkan hadir di persidangan di pengadilan federal, pusat kota LA," ujar Thom Mrozek dari Kantor Kejaksaan AS, seperti dikutip AFP, Kamis. Namun ia tak memberi detail rinci mengenai penahanan Nakoula dan pasal pidana yang dituntutkan kepadanya.

Seperti apa persidangan yang akan dijalani Nakoula juga tidak jelas. Apakah ia akan dikenai tuntutan pidana penghinaan atau  tindak kriminal lain. Pasalnya, hingga berita ini ditulis berkas pengadilan yang masuk ke pengadilan federal AS di Los Angeles, masih seperti AFP, tetap disegel rapat.

Petugas sebelumnya telah melakukan investigasi terkait apakah Nakoula telah melanggar masa percobaan bebas bersyarat yang ia jalani. Pria yang diduga pembuat film anti-Islam itu, menurut media lokal, dijadwalkan tampil lewat video-konferensi.

BENGHAZI  - Pada hari Selasa (11/9/2012) malam, gedung Konsulat Jenderal AS di Benghazi, yang terletak di timur Libya, diserang oleh para demonstran Muslim yang ketika itu sedang melakukan protes terhadap film buatan AS yang sengaja menghina dan melecehkan Nabi Muhammad (shalallahu 'alaihi wa sallam), yang berarti juga menghina dan melecehkan Islam dan umat Islam.
Demonstran Muslim pemberani menembakkan setidaknya satu roket, menurut laporan yang beredar, ke arah gedung Konsulat AS hingga terbakar. Duta besar AS untuk Libya, Christopher Stevens, bersama tiga staf yang lain ketika itu sedang berada di dalam mobil yang terburu-buru hendak membawa mereka ke tempat yang lebih "aman", naas mereka juga terkena serangan.
Ini adalah foto-foto gedung Konsulat AS setelah dihantam roket dan di antaranya ada gambar Stevens yang telah tewas.
Serangan ini membuat Barack Obama marah besar dan mengutuk keras, serta berniat untuk membalas dendam. AS dilaporkan menuding Mujahidin Al-Qaeda dan kelompok yang berafiliasi kepada Al-Qaeda berada dibalik serangan yang menurut AS nampak terencana, namun tudingan AS tersebut belum bisa dikonfirmasi.
Allah Maha Kuasa atas Segala urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (8:17)
Sumber foto: Forum Shumoukh, AFP, AP.

 


http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/09/penyerangan-gedung-konsulat-AS-di-benghazi-libya10.jpg 

  

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


(Arrahmah.com) - Perataan kuburan-kuburan di Timbuktu, yang termasuk situs bersejarah keramat yang masuk dalam daftar UNESCO, telah membuat PBB, UNESCO dan orang-orang yang sepandangan dengan mereka amat marah dan mengutuk keras tindakan Mujahidin Ansar al-Din yang dinilai melanggar hukum internasional dan tidak menghargai budaya peninggalan umat manusia.
Shaykh Assim al-Hakim, dalam Huda Live, yang dipublikasikan di Youtube pada (10/7/2012), menyindir orang-orang yang mengutuk insiden penghancuran kubah kuburan di Timbuktu, tetapi diam saat pembantaian Muslim terjadi dimana-mana.
Syaikh Assim mengatakan bahwa ini sungguh mengherankan bagaimana Pengadilan Kriminal Internasional, PBB, UNESCO, mengutuk penghancuran beberapa kubah makam di Timbuktu yang mereka anggap situs kuno yang perlu dilindungi ini, sementara tragedi pembunuhan Muslim di Burma, di Suriah, dan semua pembunuhan terhadap Muslim di berbagai negeri, mereka diam dan tenang-tenang saja, bahkan cenderung dibiarkan.
Tetapi ketika sekelompok Muslim yang ingin menegakkan Tauhid dan memberantas kesyirikan serta simbol-simbol atau sarananya, orang-orang kafir dan munafik bersatu bekerjasama untuk melawan tindakan tersebut. Bahkan, saat ini di Timbuktu telah ada sekelompok orang dari komunitas Arab yang rela membentuk brigade bersenjata demi melindungi makam yang dikeramatkan.
"Apa berharganya tembok-tembok itu? Bukankah ada di Timbuktu tembok-tembok yang di dalamnya berisi mahkluk hidup (orang yang masih hidup -red)? Mengapa perhatian tentang kuburan melebihi (perhatian terhadap) mereka yang masih hidup?," demikian kata Sanda Ould Boumama, juru bicara jama'ah Mujahidin Ansar al-Din saat diwawancarai Sky News terkait perataan kuburan.
Kalimat tersebut seharusnya membuat kita sadar, bahwa urusan orang yang masih hidup lebih penting ketimbang orang yang sudah wafat. (siraaj/arrahmah.com)


 

Siapa sangka, menteri besar yang memiliki julukan Nizham Al-Mulk (Penyangga Kerajaan) dalam pemerintahan Bani Saljuk itu dulunya berasal dari keluarga miskin. Tidak berselang lama, setelah kelahirannya tahun 408 H, ibunya wafat. Ayahnya yang ditunjuk menjadi dahqan (lurah), di wilayah Baihaq juga memperoleh gaji yang tidak mencukupi, hingga Nizham Al-Mulk kecil harus disusukan kepada para wanita penyusu tanpa upah.

Kesusahan hidup Nizham semakin terasa setelah ayahnya wafat di saat ia belum baligh, hingga ia harus tumbuh dalam keadaan yatim piatu. Akan tetapi, tokoh yang bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Ali bin Ishaq At Thusi ini memiliki tekad baja. Dalam keadaan miskin, sekuat tenaga ia berusaha menuntut ilmu. Fiqih madzhab As Syafi’i, Bahasa Arab, Hadits, al-Qur`an, bahkan sampai Bahasa Persia ia pelajari.

Jarih payahnya itu berbuah, di masa mudanya ia memiliki banyak kemampuan. Ia mahir dalam ilmu hitung, tulis-menulis dan manajemen, sampai akhirnya Daulah Ghaznawiyah mengangkatnya sebagai pegawai. Karena kecakapan yang dimilikinya, tak berapa lama statusnya naik menjadi sekretaris Ali bin Syadzan, pejabat Bani Saljuk untuk kawasan Balakh. Posisi tersebut menjadikan Nizham saat itu menjadi semakin dekat dengan penguasa Bani Saljuk.

Alba Arsalan, sebelum ia naik tahta sebagai Sultan Saljuk, mengangkat Nizham sebagai sekretaris pribadinya. Tak hanya itu, Nizham juga diambil sebagai anak angkat calon penguasa besar tersebut. Begitu Alba Arsalan menjadi Sultan, Nizham diangkat sebagai menteri.

Ideolog Negara

Bukan hanya memposisikan diri sebagai pembantu Sultan, Nizham juga berperan sebagai peletak konsep dasar negara. Bagi Nizham, dien (agama) dan negara adalah dua saudara kembar, yang tidak bisa dipisahkan.

“Ketika pemimpin rusak, maka agama menjadi terancam. Demikian pula jika agama yang rusak, maka kedaulatan akan terganggu, banyak perusak yang mengancam serta kekuatan para pemimpin menjadi lemah dan menyebarnya bid’ah.” Demikian kata Nizham dikutip dari Siyasat-namah yang ditulis dalam Bahasa Persia.

Nizham, dalam kitab yang memiliki nama Arab Siyar Al-Mulk (Tradisi Raja-raja) ini ditulis bahwa ia juga selalu melakukan evaluasi terhadap pemerintahan Bani Saljuk, sekaligus memberi jalan keluar, yang didasari pengalaman-pengalaman pemerintahan pada masa-sama sebelumnya. Sultan Maliksyah, setelah menggantikan Alba Arsalan mengatakan, ”Aku telah menjadikan kitab ini sebagai imam dan aku akan melangkah sesuai dengannya.”

Yang juga ditulis Nizham dalam Siyasat-namah adalah nasehat kepada para penguasa agar mensyukuri nikmat Allah berupa kekuasaan yang diberikan kepadanya. Cara mensyukurinya dengan berbuat adil dan tidak menzalami rakyatnya.

Untuk mengontrol bawahan dan musuh, Wazir (menteri) Nizham juga memberi nasehat kepada para penguasa agar mengandalkan intelijen dan barid (pengantar surat), untuk mengetahui kondisi rakyatnya dan para pejabatnya. Juga untuk mengetahui kondisi musuh dan gerakan mereka.

Dalam pasal 32-39 kitab Siyasat-namah, Nizham juga menjelaskan bagaimana seharusnya penguasa berinteraksi dengan para tokoh di masyarakat.

Mengenai para penganut sekte sesat, seperti Ismailiyah, Nizham memberi nasehat kepada penguasa agar mereka tidak diangkat sebagai pejabat, karena hal ini bisa mengancam stabilitas negara. Mereka berusaha untuk mengubah pemerintahan dengan pemerintahan model Persia. Bahkan di masa Maliksyah, selama 20 tahun tugas-tugas Sultan dilaksanakan oleh sang menteri, karena saat itu Sultan lebih suka bersenang-senang dan berburu.

Diplomat Ulung

Walau berkedudukan sebagai menteri, Nizham memiliki akses lebih kuat dibanding Sultannya dengan pusat kekhalifahan di Baghdad. Ketika ada keinginan dari Bani Saljuk untuk melepaskan diri dari Baghdad, maka Nizham berupaya mencegahnya. Secara diam-diam ia menghubungi Baghdad, dan meminta agar mereka memperhatikan apa yang diinginkan Kesultanan Bani Saljuk. Sehingga para sejarawan menyebutkan bahwa Kekhalifahan Baghdad lebih takut pada Nizham dibanding Sultannya.

Terapkan Syariat

Para pembesar Bani Saljuk berketurunan Turki sangat gemar berperang, namun tidak memiliki pengetahuan tentang syariat dan bahasa Arab dengan baik. ”Kami adalah kaum baru dan asing, kami tidak memiliki pengetahuan mengenai syariat,” kata Tughrul Bek, pendiri Bani Saljuk. Tugas Wazir Nizham kemudian menguatkan pemerintahan mereka dengan syariat.

Hasilnya, tidak lama kemudian, praktek mukus alias pungli yang amat membebani rakyat dilarang. Tidak sampai di situ, ia sendiri mendirikan mejelis pengaduan, dan ikut menyimak keluhan rakyat. As Subki, seorang ulama bersejarah menggambarkan majelis pengaduan itu. ”Jika duduk di majelis pengaduan, ia (Nizham Al-Mulk) menegakkan hukum dengan al-Qur`an dan As Sunnah. Dengan kewibawaanya, ia menakut-nakuti setiap penzalim hingga tidak ada lagi ketakutan. Rakyat tidak khawatir lagi terhadap pejabat zalim.”

Dekat dengan Rakyat

As Subki menyebutkan, suatu saat di majelis pengaduan ada yang melemparkan lembaran kertas yang ada tinta basahnya kepada Nizham. Akibatnya, tinta itu menempel ke pakaiannya. Namun, ia dengan tenang mengambil kertas tersebut dan menandatanganinya. Padahal saat itu pengawalnya amat banyak.

Siapa saja bisa dengan mudah menemui Nizham, sekalipun ia sedang makan misalnya. Pernah suatu saat ada seorang wanita hendak menemuinya, namun penjaga menghalanginya. Akhirnya Nizham menasehati si penjaga, ”Sesungguhnya, saya menginginkan engkau dan orang-orang seperti engkau untuk mempersilakan ia masuk.”

Suatu saat angin berhembus kencang hingga karpetnya Nizham dipenuhi pasir. Para stafnya kebingungan, setelah tidak menemukan mereka yang bertugas untuk menyapunya. Saking marahnya, para staf itu hendak menghukum mereka. Mendengar ucapan itu, Nizham menasehati, ”Mereka juga manusia seperti kita, mereka merasa sakit sebagaimana yang kita rasakan, mereka membutuhkan apa yang juga kita butuhkan. Kita telah diberi kelebihan oleh Allah daripada mereka. Maka mensyukuri nikmat-Nya bukan dengan cara menghukum mereka karena kesalahan kecil.”

Nizham sendiri dikenal sebagai pribadi yang saleh. As Subki dalam Thabaqat Al-Kubra memberi kesaksian, menteri yang satu ini rajin melaksanakan puasa Senin-Kamis dan gemar bersedekah. Kalau membaca al-Qur`an tidak pernah dengan bersandar untuk menghormati kitab suci itu. Ia juga selalu menjaga wudhu. Mushaf tidak pernah lepas dari tangannya ke manapun pergi. Jika terdengar azan berkumandang, ia segera beranjak dari pekerjaannya untuk melaksanakan shalat.

 
Barat menganggap dirinya super, yang lain pelengkap

KETIKA berlangsung seminar Masalah-masalah Global dalam Perspektif Perkembangan Islam yang diselenggarakan ICMI-Orsat Berlin, belasan tahun yang lalu, terdapat seorang pembicaranya yang bernama: Hamadi El- Aouni, dosen ilmu politik dan ekonomi di Universitas Berlin: Freie Universiteit dan Fachhochschule fur Wirtschaft.

Di antaranya ia membicarakan manipulasi makna yang sering dilakukan barat hanya untuk memperkokoh dirinya sebagai penguasa dunia. Karena ia merasa sebagai supremasi global, segala bentuk kelebihan Timur, seperti dikecilkan sampai dihilangkan.

Sayangnya, kata ilmuwan asal Tunisia itu, Timur sering terjebak oleh produk manipulasi itu, sehingga menjadi korban apresiasinya. Sekaligus menciptakan sikap mider dalam menghadapi masa depan.

Ia mengharapkan kita untuk waspada dalam menggunakan istilah Barat. Soalnya sebuah istilah bisa berarti sangat luas: politis, ideologis, etis, dan moralis. Istilah ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi direkayasa oleh sejumlah badan tertentu yang memang untuk menciptakan istilah.

Perang Dingin, 1945-1989, sering dipandang Timur sebagai masa damai. Ini keliru. Karena selama itu sudah ratusan kali perang telah terjadi di selatan. Karenanya, ia menganggap istilah itu hanya berlaku untuk utara.

Tetapi Hamadi heran, mengapa banyak tokoh negara di selatan yang mengakuinya. Malah para ilmuwan di selatan pun bersikap serupa, meskipun mereka mengetahui, korban perang 1945-1989 melebihi korban Perang Dunia.

Tentang Perang Dunia pun dikritik Hamadi. Apakah benar seluruh dunia ketika itu terlibat perang? Tidak! Hanya terjadi antar negara kolonial di Eropa, plus Amerika Serikat dan Rusia. Sedangkan Asia, Amerika Latin, dan Afrika umumnya terseret karena setiap negara kolonial menyebarkan perang di teritorial negara yang dikuasainya.

Karenanya, istilah yang sudah melegenda secara global itu bisa berarti implisit: Eropa dan Amerika Serikat menobatkan dirinya, “Kami ialah dunia!”  Di luar itu hanya pelengkap.

Hamadi pun heran, mengapa harus Utara-Selatan, bukan sebaliknya. Ia mencurigai, apakah itu merupakan indikasi adanya persepsi bahwa utara menguasai dunia dibandingkan selatan? Atau masing-masing sebagai pihak aktif dan pasif dalam mengelola sumber daya alam.

Misalkan pada sektor teknologi. Di utara melaju dengan pesat. Untuk merangsang kreativitas, disediakan anggaran milyaran US dollar. Sementara di selatan, imitatif dengan mengimpor tehnokrat bersama laboratorium. Selain itu untuk sektor ekonomi. Di utara integrasi semakin nyata dalam konsep ekonomi, sementara di selatan kondisi seperti itu belum dijalankan secara optimal.

Masyarakat industri berkaitan dengan peradaban. Ia merupakan homogenitas perilaku manusia dalam masyarakat untuk bidang proses nilai tambah dalam mengelola bahan baku. Tetapi negeri berkembang bisa menyangkut wilayah mana saja tanpa kecuali, karena prosesnya pasti demikian, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.

Padahal setiap komunitas cenderung untuk membentuk masyarakat industri. Tetapi mengapa penerapannya tidak untuk setiap komunitas? Taruhlah untuk memudahkan komunikasi, tetapi mengapa tidak sebaliknya?  Di sini terdapat pengkultusan terselubung atas kelebihan Barat dibandingkan Timur.

Masalah ini pun termasuk pembahasan Hamadi dalam seminar tersebut.

Dulu banyak yang mengartikan Dunia Ketiga dari aspek power fisik. Dua kelas di atasnya dipegang oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat. Namun menurut Hamadi, dunia kelas tiga. Dua kelas diatasnya masing-masing mencakup negara yang tergabung dalam NATO dan Pakta Warsawa.

Tampak sekali, bagaimana Barat merendahkan Timur, dalam mencirikan dunia ketiga. Hanya Barat belum berani mengatakan dengan intepretasi yang gamblang itu.

Untuk Tatanan Dunia Baru, Hamadi mengintepretasikannya sebagai bentuk metode Barat untuk menundukkan, mengontrol, dan mengatur Dunia Ketiga, agar ketergantungan bisa tetap dijaga.

Dengan demikian, dari aspek politis, misalnya, hanya Barat yang berhak mengatur segala masalah yang terjadi di dunia, baik maupun jahat. Sayangnya sering tidak universal. Pemakaiannya ditentukan oleh situasi, waktu, dan kondisi, agar tidak menjadi bumerang terhadap kepentingannya.

Demikianlah hebatnya manipulasi makna buatan Barat untuk menutupi persepsi yang kira-kira menyudutkannya. Sebagai professor linguistik di MIT, Cambridge, Massachusetts, Noam Chomsky menyadari, media massa mempunyai kemampuan untuk membentuk opini, sekaligus mengarahkan publik dunia, hanya melalui manipulasi makna.*/Nasrullah Idris. Penulis tinggal di Bandung

Pembantaian suku Tutsi. Tidak untuk ditiru-sumber google.
Pembantaian massal di Rwanda atau dikenal Genocide Rwanda terjadi selama 100 hari pada tahun 1994. Tragedi tersebut adalah sebuah pembantaian 800.000 suku Tutsi dan Hutu moderat oleh sekelompok ekstremis Hutu yang dikenal sebagai Interahamwe yang terjadi dalam periode 100 hari pada tahun 1994.
Pembantaian bermula pada tanggal 6 April 1994, ketika Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana menjadi korban penembakan saat berada di dalam pesawat terbang. Saat itu, Habyarimana yang berasal dari etnis Hutu berada dalam satu heli dengan presiden Burundi, Cyprien Ntarymira. Mereka baru saja menghadiri pertemuan di Tanzania untuk membahas masalah Burundi. Sebagian sumber menyebutkan pesawat yang digunakan bukanlah helikopter melainkan pesawat jenis jet kecil Dassault Falcon. Peristiwa penembakan keji itu diduga terjadi untuk unjuk protes terhadap rencana Presiden Habyarimana yang berencana melakukan persatuan etnis di Rwanda dan pembagian kekuasaan kepada etnis-etnis yang cukup majemuk di Rwanda. Pada tahun 1990, Habyarimana memiliki gagasan membentuk suatu pemerintahan yang melibatkan tiga etnis di Rwanda yakni Hutu (85%), Tutsi (14%) dan Twa (1%). Untuk diketahui, pada saat itu, jumlah penganut Kristen Katholik 56.5%, Protestan 37.1%, Islam 4.6%, Tidak beragama 1.7%, dan pribumi 0.1%.
Pembantaian tak berperkemanusiaan
Habyarimana mengangkat perdana menteri Agathe Uwilingiyama dari suku Tutsi. Pengangkatan pejabat pemerintah yang berasal dari suku yang berlainan ini tidak diterima oleh kelompok militan yang ingin mempertahankan sistem pemerintahan yang dimonopoli satu suku. Konsep pemerintahan power sharing yang melibatkan banyak suku ini tercantum dalam Piagam Arusha (Arusha Accord) pada tahun 1993, di mana dalam piagam itu disebut jabatan-jabatan pemerintahan Rwanda, tidak lagi 100% dimiliki oleh suku Hutu. Piagam berisi persetujuan agar suku-suku lainnya juga memiliki hak yang sama seperti suku Hutu. Militan mengangkat planning ini sebagai bentuk ancaman eksistensi suku Hutu dalam pemerintahan, walaupun Habyarimana sendiri juga berasal dari suku Hutu.
Meskipun pelaku penembakan masih simpang siur dan tidak diketahui dengan pasti, tetapi kematian Habyarimana menjadi alasan untuk memberlakukan pembunuhan massal (Genocide) terhadap etnis Tutsi secara terencana dan terorganisir oleh kumpulan militan teroris. Kumpulan militan ini bahkan membentuk Sistem Radio Genosidal yang digunakan untuk memberitahukan dimana Tutsi bersembunyi. Dalam jangka 100 hari sejak kematian Habyarimana, sekitar 800.000 atau bahkan hampir 1.000.000 warga etnis Tutsi mati secara keji dan mengerikan.
Anak-anak korban pembantaian Setelah kematian sang presiden, Pasukan khusus Pengawal Presiden yang dibantu instruktur Perancis segera melakukan aksi cepat, dan menjalin bekerja sama dengan kelompok paramiliter Rwanda, Interahamwe dan Impuzamugambi.
Penyerangan dimulai dari ibu kota Rwanda. Kemudian ketiga kelompok bersenjata itu mulai membunuh siapa saja yang mendukung piagam Arusha tanpa mempedulikan status jabatan dan sebagainya. Perdana Menteri Rwanda, yang berasal dari suku Tutsi tak lepas dari pembunuhan kelompok bersenjata. Selain dia, masih ada nama-nama dari kalangan menteri, pastor dan siapa saja yang mendukung maupun terlibat dalam negosiasi piagam Arusha, dibantai.
Sebagian besar korban dibiarkan tergeletak begitu saja dan tidak dimakamkan secara layak. Paling umum saat itu hanyalah ditimbun dengan tanah sekedarnya. Dalam memory, Pegunungan Gisozi menjadi tempat pemakaman massal. Di tempat ini diperkirakan terdapat 250.000 jasad warga tak berdosa korban konspirasi keji.
Kelompok militan yang berasal dari suku Hutu ini membunuh semua penduduk Rwanda yang berasal dari suku Tutsi, tanpa diberi hak untuk membela. Jumlah penduduk Hutu ini mayoritas dan pemeluk agama yang mayoritas saat itu adalah Kristen.

Islam di Rwanda

Pertama kali Islam dibawa masuk ke Rwanda oleh pedagang-pedagang muslim dari Pantai Timur Afrika pada kurun ke-18. Jumlah orang Islam merupakan golongan minoritas di sana sedangkan Gereja Rom Katolik yang diperkenalkan kepada orang Rwanda semasa penyerngan Orang Belgia, penjajahan dan kolonisasi, mubaligh-mubaligh Perancis pada akhir kurun ke-19 memiliki pengikut yang lebih banyak.
Add caption
Korban
Dalam sejarah Islam di Rwanda, untuk pertama kalinya Islam diberikan hak dan kebebasan yang sama sebagaimana agama Kristian. Anggaran menunjukkan bahwa terdapat jumlah orang Islam yang setara di kalangan suku Hutu dan juga suku Tutsi. Anggaran tersebut tidak dapat disahkan disebabkan ketika berlakunya pembunuhan suku, pemerintah telah melarang semua diskusi dan perbincangan mengenai etnik di Rwanda.
Pada tahun 1960, bekas menteri pemerintahan Sebazungu telah mengarahkan agar masjid orang Islam di Rwamagana dibakar. Akibat peristiwa ini, orang Islam diselubungi ketakutan dan banyak di mereka yang melarikan diri ke negara-negara teranggan. Dikatakan bahwa pihak gereja Katolik terlibat dalam peristiwa ini yang memburukkan lagi ketegangan antara orang Islam dengan orang Kristen tersebut, membuat khwatir pihak gereja di Rwanda.
Pada masa sebelum tahun 1994, umat Islam di Rwanda kurang mendapat perhatian pemerintah, sehingga tingkat pendidikan rendah, dan daya serap di dunia kerjapun kurang, yang hal ini menciptakan kondisi di mana umat Islam tidak memiliki pekerjaan layak. Status sosial yang hina tersebut dirasakan oleh umat Islam sampai terjadinya pembantaian massal pada tahun 1994. Populasi orang Islam sebelum pembunuhan suku pada tahun 1994 tersebut adalah sebanyak 4% yang luarbiasa rendah berbanding negara-negara tetangganya.

Islam setelah Pembantaian etnis

Jumlah orang Islam Rwanda meningkat selepas Pembunuhan etnik pada tahun 1994. Salah satu sebab yang mungkin ialah banyaknya orang Islam telah memberi perlindungan kepada pelarian-pelarian suku Hutu dan suku Tutsi. Beberapa sumber menjelaskan bahawa mereka memeluk Islam kerana peranan yang dimainkan oleh pemimpin-pemimpin Katolik dan Protestan dalam pembunuhan kaum tersebut. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mencatatkan beberapa insiden pendeta-pendeta Kristen memberi restu kepada Kaum Tutsi untuk mendapatkan perlindungan di dalam gereja, kemudian menyerahkan mereka kepada kubu pembunuh Hutu. Contoh-contoh pstur-pastur Hutu yang menggalakkan jamaah mereka supaya membunuh Kaum Tutsi juga telah dicatatkan.
Laporan-laporan perseorangan oleh beberapa orang Kaum Tutsi yang memeluk Islam demi keselamatan diri karena mereka takut akan pembunuhan tindak balas yang berterusan angkara teroris suku Hutu, dan tahu bahwa orang Islam dapat melindungi mereka daripada angkara sebegitu. Begitu juga banyak suku Hutu yang memeluk Islam untuk mencari “penyucian”. Banyak warga suku Hutu melupakan masa silam mereka yang diselubungi keganasan dan tidak mau “mencemari tangan mereka dengan darah”. Terdapat sebilangan kecil contoh kurang popular yang menunjukkan suku Hutu memeluk Islam dengan harapan bahawa mereka dapat bersembunyi di kalangan masyarakat orang Islam dan dengan itu terlepas daripada tangkapan.
Kadar pertukaran agama menurun pada tahun 1997. Menurut mufti Rwanda, masyarakat Islam tidak menyaksikan sebarang peningkatan dalam pertukaran agama ke dalam Islam pada tahun 2002-2003. Agama Kristen masih lagi menjadi agama utama. Mazhab Katolik (yang tiba pada akhir kurun ke-19 bersama-sama White Father dalam Gereja Roma Katolik) masih lagi tertanam dalam budaya negara tersebut. Menurut pemimpin-pemimpin Islam Rwanda, orang Islam membentuk 14% daripada 8.2 juta orang di Rwanda, negara Afrika paling Katolik, dua kali lebih banyak berbanding sebelum pembunuhan itu bermula.
Hampir satu dekade setelah aksi pembantaian ratusan ribu etnis minoritas Tutsi oleh mayoritas Hutu itu, agama Islam justru semakin populer. Seperti ditulis surat kabar Amerika Serikat, Washington Post, Muslim saat ini meliputi 14 persen dari 8,2 juta warga Rwanda.
Genosida itu sangat melukai masyarakat Kristen Rwanda, apalagi terbukti banyak para pastor katolik dan pendeta protestan terkemuka yang terlibat dalam aksi tak berperikemanusiaan itu. Dan kini mereka harus berhadapan dengan pengadilan kejahatan hak-hak asasi manusia (HAM). Salah satunya adalah Elizaphan Ntakirutimana, kepala Gereja Advent Hari Ketujuh.
Ntakirutimana merupakan orang Hutu yang menggiring ribuan warga etnis Tutsi ke gerejanya di provinsi Kibuye dengan janji akan dilindungi keselamatannya. Tapi nyatanya sang pendeta justru menyerahkan orang-orang Tutsi itu kepada milisi Hutu yang kemudian membantai dengan sadis 7.000-an warga Tutsi itu dalam satu hari.
Pada waktu yang sama, Muslim Rwanda - yang umumnya memiliki ikatan perkawinan baik dengan warga Hutu maupun Tutsi-membuka pintu rumah mereka lebar-lebar bagi warga Tutsi yang ketakutan. Entah kenapa warga suku Hutu yang beragama Kristen itu tak berani memasuki kampung atau rumah-rumah keluarga Muslim.
Yahya Kayiranga, pemuda Tutsi yang lari bersama ibunya dari ibukota Kigali di awal pembantaian, diselamatkan dirumah keluarga Muslim di kota Gitarama. Disana ia bersembunyi sampai aksi pembantaian itu berakhir. Namun ayah dan pamannya yang tetap tinggal di Kigali, tewas dibunuh.
“Kami ditolong oleh orang yang tidak kami kenal,” kata anak muda berusia 27 tahun itu, seperti dilaporkan surat kabar Amerika lainnya, Chicago Tribune. Ia kecewa berat dengan perilaku para pastor dan pendeta yang justru ikut terlibat tindakan keji itu. Yahya pun memilih menjadi Muslim di tahun 1996.
“Saya tahu Amerika menganggap Muslim sebagai teroris. Tapi bagi kami orang Rwanda, mereka adalah pejuang pembebas selama masa pembantaian massal,” kata Jean Pierre Sagahutu (37 tahun), warga Tutsi lainnya. Ia yang dulunya Katolik ini memeluk Islam setelah ayah dan 9 anggota keluarganya dibantai oleh warga Hutu yang seagama dengannya.
“Saya ingin menyelamatkan diri ke gereja, tapi tempat itu justru sangat buruk untuk bersembunyi. Lalu sebuah keluarga Muslim membawa saya, dan menyelamatkan hidup saya.”
Sumber :

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget