Articles by "Syi'ah"

Jakarta  - Opini KH. Ma'ruf Amin di Harian Nasional Republika tentang pengesahan MUI Pusat terhadap fatwa MUI Jatim kamis, 8 Nov 2012, membuat Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat meradang.
Jalal malah membalas Ketua MUI Pusat itu  dengan kata-kata yang sangat pedas dan terkesan melecehkan ulama-ulama yang duduk di MUI Sampang, MUI Jawa Timur dan MUI Pusat.
Tokoh Syiah Indonesia tersebut menulis opini balasan pada Harian yang sama dengan judul "Menyikapi Fatwa tentang Fatwa" pada hari sabtu, 10 Nov 2012. Opini Jalal tersebut ternyata sangat tendensius, curang, licik dan merendahkan serta mencaci-maki ulama-ulama Indonesia yang memfatwakan Syiah sesat dan yang mendukung fatwa sesatnya Syiah tersebut.
Jalal menyikapi Fatwa MUI Sampang dengan mengatakan, "Fatwa salah yang disampaikan oleh lembaga yang mengklaim berhak memberikan fatwa sama seperti obat yang salah yang diberikan kepada pasien. Alih-alih menyembuhkan, ia bisa membunuh. Diantara fatwa yang telah ikut serta atau menyertai terbunuhnya seorang Muslim di Sampang adalah fatwa MUI Sampang."
Menanggapi MUI Jatim dan ketua MUI Pusat, KH. Ma'ruf Amin yang mendukung fatwa MUI Jatim tersebut, Jalaluddin Rakhmat mempertanyakan strata kelimuan mereka, "Apakah anda lebih berilmu dari mereka?"
Jalal melanjutkan, "Sebelum mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Syiah, apakah menurut Bapak-bapak tidak perlu mengkaji fatwa para ulama internasional itu, apalagi menyetujuinya, karena mereka tidak lebih alim dari Bapak-bapak?"
Tokoh Syiah dari Bandung tersebut terus melanjutkan, "Cukupkah bagi Bapak-bapak mengumpulkan anggota-anggota MUI se-Jatim plus beberapa orang ulama dari MUI Pusat, lalu mengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu sesat?
Apakah para ulama di MUI Sampang dan para ulama MUI Jatim yang berkumpul di Surabaya itu memang lebih berilmu ketimbang ulama internasional yang berkumpul di Amman, Makkah dan Bogor?"
Padahal yang perlu dipertanyakan apakah sikap ulama-ulama di MUI itu berbeda dengan sikap ulama-ulama yang berkumpul di Amman, Makkah dan Bogor?
Sebagai contoh, Prof. Dr. Yusuf Qardhawi yang merupakan ulama rujukan dalam mendeklarasikan Risalah Amman memfatwakan bahwa Syiah memang berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam persoalan-persoalan pokok bukan furu' (Fataawa Mu'ashirah), sehingga ulama mu'tabar dari dulu semisal Imam Malik, Imam Bukhari, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ulama masa kini seperti Syekh Yusuf Qardhawi dan ulama-ulama yang berada dalam Majelis Ulama Indonesia dan sampai hari kiamat akan berpendapat sama dalam masalah Syiah, yaitu sesat.
Kecurangan
LPPI Makasar pun mengecam opini sesat yang dibuat tokoh Syiah Jalal. Dalam poin pertama Risalah Amman, ada sebagian teks yang tidak disebutkan oleh Jalaluddin Rakhmat atau mungkin sengaja dibuang, “Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme).
Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.” 
Teks poin pertama Risalah Amman yang sengaja dibuang ini hanya menyebutkan tiga kelompok yang tidak boleh dikafirkan, mereka itu Asy'ari, Sufi, Salafi dan tidak menyebut "Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah". K
emudian untuk masuk dalam golongan yang juga tidak boleh dikafirkan haruslah memenuhi tiga batasan yang tertulis dalam Deklarasi Amman tersebut, yaitu percaya pada Allah dan Rasulullah, meyakini rukun iman dan rukun Islam serta tidak mengingkari  ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
Sedangkan Syiah melanggar tiga batasan tersebut. Untuk lengkapnya silakan baca penelitian kami tentang Risalah Amman pada artikel Syiah Berlindung Di Balik Risalah Amman.
Dengan demikian, kita tahu sikap Syiah di Indonesia yang semakin berani dan menantang ulama-ulama dalam Majelis Ulama Indonesia yang notabene sikap mereka sama dengan ulama-ulama yang menandatangani Risalah Amman, silakan baca artikel kami Sikap Para Penandatangan Risalah Amman terhadap Syiah. (Desas/Istiqamah/lppimakassar.com)

MALANG  - Acara Dialog Publik bertajuk "Haruskah Syiah Ditolak?" yang diadakan PMII Rayon Ushuludin IAIN Sunan Ampel Surabaya, Senin (22/10/2012), dibubarkan.
Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinat Indonesia Habib Achmad Zein Alkaf kepada beritajatim.com, Senin (22/10/2012) mengatakan, pihaknya yang selama ini memerangi ajaran Syiah di Indonesia, mengaku memang telah membubarkan acara tersebut.
"Saya tadi minta acara seminar tentang Syiah agar dihentikan dan dibubarkan. Ini karena sudah ada fatwa MUI Jatim yang menyatakan ajaran Syiah sesat dan didukung Pergub Jatim yang melarang aliran-aliran sesat berkembang di Jatim. Tadi Umar Shihab dari ABI ketemu saya langsung lari," katanya.
Semula, acara dialog dari awal hingga sesi tanya-jawab sesuai rencana. Di ujung acara, forum yang dihadiri ratusan mahasiswa tiba-tiba menjadi gaduh.
Kegaduhan bermula ketika para pemateri usai menjawab pertanyaan, Habib Ahmad bin Zein al-Kaf diberi kesempatan moderator bertanya. Saat beliau baru bicara, suara-suara ribut di bangku belakang mulai terdengar.
Habib Ahmad yang berbicara sebagai peserta itu tetap melanjutkan pembicaraan dengan tenang.
"Saya di sini ingin sampaikan bahwa kami menjelaskan Syiah secara ilmiah. Ketahuilah, ormas NU, Muhamadiyah dan MUI Jawa Timur menyatakan sesat," ujar anggota Syuriah PWNU Jawa Timur tersebut seperti dimuat hidayatulla.com.
Pria yang juga dikenal Ketua Bidang Organisasi Yayasan Al-Bayyinat itu menerangkan, bahwa siapa yang mengaku pecinta Rasulullah dan Ahlul Bait maka harus menyatakan Syiah sesat.
"Ja'afar al-Shadiq itu imam Ahlussunnah bukan Syiah," tegasnya.
Meski Ahmad bin Zein bicara dengan tenang, tapi rupanya sejumlah aktivis Syiah gerah dengan pernyataannya. Salah seorang diantaranya berteriak keras, "Yaa Huseiin!".
Sontak teriakan-teriakan tersebut semakin membuat gaduh suasana forum dialog. Saat itu mulai banyak peserta maju ke depan. Terdengar pula kalimat-kalimat teriakan dari aktivis Syiah lain. Ahmad bin Zein pun tidak melanjutkan kalimatnya.
Melihat situasi tidak kondusif, panitia lantas memutuskan mengakhisi acara dan keributan segera diredakan oleh panitia.
Sebelumnya, diskusi publik yang diikuti ratusan mahasiswa IAIN itu berlangsung kondusif. Menghadirkan Emha Ainun Nadjib Budayawan dan sejumlah akademisi. Sejatinya, Umar Shihab, Ketua Dewan Syuro DPP Ahlul Bait Indonesia (ABI) juga tampil sebagai pembicara. Namun, dibatalkan demi keamanan. Meski yang bersangkutan tetap hadir.
Dalam penjelasannya, Emha mengaku diskusi semacam ini untuk membahas isu Syiah harus dilakukan. Di samping sikap tegas yang juga harus ditunjukkan masyarakat yang memang menolak Syiah.
"Kalau anti Syiah ya harus tegas. Kalau memang Syiah tidak boleh ada, ya demo, bikin resolusi, kirim surat ke pemerintah supaya Syiah dilarang ada. Kalau iya, iya. Kalau nggak, nggak," kata Emha sebelum acara itu dibubarkan.
Setelah sesi tanya jawab, Habib Achmad Zein Alkaf yang juga Bidang Ukhuwah Islamiyah MUI Jatim sekaligus A'wan Syuriah PWNU Jatim memberikan pendapatnya. Habib memang dikenal tegas menentang Syiah. Namun belum lama bersuara, dia langsung dihentikan. Acara pun dibubarkan dengan sholawat yang dipimpin Emha Ainun Nadjib. (bilal/dbs/arrahmah.com)

MESIR. – Dikabarkan pada hari Sabtu, 3 November 2012, Yunus Makhion, pemuka di Partai Salan An-Nur, mengungkapkan keyakinannya bahwasanya syi’ah lah yang menjadi sebab tumpahnya darah di dunia Arab, seraya mencatat bahwasanya perselisihan antara syiah dan Ahlussunnah adalah perselisihan Aqidah.
Beliau berkata dalam sebuah program ONE TV, Al-Shurah Al-Kamilah “Syiah adalah orang yang menebarkan fitnah di Yaman, Irak, Suriah, Lebanon dan Negara yang lainnya”.
Makhion menambahkan “Agama Syiah adalah agama yang menyelisihi Islam sama sekali. Mereka dianggap kafir, mereka memiliki paham imamah, mereka menunggu keluarnya seorang Imam mereka dari sebuah lubang. Dan Khumaini lah yang mengadakan faham wilayatul faqih yang menjadi pengganti Imam sementara”.
Demikian itu, Al-Azhar membentuk sebuah komite ilmiah yang terdiri dari ulama dan Khatib untuk menghadapi gelombang syiah di Mesir. Komite ini dibentuk setelah pertemuan Al-Azhar dengan ulama dari gerakan Salafi, Ikhwanul Muslimin dan Shufi untuk menghadapi syiah.(usamah/islam)

DAMASKUS  – Milisi Syiah Shabihah kembali menampilkan atraksi kebiadaban mereka. Mereka menangkapi warga sipil muslim sunni di desa Arthuz Jadidah, propinsi Damaskus pada Kamis (18/10). Setelah puas menyiksa dan menyembelih para sandera dengan bayonet, milisi Shabihah melindas jenazah mereka dengan truk militer.
Kebiadaban milisi Syiah Shabihah ini bukanlah kejadian pertama kalinya di propinsi Damaskus. Pembantaian dengan cara-cara sangat tidak manusiawi terhadap warga sipil muslim sunni menjadi hobi baru mereka. Apalagi militer rezim Suriah dan milisi Syiah Shabihah terus menerus mendapat pukulan mematikan dari mujahidin Islam dan FSA.
Desa Arthuz Jadidah hanya berjarak beberapa kilometer dari kediaman mufti rezim Suriah, syaikh Ahmad Hassun dan ulama pro rezim Suriah, syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi. Para aktivis kemanusiaan dan revolusi Suriah mengecam keras sikap syaikh Al-Buthi yang masih setia membela rezim Asad meski pembantaian terhadap kaum muslimin sunni terjadi di depan hidungnya.




Cairo (voa-islam.com) Golongan Syiah Mesir sangat tidak optimis atas kunjungan Presiden Mohamed Mursy ke Iran untuk menghadiri KTT Non-Blok pekan ini. "Itu hanya kunjungan bersifat protokol untuk menyerahkan kepemimpinan gerakan Non-Blok," kata aktivis Syiah Mohamed Ghoneim. "Ini tidak berarti golongan Syiah akan diizinkan  mempraktikkan ajaran Syiah secara bebas di Mesir", ujar Ghoneim.

Presiden Partai Syiah Al-Tahrir, Ahmed Rasim al-Nafis,  mengatakan sulit untuk Mesir-Iran melanjutkan hubungan dengan sikap oposisi  Arab Saudi, Amerika Serikat dan Israel. "Mursy seharusnya bertemu dengan Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran," kata Nafis. "Dia adalah pengambil keputusan akhir."

Sebagian besar penduduk Mesir adalah Sunni, dan para pemimpin Muslim Mesir mengatakan bahwa mereka menolak mengizinkan dan menyebarkan ajaran Syiah di Mesir. Pihak berwenang Mesir memberlakukan pembatasan terhadap pelaksanaan ajaran Syiah, dan  menghentikan upacara Syiah pada beberapa kegiatan mereka.

Para pemimpin dan Mufti Al-Azhar dengan sangat jelas, melarang ajaran Syiah, yang terang-terangan menghina dan menghujat para shahabat Rasulullah Shallahu Alaihi wassala. Mesir pernah dikuasi penguasa Fatimiyah, yang menganut Syiah, dan kemudian dibebaskan oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Sampai sekarang Mesir terbebas dari pengaruh Syiah. Karena, negara melarang ajaran yang sesat itu dikembangkan di Mesir. mh


BAGHDAD  – Rezim boneka Syiah Irak memulai pelaksanaan eksekusi mati terhadap sekitar 300 warga muslim dan muslimah sunni di Irak. Pada Rabu (29/8/2012) eksekusi dimulai terhadap 5 tawanan muslim sunni yang berada dalam penjara Syu'bah Khamisah, Baghdad.
Eksekusi mati terhadap 5 tawanan muslim sunni itu akan segera disusul dengan eksekusi-eksekusi berikutnya. Pada Kamis (30/8/20012) sebanyak 10 tawanan muslim sunni dipindahkan dari penjara Rushafat ke penjara Syu'bah Khamisah, Baghdad sebagai persiapan pelaksanaan eksekusi mati.
Media massa di Irak melakukan liputan khusus terhadap pelaksanaan eksekusi mati tersebut. Dalam salah satu liputan, kamerawan sebuah stasiun TV Irak merekam wajah Firas Al-Janabi. Tawanan muslim sunni yang berasal dari kawasan Mahmudiyah, Baghdad itu tampak tersenyum bahagia. Tidak nampak kesedihan dan ketakutan pada dirinya walau akan menjalani eksekusi mati. Dengan kedua tangan diborgol, ia mengangkat jari telunjuknya sebagai isyarat bersyahadat sebelum menjemput kematian.
Allahu akbar, begitulah para mujahid muslim sunni menyambut kematian di jalan Allah. Mati syahid bagi mereka adalah karunia tertinggi dari Allah Ta'ala. Semoga Allah menerima amalnya dan menempatkannya pada surga Firdaus yang tertinggi.

SURIAH  - Video ini adalah rekaman rahasia yang terungkap, salah satu kebiadaban pasukan rezim Syi'ah Nushairiyah pimpinan Bashar Assad. Video yang berdasarkan postingan di Youtube tercatat tahun 2011 ini, tidak diketahui di kota mana, menunjukkan sejumlah demonstran Muslim Suriah dikubur hidup-hidup - tampaknya pakaian mereka telah dilucuti - oleh bala tentara Assad di sebuah tempat yang nampaknya jauh dari keramaian dan seperti gurun pasir.
Kekejian ini semakin menambah perih hati kaum Muslimin, baru-baru ini seorang pria dikubur hidup-hidup oleh bala tentara Assad setelah ia ditangkap karena ketahuan sering mengirim video pembantaian yang dilakukan pasukan keji Assad (semoga Allah melaknat mereka) ke situs Aljazeera.
Semoga Allah melaknat orang-orang yang menyiksa dan membunuh kaum Muslimin tanpa alasan yang hak. Ini adalah satu dari sejumlah bukti kekejaman rezim Syi'ah Nushairiyah di Suriah.
"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,  Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar." (Al-Buruj: 8-10)



Oleh: Ust. Abu Misykah Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, para sahabatnya, dan umatnya yang senantiasa berpegang dengan sunnah-sunnahnya.
Pagi-pagi buta sampai kabar kepada kami, tadi malam ada kerusuhan antara Sunni-Syi'ah di Puger, Jember. Kabar yang dikirimkan seorang Ustad Alumnus Al-Azhar, Kairo menyebutkan, "Sekitar habis Maghrib, 7 orang Syi'ah mendatangi 4 orang Sunni yang berencana mengadakan pengajian tanggal 7 Juni besok dengan pembicara Habib Muhdhor al-Hamid, ulama Sunni yang anti Syi'ah. ketujuh orang Syi'ah tersebut meminta agar pengajian Ustadz Muhdhor digagalkan. Akhirnya terjadi perang mulut dan berakhir dengan pembacokan oleh orang-orang Syi'ah terhadap orang Sunni, sampai berdarah-darah."
"Setelah pembacokan, massa berdatangan. Akhirnya 7 orang Syi'ah itu kabur. 2 sepeda motor mereka ada yang tertinggal, kemudian dibakar massa. Tadi malam 2 orang Syi'ahnya sudah tertangkap Polisi," kelanjutan pesan yang dikirim kepada kami.
Sebenarnya konflik Sunni–Syi'ah bukan persoalan baru. Sejak beberapa abad yang lalu sudah terjadi. Hal itu di antara sebabnya, karena prinsip dari ajaran Syi'ah yang bersifat antagonis dan kemarahan terhadap pihak yang berseberangan paham dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Mereka, kaum Syi'ah menghina dan mengafirkan Abu Bakar as-Sidiq, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan, dan mayoritas sahabat Nabi Ridhwanullah 'Alaihim. Kebencian terhadap para sahabat tadi berimbas dan diberlakukan kepada siapa saja yang loyal kepada mereka. Bahkan takfir (hukum kafir) kepada sahabat juga mereka berlakukan kepada umat yang mencintai dan mengikuti mereka, khususnya  dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.  
Masyarakat muslim Indonesia mayoritas bermadhab Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Sunni). Maka saat faham Syi'ah berkembang di negeri ini dan semakin banyak pengikutnya gesekan pasti tak bisa dihindarkan. Dan terlebih ajaran Syi'ah sendiri mengajarkan untuk menunjukkan kebencian kepada Ahlus Sunnah. Contoh kasusnya seperti penyerangan terhadap Pesantren Syi’ah YAPI di Desa Kenep, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, pada Selasa (15/2/2011), beberapa knflik di Jember dan tempat lainnya.
Biasanya saat terjadi perseteruan antara Sunni-Syi'ah selalu yang dianggap tidak toleran adalah kelompok mayoritas. Padahal tidak demikian. Sebaliknya, ajaran akidah Syi'ah-lah yang mengajarkan untuk memusuhi dan membenci kelompok mayoritas. Bahkan sampai menghalalkan darah dan harta mereka, seperti menyikapi orang kafir harbi. Sehingga jika ingin terjadi hubungan yang harmonis, kelompok Syi'ah harus meninggalkan ajaran mereka yang menghina ajaran dan keyakinan kaum muslimin Ahlus Sunnah.
Berikut ini kami paparkan akidah dan ajaran syi’ah –yang tergolong minoritas- terhadap Ahlus sunnah yang menjadi mayoritas? Apakah ajaran golongan minoritas tersebut tidak berisi kebencian dan pengafiran terhadap selain mereka, khususnya Ahlussunnah wal Jama’ah? Mari kita melihat bagaimana ajaran Syi’ah terhadap Ahlus Sunnah dari kitab-kitab yang ditulis para ulama Syi’ah dan diakui sebagai rujukan agama mereka.
Akidah Syi’ah Terhadap Ahlussunnah
Akidah Syi’ah terhadap kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah akidah kebencian dan cacian, bahkan sampai pengafiran dan penghalalan darah dan harta. Menurut keyakinan mereka, kekufuran Ahlus Sunnah lebih besar daripada kekufuran Yahudi dan Nashrani. Kenapa bisa begitu? Menurut mereka, kekafian Yahudi dan Nashrani adalah kekafiran asli, sedangkan kekafiran ahlus sunnah adalah karena murtad. Dan menurut ijma’, kekafiran karena murtad lebih besar daripada kekafiran asli.
Berikut ini kami sebutkan beberapa keyakinan mereka tentang Ahlus Sunnah yang berasal dari ucapan ulama-ulama mereka yang tertulis dalam kitab-kitab mereka sendiri.
1. Syaikh Husain bin Ali ‘Ushfur al-Darari al-Bahrani dalam kitabnya, al-Mahasin al-Nafsaniyyah fii Ajwibah al-Masaa-il al-Khurasaaniyyah, hal. 17: Orang-orang Syi’ah menggelari orang-orang Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan al-Naashibah. Menurut keyakinan Syi’ah, mereka lebih najis daripada anjing dan lebih kufur daripada Yahudi dan Nashrani.
Dia mengatakan,
بَلْ أَخْبَارُهُمْ عَلَيْهِمُ السَّلامُ تُنَادِي بِأَنَّ النَّاصِبَ هُوِ مَا يُقَالُ لَهُ عِنْدَهُمْ سُنِّياًّ
Bahkan kabar-kabar dari mereka (para imam) 'alaihis salam menyerukan bahwa yang dimaksud al-Nashib adalah yang dikenal dikalangan mereka dengan Sunni.
2. Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, Juz: 101, hal. 85: Abu Abdilllah berkata: “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala terlebih dahulu melihat orang-orang yang menziarahi kuburan Husain bin Ali pada sore hari ‘Arafah.” Beliau ditanya, “(Apakah) sebelum melihat orang-orang yang sedang wukuf?” Beliau menjawab, “Ya.” Beliau ditanya lagi, “Bagaimana bisa begitu?”  Beliau menjawab,
لِأَنَّ فِي أُولَئِكَ أَوْلادُ زِنَا ولَيْسَ فِي هَؤُلَاءِ أَوْلادُ زِنَا
Karena di tengah-tengah mereka (orang-orang yang wukuf di Arafah) terdapat anak-anak zina, sedangkan di tengah-tengah mereka (peziarah kuburan Husain) tidak ada anak-anak zina.
3. Al-Kulaini, dalam al-Raudhah min al-Kaafi, Juz 8, hal. 285, menyebutkan sebuah riwayat dari Abu Abdillah yang berkata kepada Abu Hamzah:
وَاللهِ يَا أَبَا حَمْزَةَ، إِنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَوْلادُ زِنَا مَا خَلا شِيْعَتُنَا
Demi Allah hai Abu Hamzah, sesungguhnya manusia seluruhnya merupakan anak-anak pelacur kecuali Syi’ah kita.
4. Muhammad al-Tijani, dalam kitabnya al-Syi'ah Hum Ahlus Sunnah, hal. 161, lebih terang-terangan lagi menyatakan bahwa al-Nawasib (yang mereka kafirkan dan musuhi) adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dia berkata,
وَعُنِيَ عَنِ التَّعْرِيْفِ بِأَنَّ مَذْهَبَ النَّوَاصِبَ هُوَ مَذْهَبُ ((أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ)) فَنَاصِرُ مَذْهَبِ النَّوَاصِبِ اَلْمُتَوَكِّل هُوَ نَفْسُهُ (( مُحْيِي السُّنَّةِ )) فَافْهَمْ
Dan tidak membutuhkan pengenalan lagi bahwa madhab al-Nawashib adalah madhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan al-Mutawwil adalah pembela madhab Al Nawashib, dia itu sendiri yang bergelar muhyis sunnah (pengidup sunnah), maka pahamilah.
Menurut keyakinan al-Tijani, mayoritas Ahlus Sunnah wal Jama'ah-lah yang menyimpang dari keluarga Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia menjuluki al-Mutawwil sebagai tokoh utama al-Nawashib (yang memusuhi) Ali dan Ahlul Bait. Bahkan kedengkiannya sudah sampai membongkar makam Husain, melarang menziarahinya, dan membunuh orang-orang yang menggunakan nama Ali. Al-Khawirizmi dalam Rasail-nya menyebutkan bahwa al-Mutawakkil tidak akan memberikan harta atau bantuan kecuali kepada orang yang mencela keluarga Ali bin Abi Thalib dan membela madhab al-Nawashib.
(Namun ini merupakan tuduhan semata dari al-Tijani yang menunjukkan kedengkian dan kebenciannya terhadap kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah).
5. Muhammad al-‘Ayasyi, dalam tafsirnya al-‘Ayasyi, Juz 2, hal. 398, menukil riwayat dari Ibrahim bin Abi Yahya. Dari Ja’far bin Muhammad, ia berkata: “Tidaklah seseorang dilahirkan kecuali ada satu Iblis yang mendatanginya. Jika Allah mengetahui bahwa dia dari Syi'ah kami, maka Allah akan menghijabinya dari syetan itu. Dan jika bukan dari Syi'ah kami, maka syetan akan menancapkan jari telunjuknya di duburnya, lalu ia akan menjadi orang yang buruk, oleh karenanya zakar keluar di depan. Dan jika ia seorang perempuan, syetan akan menancapkan jari telunjuknya di kemaluannya sehingga ia menjadi pezina. Di saat itulah seorang bayi akan menangis dengan kencang jika ia keluar dari perut ibunya. Dan setelah itu, Allah akan menghapus dan menetapkan apa yang dikehendaki-Nya, dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul kitab.”
6. Ni’matullah al-Jazairi, dalam al-Anwar al-Nu’maniyah, 2/307: Bahwa Syi’ah menghalalkan darah dan harta Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yakni membunuh dan merampas harta mereka. Diriwayatkan oleh al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah, “Apa pendapat Anda tentang membunuh orang al-Nashib (Ahlus Sunnah)?” Ia menjawab, “Darahnya halal (boleh membunuhnya), tetapi aku khawatir atas (keselamatan)-mu. Jika kamu bisa, robohkan dinding (timpakan) atasnya atau kamu tenggelamkan di air supaya tidak bisa memberikan kesaksian (yang memberatkan) atasmu, maka lakukanlah.” Aku bertanya lagi, “Apa pendapat Anda dalam hartanya?” Ia menjawab, “Ambillah hartanya semampumu.”
7. Ni’matullah al-Jazaairi, dalam Nuur al-Barahin, hal. 57, bahwa firqah-firqah yang menyelisihi Firqah Imamiyah, berdasarkan nash-nash yang banyak sekali, menunjukkan mereka kekal di neraka. Dan ikrar syahadat mereka tidak bermanfaat sedikitpun kecuali dalam penjagaan darah dan harta mereka serta pelaksanaan hukum-hukum Islam yang berlaku bagi mereka.
Catatan Penulis: Bagi Syi'ah, seluruh kaum muslimin adalah Nawashib, karena mereka tidak mendahulukan Ali atas Abu Bakar dan Umar, kecuali Syi'ah saja.
8. Yusuf al-Bahrani, dalam al-Hadaa-iq al-Nadhirah fi Ahkaam al-‘Ithrah al-Thaahirah, hal.  136 dalam Bab “Orang yang menyelisihi (Syi’ah), hakikatnya bukan orang Islam. Dan sesungguhnya orang yang menyelisihi (Syi'ah) sebenarnya adalah kafir.” Ia tidak membedakan antara kufur kepada Allah dan kufur kepada para imam, dengan alasan bahwa imamah termasuk masalah ushuluddien (pokok agama) berdasarkan nash ayat dan hadits yang sangat jelas.  Di antaranya pernyataannya, “Pertama: engkau telah mengetahui bahwa orang yang menyelisihi (Syi'ah) adalah kafir, tidak memiliki bagian dalam Islam dari berbagai sisinya, sebagaimana telah kami pastikan dalam kitab kami al-Syihab al-Syaqib.”
Catatan Penulis: Beginilah Syi’ah dengan mudahnya menisbatkan kekafiran kepada orang yang mereka sebut sebagai wahabiyyin. Jangan heran jika mereka sangat membenci dan suka menghina Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena memang beginilah ajaran agama mereka.
. . .engkau telah mengetahui bahwa orang yang menyelisihi (Syi'ah) adalah kafir, tidak memiliki bagian dalam Islam dari berbagai sisinya, sebagaimana telah kami pastikan dalam kitab kami al-Syihab al-Syaqib. . . (Ulama Syi'ah Yusuf al-Bahrani, dalam al-Hadaa-iq al-Nadhirah fi Ahkaam al-‘Ithrah al-Thaahirah)
9. Muhammad bin al-Hasan al-Thusi, dalam kitabnya Tahdziib al-Ahkaam: 3/197, menyebutkan: Imam mereka (Abu Abdillah), ikut menyalatkan jenazah orang munafik (yang mereka maksud adalah Ahlus Sunnah,- red), tapi ia melaknatnya, isi doanya:
اَللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلاناً عَبْدَكَ أَلْفَ لَعْنَةٍ مُؤْتَلَفَةٍ غَيْرَ مُخْتَلَفَةٍ اللَّهُمَّ اخْزِ عَبْدَكَ فِي عِبَادِكَ وَبِلادِكَ وَأَصِلْهُ حَرَّ نَارِكَ وَأَذِقْهُ أَشَدَّ عَذَابِكَ فَإِنَّهُ كَانَ يَتَوَلَّى أَعْدَاءَكَ وَيُعَادِيْ أَوْلِيَاءَكَ وَيُبْغِضُ أَهْلَ بَيْتِ نَبِيِّكَ
Allahu Akbar, Ya Allah laknatlah fulan hamba-Mu dengan seribu laknat yang terkumpul, bukan terberai. Ya Allah, hinakanlah hamba-Mu ini  di tengah hamba-hamba-Mu dan di dalam negeri-Mu, sampaikanlah ia panasnya neraka-Mu, dan timpakan padanya adzab-Mu yang paling pedih, karena ia mengangkat musuh-musuh-Mu sebagai pemimpin, memusuhi para wali-Mu, dan membenci keluarga Nabi-Mu.
Catatan Penulis: Maka jangan heran jika kita melihat seorang pengikut Syi'ah ikut menyalatkan jenazah seorang muslim, lalu laknat ini yang ia bacakan kepadanya. Karena menurut mereka, setiap orang yang menyelisihi Syi'ah disebut munafik.
10. Al-Hurr al-‘Aamili dalam Wasail al-Syi’ah: 2/771, Bab: Bagaimana cara menyalatkan orang yang sunni yang menyimpang, dari Muhammad bin Muslim dan salah seorang kedunya berkata: “Jika ia seorang penentang kebenaran, maka ucapkan:
اَللّهُمَّ أَمْلِأْ جَوْفَهُ نَاراً وَقَبْرَهُ نَاراً وَسَلِّطْ عَلَيْهِ الْحَيَاتَ وَالْعَقَارِبَ
Ya Allah penuhilah lambungnya dengan api, kuburnya dengan api, dan kuasakan ular dan kalajengking atas mereka.”
11. Al-Maaqami, dalam Tanqih al-Maqaal fii ‘Ilmi al-Rijal, pada faidah yang ke-20, hal. 208, menukil dari al-Muhaqqiq al-Bahrani dan dari riwayat-riwayat yang banyak bahwa orang yang bukan Syi'ah Istna ‘Asyariyah adalah kafir dan musyrik.
12. Muhsin al-Mu’allim, dalam kitabnya al-Nushbu wa al-Nawashib, hal. 609. Sesudah menyebutkan sejumlah Nawashib, di antaranya: Abu Bakar, Umar, Ustman, ‘Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan sejumlah sahabat, serta Imam Malik, dan al-Bukhari radhiyallahu 'anhum, ia menyebutkan kafirnya para nawashib dari perkataan para ulama Syi'ah:
“Sayyid al-Khu-i semoga Allah meridhainya berkata: dan lebih jelasnya seorang nashib hukumnya kafir walau ia menampakkan (ucapan) dua kalimat syahadat dan keyakinan kepada hari kiamat.”
Sayyid al-Shadr berkata tentang orang-orang yang ia kecualikan dari najisnya orang kafir, ia memasukkan di antaranya: Ahlul Kitab, ghulat, lalu menyebut Nawashib. Ia berkata, “Begitulah nawashib yang menyatakan permusuhannya kepada Ahlul Bait yang mereka itu telah Allah hilangkan kotoran (najis) dari mereka dan membersihkan mereka sebersih-bersihnya. Sesungguhnya mereka itu, para pemberontak dan nawashib, adalah kafir. Tetapi mereka suci menurut syariat selama mereka menisbatkan diri kepada Islam.”
“Mengambil dalil dari apa yang diriwayatkan Ibnu Abi Ya’fur dalam al-Mautsiq, dari Abu Abdillah, dalam sebuah hadits ia berkata: Janganlah kalian mandi dari tempat pemandian umum, karena di dalamnya digunakan mandi orang Yahudi, Nashrani, Majusi, dan al-Nashib (para pembeci) terhadap kita ahlul Bait. Maka dia itu adalah yang terburuk dari mereka. Dan sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala tidak pernah menciptakan satu makhluk yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya al-Nashib (orang-orang yang memusuhi) kita ahlul bait, jauh lebih najis daripada anjing.”
. . . Dan sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala tidak pernah menciptakan satu makhluk yang lebih najis daripada anjing. Dan sesungguhnya al-Nashib (orang-orang yang memusuhi) kita ahlul bait, jauh lebih najis daripada anjing. . . (Riwayat Syi'ah)
13. Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar, 23/390 meyebutkan, seluruh kaum muslimin yang tidak meyakini keimamahan para imam dua belas (artinya; selai kelompok Syi'ah) adalah kafir, sesat, dan kekal dalam neraka. Berikut pernyataannya:
- “Ketahuilah, sesunguhnya keumuman lafadz syirik dan kufur atas orang yang tidak meyakini keimamahan amirul mukminin dan para imam sesudahnya dari anak-anaknya, dan lebih mengutamakan yang lain atas mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah kafir yang kekal di neraka.”
- "Syaikh al-Mufid dalam kitab al-Masa’il berkata: “Imamiyah bersepakat atas orang yang mengingkari keimamahan salah seorang imam (yang dua belas) dan menentang apa yang Allah wajibkan kepadanya berupa kewajiban taat (kepada para imam) adalah kafir, sesat, dan wajib kekal di neraka.”
. . . kaum Syi'ah mengafirkan kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan kelompok mayoritas kaum muslimin Indonesia. . .
Penutup
Dari pernyataan-pernyataan para ulama syi’ah dalam kitab-kitab mereka sendiri di atas, nampak jelas bahwa kaum Syi'ah mengafirkan kaum muslimin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan kelompok mayoritas kaum muslimin Indonesia. Akidah mereka juga mengajarkan untuk membenci dan menimpakan kemudharatan kepada Ahlus Sunnah. Bahkan sampai menghalalkan harta dan darah kaum Sunni. Maka bukti terjadinya gesekan dan konflik saat Syi'ah mulain meningkat jumlahnya adalah tuntutan dari ajaran akidah Syi'ah. Oleh sebab itu, ajaran yang semacam ini layaklah untuk segera dilarang beredar di Indonesia. Jika mereka masih ingin tinggal di negeri ini dan hidup rukun dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, hendaknya mereka meninggalkan ajaran yang berisi provokasi dan suka menghina kelompok lain. Kemudian kembali kepada kesatuan ajaran Islam, Al-Qur’an dan Sunnah shahihah sesuai dengan yang dipahami para sahabat Nabi ridhwanullah ‘alaihim. Wallahu Ta’ala a’lam.

JEMBER (voa-islam.com) – Pengikut  Syi’ah kembali memancing kerusuhan. Tak senang diselenggarakan sebuah kajian yang membahas tentang kesesatan Syi’ah di Puger, Jember, Jawa Timur, pengikut Syi’ah memaksa menggagalkan kajian tersebut hingga berujung pada tindakan anarkis.
Ketua Rois Syuriah PCNU Kencong, KH. Khoir Zad Maddah menyampaikan kronologis aksi anarkis yang terjadi pada Rabu malam (30/5/2012).
Hari Kamis tanggal 7 Juni 2012 rencananya akan diselenggarakan acara pengajian di rumah salah seorang tokoh di Puger, Jember. Isi pengajian itu adalah dialog tentang Syi’ah, sebab di Puger sudah marak penyebaran ajaran Syi’ah yang diantaranya diajarkan oleh Habib Ali, hanya saja Habib Ali tidak pernah mengakui kalau dirinya Syi’ah.
Dalam pengajian yang diselenggarakan bulan Juni nanti, akan dihadirkan pembicara Habib Muhdhor Al Hamid yang dikenal tegas terrhadap Syi’ah. Pihak Syi'ah ternyata ingin menggagalkan pengajian tersebut dengan mendatangi rumah salah satu tokoh masyarakat bernama ustadz Fauzi dan melakukan tindakan anarkis.
“Ada tujuh orang yang memaksa supaya kegiatan itu diurungkan pada tanggal tujuh itu. Dalam dialog itu agak panas sehingga terjadi saling pukul, akhirnya salah satu muridnya ustadz Fauzi terkena bacokan di kening, tapi tidak lebar,” kata KH. Khoir Zad Maddah saat dihubungi voa-islam.com, Kamis (31/5/2012).
Setelah terjadi ribut-ribut warga pun berdatangan, lalu tujuh orang itu melarikan diri. Kyai Khoir, sapaan akrabnya, menengarai salah satu dari tujuh orang tersebut ada keluarga Habib Ali.  “Salah satu dari tujuh orang itu ada keluarga Habib Ali,” ujarnya.
Masalah ini sekarang sudah ditangani pihak Polres Jember dan keluarga Habib Ali pun sudah hadir di Polres Jember untuk dimintai keterangan. Menurut informasi sudah ada dua orang yang diamankan di Polres Jember.
KH. Khoir Zad Maddah menyampaikan bahwa ia sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencegah agar hal itu tidak terjadi kembali. Karena ajaran Syi’ah sudah difatwakan sesat oleh MUI Jawa Timur  ia meminta aparat bertindak tegas terhadap kegiatan Syi’ah yang telah meresahkan warga Jember.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan teman-teman di PCNU Kencong untuk mengupayakan agar peristiwa itu tidak terjadi. Tentunya kami memohon terhadap aparat, karena keberadaan Syi’ah itu membikin resah, sesuai keputusan MUI bahwa Syi’ah Imamiyah itu dinyatakan sesat, sebisa mungkin aparat merespon masyarakat supaya kegiatan Syi’ah paling tidak di Puger itu ditutup,” ungkapnya. [Ahmed Widad]


JAKARTA (voa-islam.com) - Pernyataan Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj kembali menimbulkan kontroversi. Ketika umat Islam di Indonesia resah dengan pelecehan agama yang dilakukan aliran sesat Syiah, Said Aqil justru membela Syiah dengan menyatakan bahwa Syiah bukan aliran sesat.
"Tidak sesat, hanya berbeda dengan kita," kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.
Bahkan terkait fatwa MUI Sampang yang menyatakan Syiah adalah sesat, menurut Said Aqil hanya ditujukan kepada Syiah pimpinan Tajul Muluk, bukan Syiah secara keseluruhan. "Yang sesat itu aliran Tajul Muluk, Syiah-nya Tajul Muluk. Bukan Syiah secara keseluruhan," ucapnya.
Mendengar pernyataan Said Aqil Siradj tersebut, Ketua MUI Jawa Timur, KH. Abdusshomad Buchori yang menandatangani fatwa sesat ajaran Syiah, dengan tegas membantah pernyataan Said Aqil.
“Fatwa MUI Provinsi Jawa Timur tentang kesesatan ajaran Syiah, karena Syiah itu banyak; ada Syiah Zaidiyah, Syiah Itsna ‘Asyariyah, Syiah Ismailiyah, Syiah Sabaiyah, itu antara lain. Tapi, yang masuk di Indonesia itu Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah, Ziadiyah tidak ada, Ismailiyah juga tidak ada. Jadi yang ada di Indonesia itu Syiah 12 Imam yang ma’sum (Imamiyah Itsa ‘Asyariyah) itu ditolak oleh MUI,” Jelasnya kepada voa-islam.com dari ujung telepon, Kamis (30/8/2012).
Ia menegaskan bahwa keluarnya fatwa sesat ajaran Syiah dari MUI Sampang dan diperkuat MUI Jawa Timur bukan semata-mata khusus bagi Tajul Muluk.
“Fatwa MUI bukan karena Tajul. Fatwa MUI ini karena proses, sebab masalah Syiah sudah cukup lama, di Jawa Timur itu bukan hanya kasus Sampang, tapi juga Bondowoso, Jember, Malang, Pasuruan dan tempat-tempat lain,” sanggahnya.
...Fatwa MUI ini ketika kami keluarkan, kami tanda tangani ini sudah kami presentasikan di PBNU, tapi pada saat itu pak Said Aqil tidak rawuh

Menurutnya, ia bersama para ‘alim ‘ulama Jawa Timur, serta ulama dari Badan Silaturrahim Ulama Pesantren Madura (BASSRA), secara terbuka telah mempresentasikan fatwa sesatnya ajaran Syiah ke sejumlah instansi, termasuk ke PBNU, namun sayangnya Said Aqil waktu itu tidak hadir. (Baca: Ulama Jatim Juluki Said Aqil "Pengecut & Pendusta Pembela Syi'ah")
“Fatwa MUI ini ketika kami keluarkan, kami tanda tangani ini sudah kami presentasikan di PBNU, tapi pada saat itu pak Said Aqil tidak rawuh (hadir, red.). Dengan ulama BASSRA kami membawa 30 orang ulama maksudnya kan kita sharing dengan para tokoh nasional, kami presentasi di MUI, PBNU, Kementrian Agama, di Mahkamah Konstitusi pak Mahfud MD dan di Komisi VIII. Artinya, kami ini terbuka, mestinya kalau ada sesuatu dicounter pada waktu itu,” ungkapnya.
KH. Abdusshomad Buchori menambahkan bahwa fatwa MUI Jatim dirumuskan melalui berbagai dasar pertimbangan yang membuktikan secara jelas penyimpangan aliran sesat Syiah.
“Fatwa MUI itu adalah secara faktual studi literatur kitab mereka, studi lapangan kasus-kasus yang terjadi. Intinya ajaran Syiah itu sangat beda dengan Sunni di Indonesia. Misalnya dengan mengatakan Al-Qur’an itu kurang, tidak lengkap. Abu Bakar, Umar, Utsman menjadi Khalifah dengan merampok jabatannya Ali bin Abi Thalib. Nikah mut’ah itu boleh, mencaci maki ‘Aisyah,” imbuhnya. [Ahmed Widad]


Kontroversi sosok Umar Shihab yang merupakan salah satu ketua MUI Pusat terkait pembelaannya terhadap ajaran sesat Syiah, menjadi bahan pertanyaan oleh salah seorang peserta Seminar Al-Quran di Masjid Al-Ikhlash Jati Padang, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Ahad kemarin (8/4).
"Bagaimana bisa sosok pembela Syiah bisa masuk dalam jajaran pengurus MUI Pusat," tanya seorang peserta seminar kepada ustadz Cholil Ridwan, Lc yang menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar Al-Quran tersebut.
Ustadz Cholil Ridwan, yang juga merupakan salah satu ketua MUI Pusat, cukup kerepotan untuk menjelaskan bagaimana bisa Umar Shihab - yang sering membela Syiah dalam setiap pernyataannya dengan mengatakan Syiah sama dengan kaum Muslimin kebanyakan dan tidak sesat - bisa menjadi salah satu pengurus pusat MUI.
Diakui oleh Ustadz Cholil bahwa Umar Shihab memang sering secara terang-terangan membela Syiah di dalam forum-forum internal MUI. "Iya, beliau memang di internal MUI sendiri pun, jadi pembela Syiah jika ada anggota yang menyatakan bahwa Syiah itu sesat," kata Ustadz Cholil. "Saya sendiri sering berdebat dengan Umar Shihab terkait sesatnya Syiah, beliau (Umar Shihab) memang diamanahi sebagai ketua MUI urusan ukhuwah Islamiyah," tambahnya.
Menurut ustadz Cholil, Umar Shihab yang paling rajin kalau urusan berhubungan dengan kedubes Iran atau melakukan kunjungan ke Iran dengan mengajak anggota MUI lainnya. Hanya dia dan ustad Yunahar Ilyas yang tidak pernah mau diajak oleh Umar Shihab untuk melakukan kunjungan ke negeri Syiah Iran.
"Umar Shihab memang mengaku bukan Syiah, namun harus diingat bahwa Syiah ada ajaran taqiyyah. Saya tidak tahu, apakah Umar Shihab sengaja disusupkan Syiah ke dalam MUI atau beliau yang memang jadi alat oleh kalangan Syiah untuk membela ajaran sesat Syiah," tegas ustadz Cholil.
Sebelumnya pada akhir Maret lalu, Ustadz Farid Ahmad Okbah dalam pertemuan antara MIUMI dengan MUI, membongkar habis bukti-bukti kesesatan Syiah di tanah air. Ia menukil banyak sekali kitab asli Syiah baik yang diterbitkan di Iran maupun Indonesia yang penuh dengan caci maki pada sahabat nabi maupun fitnah terhadap istri nabi.
Di saat bersamaan hadir pula Umar Shihab, salah seorang ketua MUI yang memang terkenal pro terhadap Syiah. Umar Shihab pun begitu seksama mendengarkan paparan Ustadz Farid Okbah. Namun lama kelamaan Umar Shihab memilih keluar dari ruangan rapat ditengah para pengurus lainnya setia mendengarkan. Tadinya para wartawan menduga, Umar hanya keluar untuk kepentingan sementara, namun hingga usai pertemuan pada pukul 12.30, wajah Umar Shihab tidak kunjung muncul.
Tidak ada keterangan resmi mengapa Umar Shihab memilih meninggalkan ruangan. Para wartawan yang setia menunggunya pun tidak bisa mengkonfirmasi terkait hal ini.(fq)



Laporan menyatakan bahwa telah terjadi pertumbuhan akan pengaruh Syiah di Nigeria dan perluasan gerakan tersebut hingga ke titik di mana pengaruh mereka bisa digambarkan sebagai "negara dalam negara" yang menjadi ancaman nyata terhadap negara Nigeria sendiri.
Kota Kaduna, kubu gerakan Syiah utama Nigeria, dilaporkan Syiah telah memiliki surat kabar harian yang berkembang selama lebih dari dua dekade dan mengatakan akan segera menyiarkan informasi tentang mereka berbasis internet dan stasiun radio berbahasa Hausa serta memulai sebuah saluran TV baru.
Di Kaduna juga banyak beredar film-film dokumenter menyanjung para pemimpin agama Syiah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Hausa lokal, dengan ratusan VCD, DVD dijual kepada penduduk setempat setiap bulannya.
Beberapa pihak khawatir bahwa gerakan ini dapat tumbuh tak terkendali oleh kekuatan-kekuatan yang berkuasa saat ini.
Pemimpinnya, Syaikh Ibrahim Zakzaky, menjadi pendukung Syiah sejak revolusi Syiah Iran di mulai tahun 1979 lalu. Meskipun ia menyangkal gerakannya mendapat dana apapun dari Iran, ia juga sangat keras mengumandangkan sikap anti-Amerika.
Syaikh Zakzaky sendiri adalah tahanan politik selama sembilan tahun selama tahun 1980 hingga 1990, dituduh oleh rezim militer melakukan pembangkangan sipil.
Para pendukungnya pernah terlibat dalam bentrokan kekerasan dengan negara selama beberapa dekade - 120 dari pengikutnya saat ini berada di dalam penjara - dan analis politik Muhammad Kabir Isa mengatakan mereka merupakan ancaman yang nyata bagi Nigeria.
Muhammad Kabir Isa, seorang peneliti senior di Ahmadu Bello University, menjelaskan gerakan Syiah Syaikh Zakzaky sebagai "negara dalam negara" di Nigeria sendiri.
Isa juga menuduh pendukung gerakan itu sekarang telah menjadi jauh lebih berpengaruh di tengah masyarakat.
"Saya tahu misalnya dia (Syaikh Zakzay) memastikan anggotanya direkrut menjadi tentara, anggotanya direkrut di kepolisian, ia memiliki orang yang bekerja untuknya di dalam pelayanan keamanan negara," tegasnya.(fq/imo)



Masalah Syiah sudah menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam. Syiah terus-menerus mengklaim mereka juga bagian dari komunitas kaum muslimin kebanyakan, namun di belakang mereka melakukan tikaman terhadap umat Islam itu sendiri.
"Syiah rafidhah itu mainnya halus namun sangat menusuk," ujar Dr. Daud Rasyid, MA, yang merupakan salah seorang pakar hadits, dalam pernyataan penegasannya kepada Eramuslim Ahad kemarin (8/4), setelah sebelumnya memaparkan hal tersebut dalam sebuah seminar Al-Quran di masjid Al-Ikhlash Jati Padang Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Dalam paparannya di acara Seminar Al-Quran yang bertajuk, "Menyongsong Generasi Gemilang Bersama Cahaya Al-Quran", ustadz kelahiran Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara ini dengan runutnya menjelaskan kesesatan Syiah. Menurutnya Syiah sudah menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam, mereka dengan halus menyebarkan ajaran-ajaran sesatnya di kalangan Ahlus Sunnah dengan kedok persatuan dan sejenisnya.
Ustadz Daud, begitu kebanyakan orang memanggilnya, dalam seminar Ahad kemarin menceritakan juga tentang salah satu proyek Syiah di Indonesia yang memanfaatkan media radio untuk menyebarkan paham-paham sesat mereka namun dikemas dengan cara yang menarik sehingga banyak menipu kaum Muslimin.
Tanpa menyebut nama radio tersebut, ustadz Daud hanya menjelaskan bahwa radio itu terletak di wilayah Cibubur dan merupakan anti tesis dari radio dakwah yang berada tidak jauh dari Cibubur, tepatnya di Cileungsi. Dan pembina utama radio itu, menurut beliau sering melakukan "tasykik" atau membuar keragu-raguan di kalangan umat Islam, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim.
"Kalian semua tahulah apa nama radio itu dan siapa pembinanya, tidak perlu saya sebutkan di sini," ujar ustadz Daud kepada para peserta seminar Al-Quran yang jumlahnya hampir 2.000 an tersebut.
"Saya dalam sebuah perjalanan, hampir satu jam mendengar pembina radio ini menyebarkan tasykik kepada kaum muslimin, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim. Bagi umat Islam yang awam strategi pembina radio ini bisa mempengaruhi pemahamanan mereka terhadap hadits, namun orang yang memiliki pengetahuan tentang hadits tidak bisa tertipu dengan cara-cara tasykik seperti ini," tegas beliau.
Beliau juga menjelaskan untuk menutup-nutupi ke Syiah-an radio ini, pengelola radio memasang banyak ustadz-ustadz dari kalangan ahlus Sunnah untuk berbicara di sana, namun itu semua hanyalah kamuflase, menurut beliau, karena inti dari radio tersebut adalah pembinanya yang memang sering melakukan tasykik terhadap kaum muslimin dan sering mengelabui umat Islam dengan slogan persatuannya.
Dalam penjelasannya secara langsung kepada Eramuslim, ustadz Daud juga menyatakan bahwa nama beliau juga dicatut oleh radio tersebut, jadi seakan-akan beliau juga mendukung radio itu, bisa jadi dengan ustadz-ustadz yang lain yang juga mereka klaim sebagai pendukung radio mereka.(fq)

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget