Articles by "Islam Asia"

Paginya, ACT tiba di pantai Sittway. "Kami sudah tidak melihat lagi perahu pengungsi di pelabuhan. Saya sempat berprasangka buruk akan nasib para pengungsi itu, karena sempat tersiar ada penghadangan di dekat pelabuhan. Meskipun kami berharap, para pengungsi telah menuju pantai dekat kamp pengungsian Rohingya," ungkap Doddy.

Saat ini ada 10 kamp pengungsian muslim Rohingya di utara kota Sittway, yaitu : 1. Thakopyin (12416 jiwa), 2. Kanduka (1686 jiwa), 3. Bodufa (8559 jiwa), 4. Dapi (11197 jiwa), 5. Thechun (19430 jiwa), 6. Sethema (5750 jiwa), 7. Sanpya (1805 jiwa), 8. Bumay Wyagon (749 jiwa), 9. Duamrun (1069 jiwa), 10. Than Tawli (1435 jiwa). Jumlah nya hampir mencapat 70.000 ribu jiwa.

Seusai meninjau pelabuhan, ACT berkeliling kota untuk beberapa saat. Aparat tak terlalu banyak, meski terlihat berjaga sejumlah tempat. Kamis, 25 Oktober, dari pantauan dan informasi yang langsung ACT terima, lokasi menuju ke kamp muslim Rohingya memang tertutup. Ketika ACT berusaha menyewa mobil untuk ke lokasi kamp, tidak ada satupun tempat penyewaan mobil yang berani mengantarkan ACT ke lokasi. Terlalu beresiko kata mereka. Kenyataan yang sama juga diinfomasikan oleh rekan NGO dari negara lain. Wah jangan harap bisa ke Se Tha Ma Gyi (Lokasi tempat pembangunan Shelter ACT) hari ini,kata mereka. Bahkan mobil sewaan partner lokal ACT di Sittway juga menolak mengantarkan ACT ke lokasi pengungsian. “Kami masih ingin hidup Mr Doddy” kata mereka.

Perlu di ketahui bahwa lokasi menuju kamp-kamp pengungsian muslim harus melalui sebuah desa muslim yang bernama Bumay. Desa ini sekitar 1 kilometer dari tempat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel milik pemerintah Rakhine State, yang ada disuatu perempatan jalan. Dari perempatan jalan tersebut, desa Bumay terletak di seberang rel kereta api. Infomasi yang diterima oleh ACT sebelumnya, lokasi menuju desa Bumay ini diblokade oleh ramai orang, padahal jalan itulah satu-satunya yang bisa mencapai kamp Rohingya.

Mereka menghadang jalan, sehingga berbagai barang seperti bahan makanan dan material untuk pembangunan kamp tidak bisa masuk ke area, sehingga tidak ada truk pengangkut barang yang berani masuk ke lokasi kamp. Mereka akan mensweeping orang-orang yang akan menuju kamp, demikian informasi yang ACT terima.(is/sur)

Kamis,25/10 tersebut merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan. ACT mendapat informasi dari langsung dari pimpinan kamp pengungsian. Ketika ACT melakukan kontak telepon, sang pimpinan sedang berada di pantai untuk menerima kedatangan para pengungsi yang tiba dengan menggunakan kapal. Ada 40 kapal yang hendak merapat ke pantai dekat lokasi pengungsian. Berita dari TV Aljazeera merilis pernyataan dari pejabat Myanmar berwenang bahwa sedikitnya 20 orang tewas pada insiden terakhir di Rakhine State.

Fakta ini menunjukkan, tak ada pembelaan signifikan dari dunia, termasuk dunia Islam. Meski diplomasi berjalan, dari kunjungan Pemerintah Turki, PMI, sejumlah elemen kemanusiaan lainnya, Muslim Rohingya masih terlunta. bantuan dari luar distop, yang didalam terrblokade. Dipimpoin pemuka-pemuka agama Budha di Yangon, terjadi demo menolak masuknya elemen kemanusiaan muslim. Kami berpikir keras, Myanmar, apa mamu? Saat kemanusiaan dipraktekan di banyak tempat oleh Muslim sedunia dengan pembagian qurban.

Myanmar melakukan larangan keluar rumah. "Semoga kondisi damai di Rakhine State segera tercipta, para pengungsi diberi kesabaran dan ketabahan, dapat kembali lagi ke rumahnya dengan selamat dan dapat hidup kembali dengan tenang penuh kedamaian dan persahabatan bersama masyarakat Rakhine State lainnya," tutup Doddy dalam laporan yang kami terima tepat di hari raya Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1433, dari kamar hotelnya di Sityway, Rakhine State.

Saudaraku, elemen muslim Indonesia, tidak adakah yang bisa kita lakukan? Derita Muslim Rohingya tak lebih nyaman dibanding rakyat Irak saat dibombardir Sekutu, lalu dunia berteriak mengutuk serangan dan embargo terhadap mereka. Bahkan keprihatinan itu tak hanya berwajah kepedulian muslim, namun kepedulian kemanusiaan. Bagaimana dengan Myanmar? Sampai kapan kita menjadi penonton? (is/sur)

Suku Rohingya adalah muslim minoritas yang tinggal pada daerah utara negara bagian Rakhine (Arakan), Myanmar Burma.

"Di Myanmar kami tidak diberi kesempatan untuk beribadah, jika shalat berjamaah kami ditangkap dan dipenjarakan, masjid kami ditutup. Lebih baik kami mati di tangan orang muslim ketimbang mati di Myanmar," (Rahmat Bin Mohammad Daud, Rohingya Muslim)

"Di sana (di Myanmar) junta militer sedang berusaha membersihkan masyarakat minoritas Muslim dengan memaksa mereka meninggalkan rumah dan menjalani kerja paksa tanpa bayaran. Perkosaan, pembunuhan, dan penyiksaan lain terjadi di mana-mana," (Abdul Motaleb, Rohingya Muslim -Reuters)

INDONESIA CENTER FOR INFORMATION AND ADVOCACY OF RHOHINGYA-ARAKAN

Untuk update :
website : http://www.indonesia4rohingya.org
Twitter : @indo4rohingya
Email : indonesia4rohingya@gmail.com

AKSI CEPAT TANGGAP
website: http://www.act.or.id
Twitter : @ACTforhumanity
Email : info@act.or.id

Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Rohingya, anda bisa mencari informasi di : http://www.rldb.org/rldb/



AKYAB Innalillahi, lebih dari 360 orang (Muslim Rohingya) telah dibunuh dan lebih dari 3500 rumah hancur dalam kerusuhan terbaru di Arakan sejak 21 Oktober 2012, menurut seorang pengacara dari Akyab, dikutip KPN.
"Kami menerima informasi dari hari ke hari tentang meningkatnya jumlah kematian dan pembakaran rumah dari tempat kejadian, tetapi, pemerintah Arakan mengatakan hanya 56 orang tewas dan hanya 2000 rumah ludes dibakar," katanya.
"Lebih dari 200 jasad warga Rohingya dikuburkan secara massal di sebuah liang panjang di Mrauk U, karena masyarakat tidak mampu membuatnya terpisah untuk pemakaman. Warga Rakhine berusaha untuk membunuh mereka dengan bantuan pasukan keamanan."
Menurut sumber dari Kyauktaw, pada hari Kamis (25/10/2012) sekitar pukul 3:30 dini hari waktu lokal, ribuan warga Buddhis Rakhine bersama polisi menyerbu sebuah desa Rohingya, desa Saung Kauk, kota Kyauktaw. Mereka (musyrikin Buddha) melakukan aksi pembakaran dan sekitar 80 rumah warga Rohingya ludes terbakar hingga menjadi abu. Saksi mata mengatakan bahwa warga Rakhine bersenjata melepaskan tembakan ke arah warga Rohingya, menyebabkan 6 Muslim meninggal dan 2 luka-luka.
"Tentara di kota ini menyita 12 senjata dari teroris Rakhine yang menyerang desa Rohingya, tetapi, tidak ada tindakan terhadap warga Rakhine," kata sumber.
Pada hari yang sama sekitar pukul 8:00 pagi, warga Rakhine membakar desa Min Tha Ba, kota Kyauktaw, yang menyebabkan 135 rumah Muslim habis dilalap api.

Pada siang harinya sekitar 11:00, ekstremis Buddhis juga membakar desa Nainrong, Kyauktaw, yang menyebabkan 200 rumah Muslim hancur terbakar.

Menurut saksi mata, 14 Muslim ditembak mati oleh pasukan keamanan dan 32 lainnya menderita luka serius.

Pada hari Jum'at (26/10), di saat umat Islam di seluruh dunia merayakan 'Idul Adha, warga Buddhis Rakhine membakar desa Sidling (desa Muslim) dan membakar seluruh rumah yang ada, namun belum diketahui jumlah Muslim yang menjadi korban. (siraaj/arrahmah.com)

Korban tewas akibat kekerasan komunal terbaru di negara bagian Rakhine Myanmar barat telah mencapai 56 orang. Associated Press mengutip jurubicara pemerintah lokal Win Myaing yang mengatakan pada hari Kamis kemarin (25/10) bahwa korban tewas termasuk 25 pria dan 31 wanita.
Myaing mengatakan kekerasan yang kembali meletus pada hari Minggu antara ekstrimis Buddha dengan Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine juga telah menghancurkan hampir 2.000 rumah dan puluhan orang terluka.
Pada hari Kamis kemarin, Ashok Nigam, koordinator kemanusiaan PBB di Myanmar, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan semua pihak untuk tenang.
“PBB sangat prihatin tentang laporan adanya kembali konflik di beberapa daerah di negara bagian Rakhine – yang telah mengakibatkan kematian dan telah memaksa ribuan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, meninggalkan rumah mereka,” kata pejabat itu.(fq/prtv)

 Pemimpin oposisi Burma dan ikon demokrasi Aung San Suu Kyi membuka kunjungan dua minggu ke Amerika Serikat pada hari Selasa, 18 September dengan penganiayaan etnis Muslim Bengali, yang dikenal sebagai Rohingya, membayangi turnya.

"Saya salah satu pengungsi internal negara dari negara anda, hidup di sebuah kamp berlumpur dan menyedihkan di Sittwe," kata seorang pengungsi  Muslim Rohingya dalam sebuah surat terbuka yang dikutip oleh Eurasia Review, sebagaimana dilansir onislam.net, 18 September.

"Dunia tahu alasan menjadi pengungsi di negara bagian Arakan."

Ribuan Muslim Rohingya dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka setelah kekerasan etnis mengguncang bagian barat Rakhine pada bulan Juli setelah pembunuhan sepuluh Muslim dalam serangan oleh warga Buddha di bus mereka. Serangan itu terjadi setelah perkosaan dan pembunuhan seorang wanita Buddha, yang karena hal tersbuert tiga orang Rohingya dihukum mati. Kelompok hak asasi manusia menuduh polisi Burma dan tentara dari penggunaan kekuatan dan penangkapan muslim Rohingya di tengah kerusuhan. Human Rights Watch menuduh pasukan keamanan Burma menargetkan Muslim Rohingya dengan pembunuhan, pemerkosaan dan penangkapan menyusul kerusuhan.

"Saya sertakan pada Anda beberapa pernyataan dari korban Rohingya yang diperkosa," tulis pengungsi Muslim itu dalam suratnya.

"Saya diberitahu 500 kasus perkosaan. Saya memiliki ratusan bukti foto dan video yang melanggar hak asasi manusia. Jika Anda ingin, saya dapat mengirim semua bukti kepada Anda."

Suu Kyi, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 1991 untuk memperjuangkan demokrasi karena menentang junta militer yang membuatnya berada dalam tahanan rumah selama bertahun-tahun, tiba di Amerika Serikat dalam kunjungan dua minggu pada hari Selasa. Sui Kyi mendapat kecaman yang keras atas sikap diamnya tentang penganiayaan pada minoritas Muslim yang cukup besar.

Ketika ditanya selama kunjungan terakhirnya ke Eropa, di mana dia diperlakukan sebagai pahlawan demokrasi, apakah Rohingya Muslim adalah warga negara Myanmar, Suu Kyi mengatakan dia tidak tahu.

"Ketika Anda berbicara tentang Rohingya, kami tidak yakin siapa yang sedang Anda bicarakan," katanya.

"Ada beberapa orang yang mengatakan orang-orang yang mengaku sebagai Rohingya bukanlah orang-orang yang benar-benar asli Burma tapi baru saja datang dari Bangladesh."

Para pengungsi Muslim mengeluhkan keheningan ikon demokrasi pada penderitaan Rohingya.

"Ketika Anda mengatakan" Saya tidak tahu Rohingya "Saya sangat terkejut," isi surat terbuka itu.

"Bagaimana mungkin seorang Pemenang Hadiah Nobel menyangkal kenyataan?" Tanya penulis. "Bisa tolong beritahu kami bahwa berdasarkan dokumen-dokumen apa kau berani menyangkal Rohingya?"

"Jika Anda berpikir bahwa sejarah Rohingya tidak dapat diandalkan, dan kemudian Anda bisa lebih baik membentuk komisi sejarawan dunia yang mudah bisa memutuskan keaslian sejarah Rohingya, Anda tidak harus menyangkal keberadaannya."

'Tidakkah Anda merasa bahwa Rohingya juga manusia seperti Anda?"

Dijelaskan oleh PBB sebagai salah satu minoritas dunia yang paling dianiaya, Rohingya Muslim menghadapi diskriminasi panjang di tanah air mereka sendiri. Mereka telah ditolak hak kewarganegaraan sejak amandemen terhadap undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri. Pemerintah Burma serta mayoritas Buddha menolak untuk mengakui istilah "Rohingya", mereka lebih suka menyebutnya sebagai "Bengali".



Yangoon (voa-islam.com) Sebuah keputusan yang sangat rasialis dan tidak manusiawi, nampaknya akan diambil oleh pemerintah Myanmar. Di mana pemerintah dalam menghadapi minoritas Muslim Rohingya, menginginkan kelompok minoritas Muslim Rohingya itu, dikeluarkan dari Myanmar ke negara lain.
Ratusan bikshu Myanmar menggelar unjuk rasa mendukung usulan Presiden Thein Sein, yang ingin membuang minoritas Rohingya ke negara lain. Gagasan Thein Sien yang sangat ekstrim itu, mendapatkan dukungan para bikshu yang menanggapi dengan sangat antusias. Mereka menggelar aksi demonstrasi di ibukota Myamar, Mandalay. Para bikshu berduyun-duyun menuju pusat kota, dan menyatakan dukungannya kepada Presiden Thein Sein, yang berkehendak membuang Muslim Rohingya.
Demonstrasi besar itu berlangsung di Mandalay, kota terbesar kedua, Minggu. Ini merupakna indikasi terbaru, di mana para bikshu Budha itu menaruh kebencian yang sangat  mendalam terhadap Muslim Rohingya. Nampaknya para bikshu itu masih belum puas dengan membakar kampungkampung dan membunuh Muslim Rakhine Juni lalu. Akibat kekerasan itu, sedikitnya 83 orang tewas dan puluhan ribu tercerabut dari kampung halaman mereka.
Para bikshu Budha itu memegang spanduk bertuliskan, "Siapkan diri anda  mendukung presiden". Sementara itu, para bikshu lainnya, dengan keras mengkritik utusan HAM PBB,Tomas Ojea Quintana, yang mereka tuduh bias mendukung Muslim Rohingya.
Pemimpin demonstrasi, seorang bikshu bernama Wirathu, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa protes ini adalah untuk "Supaya dunia tahu bahwa Muslim Rohingya tidak menjadi bagian kelompok etnis Myanmar sama sekali".
Wirathu dipenjara pada tahun 2003, karena memimpin gerakan "bumi  hangus" terhadap Muslim Rohingya.Wiratu dijatuhi hukuman 25 tahun, namun dibebaskan Januari tahun ini dengan amnesti presiden.

Para biarawan mengatakan mereka akan menunjukkan dan berbaris selama tiga hari berikutnya dan berharap lebih banyak orang untuk bergabung dengan mereka.
Kezaliman Terhadap Minoritas
Muslim Rohingya secara sistematis dihancurkan oleh kelompok mayoritas Budha di Myanmar. Dengan berbagai tindakan yang sangat biadab. Membakar kampung halaman mereka, merusak ekonomi mereka, sampai mengusir Muslim Rohingya dari kampung halaman mereka secara brutal.

PBB menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kejahatan yang terjadi di Myanmar yang dilakukan oleh rezim Budha di Myanmar, yang membantai Muslim Rohingya dengan semena-menan.
Rohingya ditolak kewarganegaraan mereka di Myanmar,  meskipun banyak keluarga mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Kelompok-kelompok HAM menyatakan pemerintah tidak berusaha menghentikan kekerasan pada awalnya dan kemudian berbalik pasukan keamanan terhadap Muslim Rohingya dengan pembunuhan yang ditargetkan, pemerkosaan, penahanan massal dan penyiksaan.
Myanmar menganggap Muslim Rohingya menjadi imigran gelap dari Bangladesh namun Bangladesh juga menolak mereka, membuat mereka tanpa kewarganegaraan.
PBB memperkirakan bahwa 800.000 Rohingya tinggal di Myanmar dan presiden negara itu mengatakan masalah di Rakhine negara adalah urusan internal negara dan tidak boleh campur tangan masyarakat didunia. af.

Rahib
YANGOON — Ribuan pendeta atau rahib Budha menggelar aksi protes di Myanmar dan menuntut pengusiran etnis Muslim Bengali yang disebut dengan Rohingya dari negara itu.
Menurut Wirathu, pemimpin rahib, aksi protes digelar agar dunia tahu bahwa Rohingya bukan bagian dari kelompok etnis Myanmar.
Aksi protes digelar Minggu lalu di Mandalay, kota terbesar kedua, dimana ribuan rahib menuntut pengusiran Muslim Rohingya.
Pada Juli lalu, Presiden Myanmar memberikan komentar pada situs website Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Antonio Gueterres bahwa ‘tidak mungkin menerima orang-orang Rohingga yang masuk ke sana secara ilegal dan bukan masuk dalam etnis mereka. Ia bahkan menganjurkan pengiriman Rohingya Muslim ke negara ketiga atau ke kamp penampungan yang dikelola PBB.
Sebagai salah satu etnis minoritas paling tertindas di dunia menurut PBB, orang Muslim Rohingya menghadapi berbagai perlakuan diskriminatif di Myanmar. Mereka tidak mendapatkan hak kewarganegaraan sejak berlaku amandemen UU kewarganegaraan pada 1982 dan dianggap sebagai imigran ilegal di negeri sendiri.
Pemerintah Myanmar dan juga mayoritas Budha menolak mengakui istilah “Rohingya” dan lebih suka menyebut mereka dengan sebutan orang “Bengali”.
Ribuan Muslim Rohingya dipaksa mengungsi dari kampung halaman setelah pecah kekerasan etnis di barat negara bagian Rakhine pada Juli lalu setelah insiden pembunuhan 10 orang muslim dalam sebuah serangan yang dilakukan massa Budha di dalam bus yang mereka naiki.
Serangan itu terjadi menyusul kasus perkosaan dan pembunuhan seorang wanita Budha dan tiga orang Rohingya telah dijatuhi hukuman mati.
Ratusan pria dan anak laki-laki Rohingya ditangkap dan nasibnya hingga kini belum diketahui sejak insiden itu. Berbagai kelompok HAM menuding polisi dan tentara telah menggunakan kekerasan yang berlebihan dan menangkap orang-orang Rohingya.
Namun aksi protes para rahib Budha dikecam para kelompok HAM karena memicu kebencian terhadap orang Muslim Rohingya. Pada 2007 lalu, para rahib memimpin protes untuk memaksa junta militer memperkenalkan reformasi di negara itu. (onislam/meidia)

pembantaian-muslim-rohingya
RIYADH — Organisasi Kerjasama Islam OKI kemarin mengusulkan pengiriman tim pencari fakta untuk mengusut ‘pembantaian’ Muslim Rohingya di Myanmar yang penduduknya mayoritas beragama Budha.
OKI akan mencoba membujuk pemerintah Yangon untuk menerima misi tim pencari fakta OKI, jelas Ekmeleddin Ihsanoglu dalam pertemuan komite eksekutif kemarin.
Ihsanoglu merasa kecewa aTas kegagalan dunia untuk mengambil tindakan dalam mencegah pembantaian, kekerasan, penindasan dan pembersihan etnis oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Kekerasan pecah pada Juni lalu di negara bagian Rakhine antara kelompok Buddha dan Rohingya yang menewaskan 80 orang dari kedua pihak.
Kelompok pembela HAM, Human Rights Watch menegaskan jumlah korban tewas masih terlalu rendah. Mereka menuding aparat terang-terangan menembaki umat Muslim dan melakukan perkosaan. Ratusan pria dan anak laki-laki Rohingya telah ditangkap dan hilang di bagian barat negara yang dulunya bernama Burma.
Sebelumnya seorang utusan PBB menyerukan pembentukan “komisi kebenaran” atas pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar selama puluhan tahun untuk membuktikan bahwa negara itu mulai mengalami transisi menuju demokrasi.
Utusan PBB Tomas Ejea Quintana mengatakan investigasi oleh sebuah komisi parlemen Myanmar atas berbagai penyiksaan terhadap berbagai kelompok etnis diharapkan dapat mengatasi masalah itu.
Dalam kunjungannya, Quintana juga bertemu dengan beberapa staf PBB yang sempat ditahan sejak pecah bentrokan antara kelompok Muslim Rohingya dan etnis Budha di negara bagian Rakhine. Ia merasa prihatin atas penahanan para staf PBB tanpa alasan yang masuk akal.


pembantaian-muslim-rohingya
RIYADH — Organisasi Kerjasama Islam OKI kemarin mengusulkan pengiriman tim pencari fakta untuk mengusut ‘pembantaian’ Muslim Rohingya di Myanmar yang penduduknya mayoritas beragama Budha.
OKI akan mencoba membujuk pemerintah Yangon untuk menerima misi tim pencari fakta OKI, jelas Ekmeleddin Ihsanoglu dalam pertemuan komite eksekutif kemarin.
Ihsanoglu merasa kecewa aTas kegagalan dunia untuk mengambil tindakan dalam mencegah pembantaian, kekerasan, penindasan dan pembersihan etnis oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Kekerasan pecah pada Juni lalu di negara bagian Rakhine antara kelompok Buddha dan Rohingya yang menewaskan 80 orang dari kedua pihak.
Kelompok pembela HAM, Human Rights Watch menegaskan jumlah korban tewas masih terlalu rendah. Mereka menuding aparat terang-terangan menembaki umat Muslim dan melakukan perkosaan. Ratusan pria dan anak laki-laki Rohingya telah ditangkap dan hilang di bagian barat negara yang dulunya bernama Burma.
Sebelumnya seorang utusan PBB menyerukan pembentukan “komisi kebenaran” atas pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar selama puluhan tahun untuk membuktikan bahwa negara itu mulai mengalami transisi menuju demokrasi.
Utusan PBB Tomas Ejea Quintana mengatakan investigasi oleh sebuah komisi parlemen Myanmar atas berbagai penyiksaan terhadap berbagai kelompok etnis diharapkan dapat mengatasi masalah itu.
Dalam kunjungannya, Quintana juga bertemu dengan beberapa staf PBB yang sempat ditahan sejak pecah bentrokan antara kelompok Muslim Rohingya dan etnis Budha di negara bagian Rakhine. Ia merasa prihatin atas penahanan para staf PBB tanpa alasan yang masuk akal.


Rahib
YANGOON — Ribuan pendeta atau rahib Budha menggelar aksi protes di Myanmar dan menuntut pengusiran etnis Muslim Bengali yang disebut dengan Rohingya dari negara itu.
Menurut Wirathu, pemimpin rahib, aksi protes digelar agar dunia tahu bahwa Rohingya bukan bagian dari kelompok etnis Myanmar.
Aksi protes digelar Minggu lalu di Mandalay, kota terbesar kedua, dimana ribuan rahib menuntut pengusiran Muslim Rohingya.
Pada Juli lalu, Presiden Myanmar memberikan komentar pada situs website Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Antonio Gueterres bahwa ‘tidak mungkin menerima orang-orang Rohingga yang masuk ke sana secara ilegal dan bukan masuk dalam etnis mereka. Ia bahkan menganjurkan pengiriman Rohingya Muslim ke negara ketiga atau ke kamp penampungan yang dikelola PBB.
Sebagai salah satu etnis minoritas paling tertindas di dunia menurut PBB, orang Muslim Rohingya menghadapi berbagai perlakuan diskriminatif di Myanmar. Mereka tidak mendapatkan hak kewarganegaraan sejak berlaku amandemen UU kewarganegaraan pada 1982 dan dianggap sebagai imigran ilegal di negeri sendiri.
Pemerintah Myanmar dan juga mayoritas Budha menolak mengakui istilah “Rohingya” dan lebih suka menyebut mereka dengan sebutan orang “Bengali”.
Ribuan Muslim Rohingya dipaksa mengungsi dari kampung halaman setelah pecah kekerasan etnis di barat negara bagian Rakhine pada Juli lalu setelah insiden pembunuhan 10 orang muslim dalam sebuah serangan yang dilakukan massa Budha di dalam bus yang mereka naiki.
Serangan itu terjadi menyusul kasus perkosaan dan pembunuhan seorang wanita Budha dan tiga orang Rohingya telah dijatuhi hukuman mati.
Ratusan pria dan anak laki-laki Rohingya ditangkap dan nasibnya hingga kini belum diketahui sejak insiden itu. Berbagai kelompok HAM menuding polisi dan tentara telah menggunakan kekerasan yang berlebihan dan menangkap orang-orang Rohingya.
Namun aksi protes para rahib Budha dikecam para kelompok HAM karena memicu kebencian terhadap orang Muslim Rohingya. Pada 2007 lalu, para rahib memimpin protes untuk memaksa junta militer memperkenalkan reformasi di negara itu. (onislam/meidia)

Astaghfirullah, Muslim Rohingya Dilarang Shalat Idul Fitri 
REPUBLIKA.CO.ID,MAUNGDAW -- Otoritas keamanan di Kota Maungdaw melarang Muslim Rohingya melaksanakan shalat Idul Fitri.
Padahal beberapa hari sebelumnya, para tetua Rohingya meminta izin kepada otoritas setempat untuk melaksanakan ibadah shalat Ied di Masjid Juma, atau di pusat keagamaan Myoma Khayoungdan, Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
Seorang tokoh Muslim Rohingya mengatakan, semula izin tersebut dikeluarkan dan dinyatakan boleh dilaksanakan. Ternyata izin tersebut adalah pengecohan terhadap internasional, pascadibentuknya Komisi Kebenaran oleh presiden, Jumat (17/8) lalu.
Sebab di beberapa perkampungan, seperti di Desa Aly Than Kyaw dan sekitarnya, beberapa keluarga Muslim Rohingya dipaksa untuk menandatangani pernyataan telah menunaikan shalat Ied, sebagai bukti mencairnya ketegangan antara etnis Buddha Arakan dan Muslim Rohingya.
Sumber tersebut mengatakan, saat seluruh umat muslim didunia merayakan Idul Fitri secara serentak, otoritas keamanan menambah isi dalam izin melaksanakana shalat Ied tersebut, dengan berbagai ketentuan-ketentuan sepihak.Ketentuan itu, kata dia bertentangan dengan peraturan shalat Ied yang diperintahkan agama.
"Kami boleh melaksanakan shalat di dalam masjid, dengan syarat tidak menggunakan pengeras suara, tidak memberikan khutbah. Tidak ada shalat Ied di masjid dan pusat keagamaan," kata sumber tersebut, seperti dikutip Kaladdanpress.
Kata dia, keamanan hanya memberikan izin shalat di masjid untuk waktu tiga hari. Itu-pun hanya untuk shalat zhuhur, dan ashar. Warga Rohingya lainnya mengaku, bukan hanya shalat Ied yang dilarang. Tradisi silaturahmi ke rumah-rumah muslim untuk menyempurnakan hari suci umat Islam itu juga tidak boleh dilaksanakan.
"Pasukan keamanan tegas melakukan pengamanan yang penuh di Maungdaw," kata seorang warga.Di India, sebuah kamp Rohingya yang bernama  Darul Hizrat, Mohammed Ali menceritakan 15 hari pelariannya dari kejaran tentara Myanmar yang akan menangkapnya, karena ingin keluar dari negeri tersebut.

Sambil menangis, utusan muslim Burma pada Organisasi Solidaritas Islam mengadukan beratnya penderitaan yang dialami kaum muslimin di sana. Dia menjelaskan bahwa masjid terakhir yang mereka miliki kini telah dihancurkan dan mereka dilarang untuk shalat.

DR. Wiqarudin, Direktur Persatuan Muslim Rohingya, mengatakan bahwa pada pekan lalu telah dihancurkan masjid terakhir yang terdapat di Rohingya. Dia menjelaskan bahwa kini tidak terdapat satu masjid pun, sementara kau muslimin dilarang menunaikan shalat, khususnya di bulan Ramadan.

Wiqarudin juga menyatakan bahwa polisi Miyanmar juga berpartisipasi dalam menindas kaum muslimin serta melakukan tindak kekerasan terencana kepada mereka.

Beliau mendukung tindakan sanksi ekonomi terhadap pemerintah Miyanmar dan sanksi lebih berat dari dunia barat kepadanya.
Di sisi lain, Liga Arab mengecam kekerasan rasial yang ditujukan kepada minoritas muslim di negara Miyanmar.

Asisten Sekjen Liga Arab, Ahmad bin Hali dalam rilisnya mengatakan bahwa Liga Arab mengecam segala bentuk kekerasan dengan latar belakan etnis atau agama, hal itu sebagai kesungguhannya menjaga hak-hak asasi manusia.

Sekjen Liga Arab sendiri; DR. Nabil Arabi mengusulkan agar dalam Konferensi tingkat tinggi negara-negara Islam yang akan dilaksanakan di Mekah pada tanggal 14-15 Agustus ini agar menentukan sikap terhadap kejadian di berbagai negara, termasuk apa yang dialami kaum muslimin di negara Miyanmar.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan Pemerintah Myanmar mempertimbangkan saran Pemerintah Indonesia melalui Surat Presiden  Susilo Bambang Yudhoyono kepada Perdana Menteri Myanmar Thein Sein mengenai penyelesaian kasus kekerasan terhadap etnis Rohingya.  Menlu mengatakan hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Myanmar U Wunna Maung Lwin dalam pertemuan dengannya.
“Kami berbicara dengan Menlu Myanmar dan Menlu Turki. Khusus dengan Menlu Myanmar tadi disampaikan bahwa Surat Presiden sudah disampaikan kepada PM Thein Sein, dan diterima dengan baik, dan Myanmar menghargai pandangan Indonesia sebagai negara sahabat yang selama ini telah memberikan pemahaman yang baik atas perkembangan di Myanmar,” kata Menlu usai mengikuti acara penyerahan Surat Kepercayaan dari 10 Dubes kepada Presiden RI di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (7/8),
Marty mengemukakan dalam pembicaraannya dirinya dengan Menlu Myanmar, ia telah menekankan semakin pentinya Myanmar semakin membuka wilayah yang dimaksud, agar masyarakat internasional bisa melihat secara langsung perkembangan sebenarnya.
Menlu mengatakan PM Myanmar Thein Sein akan segera menjawab surat Presiden RI. Sedangkan dalam surat yang dikirimkan tersebut, Presiden RI menyarankan pemerintah Myanmar menerima misi perdamaian dari Organisasi Konferensi Islam (OKI) di negara mereka.
“Secara khusus sesuai arahan Presiden RI agar Myanmar menerima misi dari OKI di negaranya dan kami mendengar tadi Menlu Myanmar menyatakan berdasarkan masukan tersebut, Myanmar akan mempertimbangkan untuk menerima Sekjen OKI untuk berkunjung ke Myanmar disamping juga menerima Menlu Turki,” jelas Marty.
Sedangkan Turki akan bekerjasama dengan Indonesia untuk ikut membantu menyelesaikan kasus kekerasan terhadap etnis Rohingya tersebut.
 “Turki mengapresiasi peran Pemerintah Indonesia dalam isu ini dan mengharapkan agar Turki bisa bekerjasama dengan Indonesia untuk menyelesaikan kasus itu. Besok Menlu Turki akan menuju Myanmar, untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan Myanmar dan juga meminta masukan Indonesia agar apapun masukan dari Turki selaras dengan Indonesia,” katanya.
Menlu berharap ada langkah kemajuan yang baik dalam penyelesaian etnis Rohingya tersebut. “Harapan kita kedepan ini akan ada langkah yang lebih kuat untuk menyelesaikan masalah ini,” tambahnya.

Komisi beranggotakan 27 orang akan menyelidiki sebab-sebab keresahan dan mencarikan pemecahan agar kelompok-kelompok berbeda agama di Rakhine dapat berdamai.
Kaum Muslim Rohingya memikul barang mereka saat mengungsi setelah aksi kekerasan di Sittwe (foto: dok Juni 2012).
 
 Burma telah membentuk sebuah komisi yang akan menyelidiki kekerasan sektarian mematikan di negara bagian Rakhine antara kelompok Budha dan minoritas Muslim Rohingya di mana puluhan orang tewas dan puluhan ribu kehilangan tempat tinggal.

Harian New Light Myanmar mengatakan pada hari Sabtu (17/8) ke-27 anggota komisi diberi mandat untuk menyelidiki sebab-sebab keresahan dan mencarikan pemecahan bagi masyarakat yang berbeda agama ini agar bisa hidup berdampingan secara damai.

Penguasa Burma mengatakan 87 orang tewas sejak akhir Mei ketika kerusuhan dan serangan balasan terjadi. Awalnya, tiga laki-laki Muslim dituduh telah memperkosa dan membunuh seorang perempuan beragama Budha.

ASEAN, di mana Burma merupakan salah satu anggotanya, berjanji Sabtu akan memberi dukungan dalam menanggapi bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan negara bagian Rakhine.



RIYADH, ARAB SAUDI Raja Arab Saudi Abdullah telah memerintahkan pengiriman bantuan senilai 50 juta dolar AS (-+Rp 470 miliar) ke minoritas Muslim di Myanmar yang kelompok hak asasi manusia mengatakan telah ditargetkan oleh pemerintah sejak kerusuhan sektarian di bulan Juni.

Sebuah laporan kantor berita negara Saudi mengatakan Muslim Rohingya telah "terkena banyak pelanggaran hak asasi manusia termasuk pembersihan etnis, pembunuhan, perkosaan dan pemindahan paksa".

"Raja Abdullah telah memerintahkan ... bahwa bantuan sebesar 50 juta dolar AS diberikan kepada warga Muslim Rohingya di Myanmar," kata laporan yang dilakukan oleh media Saudi pada hari Ahad (11/8/2012). Media ini tidak mengatakan siapa yang harus disalahkan untuk pelanggaran.

Namun, menurut Human Rights Watch pada tanggal 1 Agustus bahwa Muslim Rohingya mengalami penangkapan massal, pembunuhan dan perkosaan di tangan pasukan keamanan Myanmar. Minoritas Rohingya telah menanggung beban dari tindakan keras setelah berhari-hari serangan pembakaran dan pembunuhan pada bulan Juni yang dilakukan oleh umat Buddha di negara bagian Rakhine, kata kelompok pemantauan tersebut.

Myanmar, tempat dimana setidaknya 800.000 orang Rohingya tidak diakui sebagai salah satu dari banyak kelompok etnis dan agama di negara tersebut mengklaim pihaknya melaksanakan "menahan diri secara maksimum" dalam memadamkan kerusuhan.

Arab Saudi melihat dirinya sebagai wali global kepentingan Muslim karena menjadi tempat kelahiran Islam dan rumah bagi beberapa tempat suci agama di Mekkah dan Madinah.

Pekan lalu, kabinet Saudi mengutuk kekerasan terhadap umat Islam di barat laut Myanmar dan pada pertemuan pada tanggal 31 Juli, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di kota kedua kerajaan Jeddah mendesak para anggotanya untuk mengirimkan Muslim Rohingya bantuan.

OKI sendiri akan mengadakan pertemuan puncak di Mekkah, Selasa. (an/Reuters)
Ket : Seorang anggota penjaga pantai Bangladesh memberikan makanan kepada pengungsi Rohingya. / foto.Reuters.com

Image-7230 Ditengah kontroversi pembantaian yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya, bantuan terhadap Myanmar sepertinya akan terus bergulir. Lewat dalih reformasi, bantuan-bantuan itu akan tetap mengalir ke Myanmar, seperti yang akan dikeluarkan oleh Bank Dunia.
Selama kurang lebih satu tahun terakhir, Myanmar memang mengalami kemajuan pesat dalam melakukan perubahan politik di dalam negerinya. Di bawah kepemimpinan Presiden Thein Sein, tidak ada lagi junta militer yang berkuasa di pemerintahan. Meskipun mereka yang menduduki pemerintahan saat ini sebagian besar adalah mantan anggota junta militer.
Perubahan yang mencolok dan membuat dunia internasional membuka isolasi mereka terhadap Myanmar adalah pemilu parlemen yang berlangsung April lalu. Ketika pemilu, tokoh demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi turut serta di dalamnya. Demikiaan diberitakan Reuters, Sabtu (4/8/2012).
Pembebasan beberapa tahanan politik juga menjadi tolak ukur bagi dunia Barat mulai membuka hubungannya kembali dengan Myanmar. Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa (UE) bahkan berlomba-lomba untuk mendekati Myanmar dan mencari peluang investasi di negara tersebut.
Bank Dunia adalah salah satu pihak yang berencana untuk mempersiapkan pembukaan bantuan baru kepada Myanmar. Bantuan ini sebelumnya sempat berhenti selama 25 tahun. Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Pamela Cox mengumumkan, pihaknya akan mengucurkan dana sebesar USD400 juta untuk bantuan pengembangan.
Cox yang turut disertai International Finance Corporation, akan melakukan pertemuan dengan Presiden Thein Sein dan Aung San Suu Kyi pada pekan ini. Pertemuan ini merupakan yang pertama kalinya pejabat senior Bank Dunia mengunjungi Myanmar semejak perubahan politik berlansung.
Ironisnya, reformasi yang diagungkan oleh Myanmar menutupi tragedi pembantaian yang dialami oleh etnis Rohingya di wilayah Rakhine, oleh etnis Rakhine. Diskriminasi yang disertai pembantaian ternyata sudah terjadi cukup lama di negeri tersebut. Tetapi dunia Barat seperti menutup mata atas laporan tragedi itu.
Terbukti dengan kecaman dari Human Rights Watch (HRW) yang menilai dunia internasional hanya berdiam diri melihat kejadian itu. HRW sebelumnya mengeluarkan laporan bahwa pasukan Myanmar memang melakukan penembakan dan pemerkosaan terhadap warga etnis Rohingya. Tetapi tuduhan ini dibantah langsung oleh Pemerintah Myanmar yang tidak mengakui kejadian tersebut.
Selama ini etnis Rohingya tidak diakui oleh pemerintah dan rakyat Myanmar. Mereka terus dihadapkan pada diskriminasi, pahadal mereka sudah tinggal di wilayahnya selama ratusan tahun. Presiden Thein Sein bahkan tidak mau mengakui etnis Rohingya sebagai warganya dan memilih melakukan deportasi sebagai solusi penanganan etnis Rohingya

Syekh Yusuf adalah ulama, sufi dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)
Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)  
Muhammad Yusuf, atau sekarang lebih dikenal dengan Syekh Yusuf, adalah salah seorang tokoh spiritual dan fenomenal asal Sulawesi Selatan pada masanya hingga saat ini. Pria yang dilahirkan di Gowa, tahun 1626, atau empat abad silam, adalah ulama, sufi, dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Ayah Syekh Yusuf bernama Abdullah Abul Mahasin, konon adalah seorang rakyat jelata tapi memiliki latar belakang keislaman yang kuat. Sebaliknya ibu Syekh Yusuf yang bernama Aminah, adalah seseorang yang masih memiliki keturunan langsung dari Sultan Al Aladin.

Berdasarkan penuturan asisten juru kunci Makam Syekh Yusuf, Rahmat, Syekh Yusuf remaja sejak awal memang dididik oleh keluarga secara islami. Ia ditempa dengan berbagai ilmu seperti ilmu tauhid, fikih dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun, ia memperdalam ilmu agamanya ke Syekh Jalaluddin Al-Aidid di Cikoang, wilayah pesisir Kabupaten Takalar.

Syekh Yusuf dikenal sebagai seorang yang haus dengan ilmu agama. Hanya tiga tahun menempa ilmu di Cikoang, atau berusia sekitar 18 tahun, ia kembali ke Makassar dan menikah dengan Putri Raja Gowa. Masih dalam suasana pengantin baru, ia kemudian nekad meninggalkan tanah kelahirannya, dan pergi ke  Timur Tengah. Tujuannya untuk lebih memperdalam ilmu agama yang telah dimilikinya.

Dalam perjalannya itu, tutur Rahmat, Ia mula-mula naik kapal Melayu dari Pelabahuan Makasar menuju Pelabuhan Banten. Di daerah tersebut, ia menetap beberapa lama untuk belajar ilmu agama serta menjalin hubungan pribadi yang erat dengan kalangan elite Kesultanan Banten, yang saat itu diperintah oleh Abul Mafakhir Abdul Qadir’ (1037-63/1626-51).

Dari Banten, Yusuf kemudian berangkat menuju Aceh dan berguru pada Ar-Raniri, kemudian ke India, dan berakhir di Yaman, Timur Tengah. Di Yaman ia berguru kepada Muhammad  Abdul Baqi An-Naqsyabandi dan  Sayyid Ali  Az-Zabidi.

"Dari Yaman, ia kemudian   melanjutkan perjalanannya ke Mekkah dan Madinah," papar Rahmat lagi.

Beberapa catatan sejarah menyebutkan, ulama-ulama yang menjadi gurunya selama di Makkah dan di Madinah adalah Ahmad Al-Qusyasyi, Ibrahim Al-Kurani, dan Hasan Al-‘Ajami.
Tak cukup di Saudi Arabia, Yusuf masih melanjutkan perjalanan ke pusat pengetahuan Islam di Timur Tengah, Damaskus. Yusuf  belajar dengan salah seorang ulamanya yang terkemuka Ayyub bin  Ahmad bin  Ayyub Ad-Dimasyqi Al-Khalwati. 
"Di Damaskulah ia mendapat gelar At-Tajul Khalwati, atau Mahkota Khalwati," ujar Rahmat lagi.

Dari Damaskus, ia kemudian kembali ke Mekah sebelum  pulang ke kampung halamannya, yang saat itu masih bernama Nusantara. Dalam perjalanan mencari ilmu itu, memakan waktu sekitar 20 tahun, dan pada usia 38 tahun, ia sempat menjadi pengajar di Arab Saudi.

Sekembalinya dari Timur Tengah, Syekh Yusuf tidak langsung pulang ke Makassar. Ia justru singgah di Banten dan mengembangkan seluruh ilmunya di tanah Banten. Tidak disebutkan alasan utama sehingga memilih Banten, namun beberapa informasi menyebutkan, Yusuf tidak kembali ke Goa, sekarang Gowa, karena Islam tidak diperlakukan semestinya. Banyak perbuatan yang dianggap melecehkan Islam, seperti berjudi, mengadu ayam, meminun arak serta menghidupkan lagi animisme tanpa ditindak oleh Sultan.

Ia kemudian memilih Banten dan menjadi penasihat agama bagi Sultan Ageng Tirtayasa. Di Banten itu pula, Syekh Yusuf tidak hanya menjadi guru dan ulama. Tapi Syekh Yusuf ikut serta melakukan gerilya melawan Belanda dengan memimpin 4.000 tentara asal Bugis Makassar.

Perlawanan yang gigih terhadap penjajah itu akhirnya berakhir pada pada tahun 1682. Tepatnya di bulan September, Syekh Yusuf bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid dan sejumlah pembantunya ditangkap dan dibuang di Seilon (kini Srilanka).

Di negara itu, Syekh Yusuf lagi-lagi berbagi ilmu dan banyak menulis buku-buku keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. Dia juga mengorganisir orang-orang Nusantara yang melakukan haji dan singgah di Srilanka.

Pemerintah Kumpeni rupanya terusik dengan aktivitas Syekh Yusuf yang masih gencar melakukan dakwah. "Karena masih merasa terancam, penjajah kemudian memindahkan Syekh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan," ungkap Rahmat.

Saat itu, Syekh Yusuf dan 49 pengikutnya ditempatkan di Zandveliet dekat muara Sungai Eerste, 35 kilometer dari ibu kota Afrika Selatan, Cape Town. Tempat ini belakangan diubah oleh masyarakat Afrika menjadi Macassar Downs dan pantai bernama Macassar Beach.

Meski diasingkan, aktivitas dakwah tidak berhenti begitu saja. Ia bahkan semakin memantapkan pengajaran Islam kepada pengikut-pengikutnya. Ia juga mempengaruhi orang-orang buangan lainnya, yang kebanyakan berasal dari budak, untuk melakukan perlawanan.

Berselang lima tahun, atau pada 23 Mei 1699, Syekh Yusuf meninggal dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di tempat itu juga. Kabar meninggalnya ulama yang bergelar Syekh Yusuf Tuanta Salamaka ini langsung beredar luas, termasuk pemerintah kompeni di Batavia dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil.

Atas permintaan Raja Gowa, tahun 1705, jenazah Syekh Yusuf dipulangkan ke Makassar, dan dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko'bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.

"Beliau yang mulia dimakamkan pada 6 April 1705 atau 12 Zulhijjah 1116 H," pungkas Rahmat. (Laporan: Rahmat Zeena, Makassar)

Disaat para kaum Muslimin menjadi korban kekerasan semua media masa diam seakan-akan tidak mendengar akan berita ini..

Tetapi disaat para kaum Muslim melakukan kekerasan semua media masa rameh-rameh berlomba-lomba mencri beritanya..

Kekerasan di desa-desa Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine (Arakan) di Burma (Myanmar), meliputi pembunuhan, penjarahan, pembakaran, penangkapan masih berlangsung. Badan-badan internasional, seperti PBB, masih tak berdaya menghadapi sekelompok etnis Buddha yang didukung pasukan gabungan ‘keamanan’ Rakhine. Ribuan Muslim Rohingya telah gugur akibat dibantai oleh etnis Rakhine secara brutal. Puluhan ribu lainnya menjadi tunawisma dan sedang menderita kelaparan dan pengobatan di Arakan.
Media-media Burma yang pro-Rakhine telah menyebarkan propaganda terkait Muslim Rohingya. Mereka menggambarkan bahwa Muslim Rohingya adalah teroris dan yang membunuh serta membakar rumah-rumah etnis Buddha Arakan. Salah satu bukti bahwa orang-orang etnis Rakhine-lah yang melakukan kekerasan adalah bisa dilihat dari pakaian mereka yang memakai pakaian khas Buddhis atau celana pendek. Perlu diketahui bahwa kebanyakan Muslim Rohingnya, mereka biasa memakai sarung selutut, mungkin sangat jarang yang terlihat memakai celana pendek. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa etnis Buddha menyamar berpakaian seperti Muslim Rohingya, buktinya saja, polisi Burma yang menangkapi para pemuda Rohingya yang kemudian disiksa, mereka diperlengkapi senjata untuk diambil gambar mereka dan disebarkan.

Ribuan lainnya terpaksa melarikan diri ke negeri tetangga, Bangladesh, untuk menyelamatkan diri mereka. Sejumlah Muslim berhasil sampai ke Bangladesh dan berdiam diri di kamp pengungsian Lada, di selatan Bangladesh, yang dioperasikan oleh LSM Muslim Inggris yang menyediakan pengobatan dan bantuan makanan. Namun karena keterbatasan, kamp pengungsian dibangun dengan seadanya bahkan tidak layak. Tak semua Muslim Rohingya dapat tinggal di kamp pengungsian, disebabkan ribuan dari mereka telah diusir oleh otoritas Bangladesh karena dianggap ilegal. Sementara sejumlah Muslim juga ditahan oleh polisi-polisi perbatasan dan bahkan dihukum dijemur di atas pasir pantai yang panas.

Muslim Rohingya baik yang masih tinggal di Arakan dan sedang mengungsi ke negara tetangga, sedang dalam kondisi kritis, butuh pertolongan segera dari dunia internasional. Hingga kini Muslim Rohingya masih hidup dalam ketakutan.

Jumlah kematian Muslim di Arakan capai 6000 jiwa
Kabar pembunuhan, pembakaran, penjarahan, pemerkosaan serta penangkapan Muslim Rohingya di negara bagian Arakan (Rakhine), Burma (Myanmar) masih terdengar. Kekerasan kejam tersebut dilakukan oleh orang-orang kafir Buddha dan pasukan gabungan tentara Burma. Ribuan jiwa Muslim tak bersalah telah gugur (syahid insya Allah) dalam kekerasan yang memuncak akhir-akhir ini.

Berdasarkan laporan dari forum Ansar Al-Mujahidin, para saksi mata dari keluarga korban yang terus berkomunikasi melalui telepon, memperkirakan bahwa jumlah kematian Muslim di Arakan dapat mencapai 6000 jiwa hingga saat ini (innalillahi wa innailaihi roji’uun). Sementara belum ada media yang dapat merinci jumlah spesifik korban, mengingat media-media saat ini hanya menerima laporan dari warga Rohingya di Arakan yang selamat dan masih bisa berkomunikasi. Menurut saksi, jumlah-jumlah yang selama ini dinyatakan hanya mewakili bahwa benar-benar terjadi pembantaian brutal terhadap Muslim di Arakan.

Selain itu dikatakan bahwa para etnis kafir Buddha telah membunuh ratusan orang Rohingya kemudian melemparkan jasad mereka ke teluk Bengal. Untuk menyembunyikan fakta dan menyebarkan propaganda busuk, para penganut Buddha etnis Rakhine itu menempatkan pakaian-pakaian yang biasa dikenakan warga Buddha kepada Muslim yang meninggal dan mengklaim bahwa mereka adalah jasad orang Buddha yang menjadi korban.

Pasukan gabungan Nasaka dan orang-orang Buddha Rakhine juga menangkapi warga-warga Rohingya dari desa-desa mereka yang dapat memimpin penduduk Muslim, kebanyakan pria dewasa atau para pemuda, dibawa ke tempat yang tidak diketahui dan dikabarkan telah tewas tak terlihat oleh penduduk setempat.

Lebih jauh lagi, karena kebanyakan yang dibunuh adalah Muslim laki-laki, sehingga banyak Muslim tinggal di rumah mereka tanpa perlindungan dari laki-laki, dan banyak Muslimah serta anak-anak yang melarikan diri menuju perbatasan Bangladesh, namun ironisnya pasukan ‘keamanan’ perbatasan Bangladesh mengirim kembali perahu-perahu mereka ke Myanmar, sehingga orang-orang kafir Buddha menenggelamkan perahu-perahu kaum Muslimin dan membunuh para penumpangnya.

Sementara puluhan ribu Muslim Rohingya di kota-kota di Arakan sedang menderita kelaparan karena tidak ada pasokan pangan yang cukup, juga karena toko-toko mereka telah dibakar habis, dan mereka juga menderita karena harus menjadi tunawisma karena rumah-rumah mereka ludes terbakar, hanya tinggal di tempat-tempat pengungsian yang sangat buruk kondisinya. Source: Arrahmah.COM

Ini adalah beberapa foto bukti dari kebiadaban yang dilakukan etnis Rakhine terhadap Muslim Rohingya






















Foto-foto di atas diambil dari berbagai sumber di media Arakan dan sebagian dari video yang dipublikasikan di Youtube.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purwakarta, Jabar, menilai pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) tentang pemberantasan maksiat di Purwakarta Jawa Barat, tak berjalan.

"Bukan lamban lagi, tapi hampir tidak dilaksanakan Perda itu. Tempat-tempat maksiat masih banyak di Purwakarta," ujar Ketua MUI Kabupaten Purwakarta, KH Abu Bunyamin, Selasa, di Purwakarta.

Perda Kabupaten Purwakarta tentang pemberantaan maksiat atau Perda nomor 13 itu telah berumur lebih kurang tiga tahun, namun di lapangan tidak ada hasil yang signifikan.

Bunyamin mengatakan, disamping masih maraknya tempat-tempat maksiat seperti tempat pelacuran, di Purwakarta juga perederan obat-obat terlarang dan berbahaya (narkoba) dan minuman keras, terkesan dibiarkan.

"Saya tidak tahu persis, kenapa Perda tentang pemberantasan maksiat itu hampir tidak dlaksanakan, padahal sudah berumur tiga tahun," ucapnya.

Akan tetapi Pimpinan Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta itu menyebutkan tidak sungguh-sungguhnya pelkaksanaan Perda tersebut membuktikan pemerintah kurang respon terhadap program MUI.

"Kalau dari sudut kedekatan, ya dekat antara pemerintah dengan ulama, seperti rapat bareng. Tapi program ulama, kurang direspon," katanya, dengan mencontohkan pembangunan patung tokoh pewayangan Bima di Purwakarta, yang tanpa terlebih dahulu koordinasi dengan ulama.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Purwakarta, Saepudin, mengatakan pihaknya terus berupaya melaksanakan Perda tentang pemberantasan maksiat itu degan cara menggelar operasi secara terus menerus.

Sat Pol PP juga telah membentuk tim khusus pemberantasan minuam keras dan pelacuran, dan tim itu beranggotakan berbagai kalangan termasuk kalangan ulama. Dengan tim yang beranggotakan lebih seratus orang itu diharapkan pelaksanaan Perda tentang pemberantasan maksiat akan lebih efektif.

Saepudin mengaku ada kendala di lapangan dalam pelaksanaan Perda tersebut, antara lain adanya oknum-oknum tertentu yang menjadi beking dan bahkan menitipkan penjualan minuma keras di warung-warung jamu.

" Kendala dilapanagn serpeti itu tapi kami akan terus menggelar operasi, untuk pemeliharaan Kamtibmas di Purwakarta, terlebih selama bulan puasa," tuturnya, dan menambahkan Sat Pol PP Purwakarta telah menyita ratusan botol minuman keras, dan menggaruk belasan wanita PSK dalam beberapa hari terakhir.
Sumber: Antara,

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget