Articles by "Islam Asia"


Sri Lanka, 2,000 umat Buddha yang dikompor-kompori oleh 300 biksu anarkis mendatangi sebuah Masjid di Dambulla, Sri Lanka, pada Jumat (20/4) ketika ibadah Shalat Jumat sedang berlangsung.

Tak ayal lagi jika kemudian Shalat Jumat harus dibatalkan karena umat Buddha yang arogan tersebut meminta agar Masjid segera ditutup dan dihancurkan karena berada di kawasan ‘sakral’ agama Buddha.

Salah satu biksu anarkis, Inamaluwe Sri Sumangala, mengatakan bahwa Masjid tersebut tepat berada di dalam zona sakral agama Buddha.

Biksu anarkis ini dan biksu-biksu lainnya juga meminta agar pemerintah Buddha Sri Lanka menutup Masjid tersebut dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Klaim umat Buddha bahwa area tersebut adalah kawasan sakral agama buddha dibantah oleh takmir Masjid setempat.

Ustadz M. Rahmatullah, salah satu pengurus takmir Masjid tersebut, memaparkan fakta sejarah bahwa Masjid tersebut telah berdiri sejak 50 yang lalu.

Hal ini kemudian menjadi aneh jika baru hari ini dikatakan bahwa Masjid tersebut berada di kawasan sakral agama buddha.

“Kami sangat tidak setuju dengan klaim mereka. Masjid ini telah berada di area ini selama lebih dari 50 tahun,” kata Ustadz Rahmatullah.

Beliau juga menegaskan bahwa hampir setiap malam Masjid tersebut selalu mendapat ancaman berupa lemparan bom Molotov, namun Alhamdulila tak satu pun terluka.


Peristiwa Jumat (20/4) kemarin menambah panjang daftar kedzhaliman umat buddha terhadap umat Islam di Sri Lanka setelah pada September 2011 silam, sekelompok biksu anarkis dan pengikutnya merubuhkan sebuah Masjid di Anuradhapura.

Anuradhapura sendiri berada sangat dekat dengan Dambulla, tempat kejadian perkara penyerangan umat buddha terhadap jamaah Shalat Jumat yang terjadi kemarin (20/4).

Beginilah keadaan umat Islam jika menjadi minoritas di suatu daerah yang didominasi oleh umat agama lain, terlebih umat buddha yang sangat getol melakukan perlawanan terhadap umat Islam.

Hal ini juga terlihat di Burma, dimana pada 12 April lalu sekelompok biksu anarkis dan ratusan umat buddha menghancurkan calon bangunan Masjid di Kachin, Burma.

Umat Islam sendiri merupakan tujuh persen dari sekitan 20 juta total populasi di Sri Lanka yang didominasi oleh umat buddha (74%).

Burma, Pembangunan Masjid di Kachin, Burma utara harus dihentikan pada 12 April lalu setelah ada intervensi dari sekelompok biksu dan pendukungnya.

Harian Kachin News melaporkan bahwa 30 biksu dan puluhan pengikutnya memasuki area pembangunan Masjid di wilayah yang kaya batu giok tersebut, dan kemudian merusak beberapa bagian dari Masjid yang telah dibangun.

Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa para biksu anarkis tersebut datang ke lokasi kejadian di Seng Tawng pada pukul 16.00, dan mendesak pembangunan Masjid dihentikan.

Mereka kemudian menghancurkan beberapa bagian yang telah dibangun, dan dalam delapan jam kemudian seluruh calon bangunan Masjid tersebut telah luluh lantak.

Kini lokasi kejadian berada dalam pengawasan pihak keamanan Burma.

Beberapa pihak mengira bahwa ulah para biksu anarkis tersebut didalangi oleh pemerintah Burma dengan alasan bahwa pemerintah Burma sering menolak ijin pembangunan Masjid dan Gereja.

Seperti diketahui, penganut agama Buddha adalah terbesar di Burman, kemudian diikuti oleh populasi umat Kristiani dan tentunya umat Islam.

Meskipun wilayah Kachin sendiri didominasi oleh warga Kristiani, namun pengaruh Buddha dan hegemoni kaum Buddha sangat kuat, sehingga umat Kristiani maupun umat Islam sering berbenturan dengan umat Buddha.

Pemerintah Burma, setelah mendapat kemerdekaannya, cenderung mengintimidasi umat selain umat Buddha, dan yang paling sering mendapat kedzhaliman adalah umat Islam.

Pemerintah Burma tidak sudi memberikan hak kewarganegaraan kepada warga Burma yang memeluk agama Islam, hingga kemudian membuat banyak warga Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh atau Aceh, Indonesia.

Kewarganegaraan umat Islam Rohingya sering dijarah oleh kafir harbi Buddha dari etnik Arakanese.

Maka tidak heran kemudian sering terjadi gesekan antara umat Islam Rohingya dengan kafir harbi Buddha dari suku etnik Arakanese.

Dan yang lebih parah lagi adalah ulah para kafir harbi Buddha ini yang merubah sebuah Masjid menjadi tempat pemujaan umat Buddha, yang kini dikenal dengan Pagoda Mrauk U. Wallahu’alam bish shawwab. (KachinNews/Wikipedia/Mukminun)

Islamabad, Seorang ulama di Muzaffargarh, Pakistan, mengeluarkan fatwa bahwa kampanye vaksinasi polio sebagai program yang “tidak Islami.”

Oleh karena itu, beliau menyeru kepada umat Islam yang menghadiri jamaah pengajiannya untuk melakukan jihad melawan kehadiran sebuah tim vaksinasi polio di daerahnya.

Menurut sebuah harian lokal, sekelompok orang yang hendak mensosialisasikan vaksin (baca racun) polio tersebut hendak memasuki kawasan pinggiran di Khan Pur Bagga Sher.

Mereka mengumumkan kepada masyarakat awam warga sekitar untuk menghadiri acara sosialisasi tersebut sebelum akhirnya memberikan vaksin yang konon lebih ampuh daripada “vaksin alami” yang telah diciptakan oleh Allah ta’ala.

Mengetahui info tentang kedatangan tim tersebut, Sheikh Maulvi Ibrahim Chisti, bergegas menuju masjid terbesar di kawasan tersebut dan mendeklarasikan bahwa vaksinasi polio sama dengan “racun.”

Selain itu, beliau juga menyebut bahwa upaya vaksinasi merupakan sebuah upaya yang digalakkan oleh negara-negara barat tempo dulu untuk “melawan Islam.”

Sheikh Maulvi kemudian mengatakan bahwa jika tim vaksinasi tersebut nekat menjalankan agendanya, maka ulama tersebut menyeru bahwa jihad adalah “satu-satunya pilihan.”

Gentar mendengar seruan ulama tersebut, tim vaksinasi polio ini akhirnya membubarkan diri, dan kembali ke kota Muzaffargarh dengan hasil nol besar.

Sesampainya di kota, tim ini dengan cengeng mengeluh kepada dinas kesehatan setempat untuk kemudian dilanjutkan kepada pemerintah kota Muzaffargarh.

Meski sukses menggagalkan upaya penanaman racun kepada jasad bayi umat Islam di kawasannya, Sheikh Maulvi Ibrahim Chisti, sempat hendak dikepung oleh kepolisian setempat.

Alhamdulila, beliau mampu diamankan oleh jamaahnya yang membawa lari ulama tersebut dari kepungan polisi setempat. Wallahu’alam bish shawwab.

Padang, Satu calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat, Alexander An (Aan), yang terbukti menghina simbol-simbol Islam via facebook hanya divonis penjara 2,5 tahun berikut denda 100 juta rupiah.

Vonis yang dijatuhkan pada Kamis (14/6) tersebut dinilai terlalu ringan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), dan dianggap terlalu berat oleh pengacara si atheis Alex Aan hingga kedua belah pihak menyatakan banding.

Hakim Ketua Prasetya Budi Dharma yang memimpin jalannya sidang di Pengadilan Negeri Muaro Sijunjung dalam pembacaan vonis juga menambahkan bahwa jika denda sebesar 100 juta rupiah tersebut bisa diganti dengan penambahan masa kurungan selama tiga bulan.

Atheis Alex Aan ditahan sejak Februari 2012 silam oleh Polres Dharmasraya sebelum kemudian dititipkan di penjara Muaro Sijunjung dengan dakwaan “penistaan agama.”

Dijerat dengan pasal 156a KUHP tentang Penistaan Agama, Alex Aan seharusnya dihukum maksimal lima tahun penjara.

Bahkan hukuman Aan si atheis bisa lebih berat, yakni penjara 6 tahun dan denda sebesar satu milyar rupiah jika ia berhasil dijerat dengan Pasal 27 Ayat 3 UU No. 8 tahun 2011 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Atau, bisa juga Alex Aan si atheist ini dijerat dengan pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan Surat karena pencantuman “Islam” di KTP Aan, meski sebenarnya ia tidak mempercayai satu agama apapun.

Sebagaimana diketahui, Alex Aan yang setiap harinya “nongkrong” di kantor Bappeda Dharmasraya ini terbukti melontarkan komentar-komentar negatif tentang keberadaan Tuhan, hingga ia berkesimpulan bahwa Tuhan tidaklah ada. Naudzubillahi min dzalik!

“Update Status-nya” yang sering mengundang emosi umat beragama di Sumatera Barat ini kemudian diketahui oleh sekelompok pemuda Sungai Kambuik Pulau Punjung yang akhirnya mendatangi kantor Bupati Dharmasraya, menuntut pencekalan terhadap Alex Aan.

Rabu 18 Januari 2012 silam dirinya hampir menjadi bulan-bulanan warga Minangkabau sebelum akhirnya diamankan oleh Polsek Kecamatan Pulau Punjung.

Alex Aan menganggap apa yang ia lakukan dan ia yakini tersebut benar adanya, dengan menambahkan bahwa dirinya telah memikirkan hal tersebut sejak dirinya masih “ingusan” di Sekolah Dasar (SD).

Nuraina, ibu dari atheis Alex Aan, mengatakan bahwa sehari setelah ditahan oleh kepolisian setempat, anaknya telah kembali menjalankan ibadah shalat, minta disyahadatkan serta akan tetap memeluk Islam.

“Udah, mama jangan nangis. Aan ga apa-apa. Biar Aan tanggung ini semua. Mulai saat ini kemanapun Aan pergi, Aan akan tetap memeluk Islam sebagai agama yang diterima masyarakat. Sekarang Aa ingin disyahadatkan lagi,” kata Nuraini kepada wartawan.


 
Etnis Rakhine terlibat membawa pedang
 

Cukup sulit berpegang pada angka-angka berapa banyak jumlah Muslim di Myanmar (dulu Burma, atau Pyidaungsu dalam bahasa lokal). Data tahun 2007, jumlah Muslim sekitar 10% daro 48 juta warga negaraatau sekitar 5-6 juta orang.

Islam merupakan agama terbesar ke-2 setelah Buddha. Bahkan Human Right Watch (HRW) pada laporan 2002 menengarai jumlah Muslim di Myanmar mencapai 20 persen.
 
Angka ini juga dikemukakan Religious Freedom Report pada 2006. Sedangkan Asosiasi Muslim Myanmar (BMA) melalui ketuanya, U Kyaw Zwa menyatakan kepada Suara Hidayatullah, angka moderatnya sekitar  15 persen. Di kota-kota utama negara itu seperti Yangon, Mandalay, Pathein, Sittwe, dan Pegu, cukup mudah ditemukan masjid atau madrasah.
 
Perihal angka yang tidak jelas ini bermula dari diskriminasi yang dialami mereka yang mengaku Muslim. Dalam mengurus KTP dan surat keterangan lain, yang paling mudah bila mengaku beragama Buddha.

 Yang Muslim masih harus menjawab banyak pertanyaan. Tanpa KTP semua urusan menjadi rumit, dan mustahil dapat bebas bepergian ke kota lain.
 
Pemerintah Myanmar yang telah beberapa kali berganti rezim tidak mau menyebut mereka sebagai Muslim Myanmar, tapi cenderung mengklasifikasi sebagai keturunan India atau Kala, keturunan Pakistan, dan keturunan Melayu. Sebutan itu selanjutnya meminggirkan status mereka sebagai warga negara. Padahal sejarah mengakui, mereka telah hadir di Burma lebih 1.000 tahun lalu. Janganlah membayangkan situasi mudah, bebas, semua bisa protes atau menuntut bila tidak puas.
 
Rezim militer yang berkuasa sejak 1998 ini sangat represif, menumbuhkan ketakutan bagi rakyat. Salah seorang narasumber Suara Hidayatullah di kota Yangon harus menanyakan berbagai hal sebelum bersedia menjawab pertanyaan via telepon. Ia juga menolak memberi tahu nomor telepon genggam dan nomor kontak lainnya. “Kami harus menjaga segala sesuatu saat ini,” kata ibu rumah tangga yang tidak bersedia disebut namanya.
 
Genosida

Kisah paling memilukan yang menimpa umat Islam di Myanmar belum lama ini adalah pembersihan etnis (genosida) di Negara Bagian Arakan (Rakhine) di pantai barat dekat perbatasan Bangladesh, sekitar tahun 1197.  Kaum Muslim –biasa disebut etnis Arakan atau Rohingya-- menjadi mayoritas di beberapa lokasi.

Namun karena kultur dan bahasa mereka sama dengan penduduk negara tetangga, maka pemerintah menganggapnya sebagai pendatang haram dari Bangladesh. Dengan alasan mengatasi pemberontakan, militer Myanmar melakukan operasi besar-besaran selama beberapa tahun. Akhirnya, memang banyak sekali Muslim Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh atau Thailand, hidup sebagai pengungsi.
 
Tidak dipungkiri, keinginan merdeka masih menyala di beberapa negara bagian Myanmar,  sekalipun menurut Kyaw Zwa tidaklah seserius yang diberitakan. Kampanye ‘Free Rohingya’ masih berjalan di internet sampai sekarang, dimotori kalangan intelektual Muslim di luar negeri.
 
Meski etnis lain juga menuntut merdeka seperti Kristen Karen dan Chin, perlakuan terhadap Muslim Rohingya adalah yang paling mengenaskan. “Tuntutan rakyat Rohingya sebenarnya sekedar mencari hak hidup layak dan keterwakilan yang memadai secara politik dan etnis,” kata Zwa.
 
Kondisi abnormal di Myanmar  mulai serius sejak Jenderal Ne Win berkuasa pada 1962. Padahal kaum Muslimin termasuk kelompok yang berjuang merebut kemerdekaan. Beberapa tokoh Muslim juga dikenal sebagai pahlawan, seperti Abdul Razak (U Razak) yang aktif sejak mahasiswa. U Razak yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan pada kabinet persiapan kemerdekaan ini merupakan salah seorang dari beberapa tokoh yang ditembak mati oleh perusuh. Peristiwa itu selanjutnya diperingati setiap tahun sebagai hari Pahlawan.
 
Kini merupakan saat sulit bagi umat Islam untuk bersikap. Junta militer masih sangat kuat, meski menghadapi tekanan internasional. National League for Democracy (LND) yang memenangkan 392 dan 485 kursi parlemen pada pemilu 1990 pun hingga kini tidak dapat berkuasa, bahkan parlemennya belum pernah bersidang, dan pemimpinnya, Aung San Suu Kyi masih ditahan.
 
Democratic Voice of Burma (DVB) melaporkan, pasca gelombang demonstrasi, 100-an aktivis Muslim ditangkap, sebagian besar tidak jelas nasibnya. Tujuh orang di antaranya yang diberitakan memberikan minum kepada para biksu dan tertayang melalui video clip dipukuli tentara secara brutal.

DVB juga melaporkan kalangan Muslim yang menyumbangkan hand phone untuk komunikasi para demonstran, dan beberapa pemilik mobil yang menghalangi laju truk-truk tentara.
 
Minoritas vs Mayoritas

Protes terhadap junta mungkin dapat meningkatkan hubungan baik kalangan Muslim dengan Buddhist, namun masih meragukan untuk jangka yang lebih lama. Masalahnya, pada kenyataannya selama ini Muslim Myanmar bukan hanya berhadapan dengan rezim otoriter, tapi juga tekanan dari lingkungannya yang dimotori bara biarawan.
 
HRW mencatat, pasca terjadinya perstiwa 911, menyusul kabar dibakarnya sebuah pagoda di Afghanistan, terjadi penjarahan terhadap rumah-rumah, toko-toko, dan masjid-masjid milik umat Islam di kota Pegu, Taunggyi, dan Sittwe. Amuk massa itu biasa disebut kala Burma adigayone yang berarti pertikaian Muslim-Buddhist, yang tercatat telah 5 kali terjadi sejak 2001.
 
BMA dalam laporannya di hadapan Parlemen Inggris (2007) menyampaikan hancurnya lebih 1.000 rumah kaum Muslimin, dan robohnya 30 masjid di berbagai lokasi akibat kekerasan massal.
 
Dalam  kontak email dengan Hidayatullah.com, U Kyaw Zwa pernah menyatakan, hubungan yang tidak harmonis itu sengaja dipelihara oleh militer dan digunakan sebagai kambing hitam atas berbagai persoalan yang sebenarnya dilakukan oleh militer sendiri.
“Kami sungguh percaya bahwa perlawanan anti-junta ini dapat menurunkan tingkat permusuhan Muslim-Buddhist,” tulis Zwa yang memilih tinggal di London, Inggris.
 
Sentimen anti-Islam juga didorong terus bertambahnya jumlah Muslim melalui perkawinan, yang biasanya didahului pengislaman calon pengantin.
 Perkawinan antar suku adalah hal biasa di Myanmar, termasuk dengan suku keturunan Cina. Tapi seseorang yang menikah dengan Muslim seakan kehilangan identitas suku karena Muslim di Myanmar tidak diwakili suatu suku pun.
 
Sebagaimana diketahui, Myanmar dibentuk oleh 7 negara bagian yang mewakili etnis, ditambah 7  kota, sehingga pada benderanya tercantum 14 bintang. Di semua suku itu terdapat Muslim dan pada sebagian terdapat Kristen.
 
Bagaimana nasib kaum Muslim setelah peristiwa kelabu Senin (11/6/2012) di ibukota Sittwe ini?  Belum bisa diramalkan.

Hanya saja, melalui grup media ini, Zwa pernah menitipkan harapan agar persoalan diskriminasi Muslim di Myanmar yang terus diangkat agar menjadi perhatian Muslim Indonesia.*/BM Wibowo


Red: Cholis Akbar

Melarikan diri dari serangan mematikan oleh umat Buddha di rumah mereka, Muslim Myanmar menghindari kekerasan dengan berperahu ke Bangladesh.

"United Nation High Commissioner for Refugees menganjurkan pemerintah Bangladesh untuk memungkinkan tempat yang aman di wilayahnya bagi mereka yang membutuhkan keamanan dan bantuan medis segera," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan e-mail yang dikutip oleh Bloomberg pada hari Selasa, 12 Juni.

Etnis-Bengali Muslim, yang dikenal sebagai Rohingya, telah melarikan diri kampung mereka dengan perahu ke Bangladesh selama beberapa hari terakhir karena kerusuhan dengan umat Buddha di Myanmar di wilayah barat.

Sesampainya di Bangladesh, pengungsi Muslim Rohingya tidak diberikan akses dan ditahan oleh penjaga perbatasan di Bangladesh.

"Kami telah menahan sekitar 200 warga Myanmar yang menerobos ke dalam wilayah Bangladesh dengan perahu mesin di Teluk Benggala," kata seorang petugas penjaga pantai seperti dikutip oleh media lokal, kantor berita DPA melaporkan.

"Mereka akan segera disuruh kembali ke negara mereka," ujarnya, sementara pejabat lain memperkirakan jumlah pengungsi lebih dari 400 Muslim Rohingya.

Saksi mata mengatakan pihak berwenang Bangladesh mendorong kembali 12 perahu kayu pada hari Senin yang membawa sekitar 300 Rohingya Muslim, kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Seorang pejabat Bangladesh di pulau St Martin mengatakan perahu yang tersisa mencoba mencapai pantai tetapi dihalau.

"Perahu-perahu berpindah-pindah selama beberapa hari, berusaha mendarat di pulau ini, tetapi akhirnya diusir dari perairan kami pagi ini," kata Muhammad Nurul Amin, kepala dewan distrik kepada Reuters melalui telepon.

"Para penghuni pulau juga mengawasi untuk setiap upaya penyeberangan lebih lanjut," katanya.

Sedikitnya 17 orang tewas dalam bentrokan antara umat Buddha dan Muslim di negara bagian Rakhine bulan ini. ekerasan itu dimulai setelah sejumlah orang Buddha menyerang sebuah bus yang membawa penumpang Muslim pekan lalu, mengakibatkan sedikitnya sembilan orang tewas. Bentrokan itu diikuti dengan pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita di negara bagian itu, yang berbatasan dengan Bangladesh, kelompok Buddha menyalahkan umat Muslim atas peristiwa ini. Kekerasan meningkat pada Jumat dan Sabtu, menewaskan sedikitnya tujuh orang tewas dan ratusan rumah dibakar.

Disebut oleh PBB sebagai salah satu minoritas dunia yang paling dianiaya, Rohingya tidak diizinkan untuk memiliki tanah. Rohingya Muslim telah ditolak hak kewarganegaraan sejak amandemen terhadap undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri. Mereka  sering menderita kekurangan pangan dan mereka kesulitan keluar dari Rakhine. Setiap tahun, ribuan Muslim  Rohingya mengungsi dari Myanmar dengan perahu kayu, memulai perjalanan berbahaya ke Thailand atau Malaysia untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Mereka tidak diakui sebagai etnis minoritas oleh Myanmar dan mengatakan mereka menderita pelanggaran hak asasi manusia di tangan pejabat pemerintah.

Pembunuhan, pembakaran rumah dan penjarahan harta milik Muslim Rohingya masih terus berlanjut di Sittwe dan Maungdaw oleh polisi, Hluntin dan kelompok rasis Rakhine, ujar seorang pedagang dari Sittwe.
"Hari ini (12/6/2012) sekitar pukul 11.30, desa Moliek, Hoshai Para, Amla Para dan Kun Dan Ward di Sittwe dibakar oleh sekelompok rasis Rakhine dengan kerjasama polisi dan Hluntin (polisi anti-huru-hara).  Polisi dan Hluntin melepaskan tembakan ke arah desa-desa sementara Rakhine membakar desa-desa Rohingya."
Beberapa rumah telah menjadi abu dan beberapa orang tewas dan terluka akibat penembakan polisi musyrik dan Hluntin.
Menurut berbagai sumber, Nur Jahan (70), putrinya Kader, Thura Shwe (8), putra U Tin Shwe dan dua saudaranya Ma Ni Ni, Daw Lun Lun (29), adik Nuru Uddin dan saudaranya Sajida (23), Daw Hla Thein (53), putrinya U Maung Pru, Maung Tu Shay, telah tewas, mereka semua berasal dari desa Padi Like.
Selain itu dari desa lainnya, Moluvi, Noor Hussain (32), putra seorang imam, Saley Ahamed, Jalal (56), putra U Maung Bra, Khali Maung (a) Aye Tun.  Mereka semua berasal dari satu keluarga, juga tewas oleh polisi dan Hluntin.
Selain itu Majibur Rahaman (24), ditembak mati oleh polisi dan Tasmin Juhar (28), Sadek Hussain (18), Younus (14), terluka dalam sebuah serangan.  Mereka berasal dari Kun Dan Ward, Sittwe.
Beberapa hari lalu (11/6), 21 Muslim Rohingya dari Sittwe terluka oleh polisi dan dikirim ke rumah sakit umum untuk menerima perawatan medis, namun semuanya tewas karena kondisi mereka telah kritis, menurut seorang penduduk setempat seperti yang dilansir kaladanpress.
Madrasah Amla Para, Masjid kyaung Gyi Lan, Masjid dan Madrasah Kun dan ward, Masjid Moliek, Masjid Buhar Para, Masjid Santawli, Masjid Hoshai para, Masjid Para dan Masjid Bowmay Para, telah dihancurkan oleh polisi musyrik, Hluntin dan Rakhine.  Pasar Nazir Para juga telah habis terbakar.
Menurut sumber, dua personil polisi dan delapan Rakhine tewas oleh tentara Myanmar ketika mereka menembaki desa-desa dan membakar rumah-rumah Muslim Rohingya.  Alasan penembakan tersebut adalah bahwa seorang tentara tewas oleh tembakan sengaja polisi.
Setelah kecelakaan itu, desa-desa Rohingya berada di bawah kendali militer.  Jenazah Muslim Rohingya dan warga desa Nazir Para telah dilarikan ke desa Thee Chaung yang terletak di dekat laut.
Kini Muslim Rohingya berada dalam keadaan panik, mereka tidak memiliki makanan, tidak ada jatah, tidak ada akses medis, ujar seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya.
Baru-baru ini perahu mesin yang membawa lebih dari 500 Muslim Rohingya termasuk perempuan dan anak-anak mengambang di sungai Naff.  Mereka mencoba mendarat di wilayah Bangladesh, namun otoritas Bangladesh tidak mengizinkan mereka masuk.  Mereka menderita krisis pangan, air dan obat-obatan.
Di Maungdaw, Md zinna (50), Jamil Hassan (25), Azizul Hassan (20), Younus, Zahir Ahamed, Nurul Alam dan empat orang lainnya dibawa oleh polisi dan ditahan di kantor polisi di mana mereka tidak diberi makanan yang cukup, ujar seorang tetua dari Maungdaw.
Kemarin, seorang perempuan tua bersama putrinya ditembak mati oleh tentara ketika mereka ingin menyebrang dari satu rumah ke rumah lainnya pada pukul 19.00 waktu setempat.
Salah seorang pemuda yang diidentifikasi bernama Hussain Ahamed, putra dari Nazir Hussain dari desa Ngakura, Maungdaw, ditikam hingga tewas oleh seorang Rakhine ketika kembali darii rumah ayah mertuanya pada pukul 17.00, ia baru saja menikah.
Di tengah penderitaan yang dialami Muslim Rohingya, para Rakhine bekerja sama dengan polisi juga menjarah makanan dari rumah-rumah dan toko-toko penduduk rohingya, sehingga Muslim Rohingya kini kekurangan makanan dan mengalami kelaparan.  (haninmazaya/arrahmah.com)


Jakarta (SI ONLINE) - Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi turut bereaksi keras atas beredarnya buku yang menghina Nabi Muhammad Saw yang diterbitkan Gramedia. Poinnya, pertama, Kiyai Hasyim mengatakan bahwa buku "5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia" itu menunjukkan bahwa tuduhan intolerasi Dewan HAM PBB ke Indonesia tidak benar karena yang terjadi malah sebaliknya. Kedua, bahwa kebencian (Islamophobia) musuh-musuh Islam terhadap Islam memang benar-benar ada. 

Sikap Sekjen
International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu disampaikan kepada Ketua Umum FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab. Suara Islam Online mendapatkan terusan pesan singkat itu dari Habib Rizieq melalui surat elektronik, Sabtu malam (16/6/2012).

"Beredarnya buku '5 Kota Berpengaruh di Dunia ' yang terselip di dalamnya hujatan terhadap Rasulullah SAW, merupakan bukti tambahan bahwa tuduhan Komisi HAM PBB di Jenewa tentang intoleransi di Indonesia itu tidak benar, bahkan yang terjadi sebaliknya. Bedanya, kalau tuduhan PBB itu dari dalam Indonesia dibawa keluar, sedangkan buku itu dari luar dibawa ke dalam Indonesia." kata Kiyai Hasyim menanggapi buku karya Douglas Wilson itu.

Peristiwa ini, lanjut Kiyai Hasyim, sekaligus menyadarkan  umat Islam bahwa Islamophobia (kebencian terhadap Islam) memang riil ada. "Tahun 1963-1964 misalnya, betapa Allah SWT, Al-Quran, Rasululloh SAW dihujat habis-habisan secara terbuka melalui panggung lembaga kesenian rakyat (dilakukan Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), organisasi underbow PKI, red), yang kemudian melahirkan UU No. 1/1965 tentang larangan penodaan agama," kata Kiyai Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) itu.

Setelah orde lama, di zaman orde barupun pernah terjadi penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Arswendo Atmowiloto pernah menempatkan Nabi Muhammad Saw di urutan ke 11, tepat satu peringkat di bawahnya dalam kategori orang yang paling dikagumi.

"Di zaman reformasi pun kita menemui antara lain usaha gugatan judicial review ke Mahkamah Konstitusi agar UU No 1/65 dicabut berdasarkan HAM, sehingga menodai agama tidak dikenakan sanksi hukum," lanjut Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al Hikam di Malang dan Depok itu .

Belakangan, lanjut Kiyai Hasyim, beredar buku '5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia'. Pelakunya adalah aliansi plus minus kelompok yang sama. Islamophobia tidak akan hilang sepanjang masa, serta dilakukan secara komprehensif, sistematis, terukur dengan cermat serta berkualitas sangat tinggi .

Karenanya, Kiyai Hasyim mengatakan, "Kita perlu menyadarkan umat Islam terus menerus tentang hal ini dengan menyeimbangkan antara toleransi dan kewaspadaan. Namun cara mereaksinya haruslah pintar, tidak boleh gegabah, karena kesalahan umat Islam dalam mereaksi biasanya telah disiapkan jebakan baru yang lebih menyengsarakan umat dengan tuduhan-tuduhan baru juga."

Menurut Kiyai Hasyim serangan 'Islamophobia' bukan hanya menyangkut serangan terhadap ajaran Islam, namun juga pada bidang ekonomi, politik, pendidikan dan budaya serta militer, bahkan membuat disintegrasi dan sparatisme di sebuah negara NKRI yang dihuni mayoritas kaum muslimin .

"Bagi mereka menghujat agama merupakan bagian dari HAM, sebaliknya kalau kita menolak atheisme dianggap melanggar HAM.  Harus terus dibendung pendapat seperti ini....", pungkasnya.

Penerbit Gramedia Pustaka Utama bersama dengan Majelis Ulama Indonesia memusnahkan 216 buku "5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia". Buku yang diprotes akibat salah satu kalimatnya menghina Nabi Muhammad SAW ini dibakar di halaman belakang gedung Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu, 13 Juni 2012.

Ketua MUI komisi Fatwa, Ustadz Ma'ruf Amin, mengatakan sejak munculnya laporan masyarakat mengenai penodaan agama dalam buku itu, pihaknya langsung memberikan tiga tuntutan kepada penerbit Gramedia Pustaka Utama. Pertama meminta supaya buku itu ditarik, kedua permintaan maaf kepada masyarakat dan ketiga pemusnahan buku.

"Kami harapkan dengan respons positif yang cepat ini, tidak ada kegaduhan lagi," ujar Ustadz Ma'ruf Amin usai pemusnahan buku.

Direktur Utama Gramedia Pustaka Utama, Wandi S Brata, menjelaskan buku edisi terjemahan itu mulai diedarkan pada minggu kedua Maret 2012 dengan total cetakan sebanyak 3.000 eksemplar. Hingga awal Juni 2012 buku telah terjual sebanyak 489 eksemplar.

Selain di Jakarta, pemusnahan telah dilakukan di Cakung, Jawa Barat, Semarang, Jawa Tengah, Surabaya, Jawa Timur, dan Pekanbaru.

"Kami menerjemahkan apa adanya, harusnya dengan sensitivitas seperti itu harusnya editor kami pada saat itu lapor ke manajemen. Tapi itu tak dilakukan, makanya lolos dari kami, kasus ini benar-benar murni keteledoran," ujar Wandi.

Wandi mengaku saat memperoleh kabar adanya protes mengenai isi buku itu, dia pun langsung memeriksa dan memerintahkan untuk menariknya dari peredaran.

"Hari itu juga, di toko buku Gramedia sudah tak ada. Tapi kalau di luar itu, di luar dari kontrol kami. Saat ini jumlah buku yang sudah ditarik dan dimusnahkan masih diteliti," jelasnya. Terkait laporan ormas Islam ke Polda Metro Jaya, Wandi mengaku tetap akan mengkuti prosedur sesuai aturan hukum yang berlaku.

[muslimdaily.net/vvnws]
*Keterangan gambar: pembakaran buku 5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia (sumber: Tempo)


"United Nation High Commissioner for Refugees menganjurkan pemerintah Bangladesh untuk memungkinkan tempat yang aman di wilayahnya bagi mereka yang membutuhkan keamanan dan bantuan medis segera," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan e-mail yang dikutip oleh Bloomberg pada hari Selasa, 12 Juni.

Etnis-Bengali Muslim, yang dikenal sebagai Rohingya, telah melarikan diri kampung mereka dengan perahu ke Bangladesh selama beberapa hari terakhir karena kerusuhan dengan umat Buddha di Myanmar di wilayah barat.

Sesampainya di Bangladesh, pengungsi Muslim Rohingya tidak diberikan akses dan ditahan oleh penjaga perbatasan di Bangladesh.

"Kami telah menahan sekitar 200 warga Myanmar yang menerobos ke dalam wilayah Bangladesh dengan perahu mesin di Teluk Benggala," kata seorang petugas penjaga pantai seperti dikutip oleh media lokal, kantor berita DPA melaporkan.

"Mereka akan segera disuruh kembali ke negara mereka," ujarnya, sementara pejabat lain memperkirakan jumlah pengungsi lebih dari 400 Muslim Rohingya.

Saksi mata mengatakan pihak berwenang Bangladesh mendorong kembali 12 perahu kayu pada hari Senin yang membawa sekitar 300 Rohingya Muslim, kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Seorang pejabat Bangladesh di pulau St Martin mengatakan perahu yang tersisa mencoba mencapai pantai tetapi dihalau.

"Perahu-perahu berpindah-pindah selama beberapa hari, berusaha mendarat di pulau ini, tetapi akhirnya diusir dari perairan kami pagi ini," kata Muhammad Nurul Amin, kepala dewan distrik kepada Reuters melalui telepon.

"Para penghuni pulau juga mengawasi untuk setiap upaya penyeberangan lebih lanjut," katanya.

Sedikitnya 17 orang tewas dalam bentrokan antara umat Buddha dan Muslim di negara bagian Rakhine bulan ini. ekerasan itu dimulai setelah sejumlah orang Buddha menyerang sebuah bus yang membawa penumpang Muslim pekan lalu, mengakibatkan sedikitnya sembilan orang tewas. Bentrokan itu diikuti dengan pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita di negara bagian itu, yang berbatasan dengan Bangladesh, kelompok Buddha menyalahkan umat Muslim atas peristiwa ini. Kekerasan meningkat pada Jumat dan Sabtu, menewaskan sedikitnya tujuh orang tewas dan ratusan rumah dibakar.

Disebut oleh PBB sebagai salah satu minoritas dunia yang paling dianiaya, Rohingya tidak diizinkan untuk memiliki tanah. Rohingya Muslim telah ditolak hak kewarganegaraan sejak amandemen terhadap undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri. Mereka  sering menderita kekurangan pangan dan mereka kesulitan keluar dari Rakhine. Setiap tahun, ribuan Muslim  Rohingya mengungsi dari Myanmar dengan perahu kayu, memulai perjalanan berbahaya ke Thailand atau Malaysia untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Mereka tidak diakui sebagai etnis minoritas oleh Myanmar dan mengatakan mereka menderita pelanggaran hak asasi manusia di tangan pejabat pemerintah.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget