Articles by "Islam Nasional"



SUKOHARJO (voa-islam.com) – Alih-alih membela Pancasila dan UUD 1945, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sukoharjo meminta pemerintah daerah untuk tidak memfasilitasi kelompok umat Islam yang mereka tuding sebagai “Islam Radikal.” Salah satu kelompok yang dituding NU sebagai kelompok Islam Radikal adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang terlibat dalam institusi keagamaan seperti FKUB dan MUI.
“Contohnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di tingkat Kabupaten dan kota, tidak sedikit pengurusnya berasal dari kelompok Islam radikal. Bukan hanya itu, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) daerah, juga berasal dari kleompok radikal,” papar Ketua PCNU Sukoharjo, M Nagib Sutarno, saat memimpin rapat pleno PC NU Sukoharjo, Ahad malam (16/9/2012).
Sutarno menambahkan, selama dua tahun belakangan ini  Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sukoharjo mengisi pengajian penghantar buka puasa di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD). Setelah diprotes oleh NU, baru pihak pemerintah sadar bahwa, visi misi HTI bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
...Sutarno menuding, setiap hari  HTI menjelek-jelekkan Republik Indonesia, negara thaghut dan pemerintahan kafir, dengan  semboyan rakyat sejahtera bersama khilafah...
Sutarno merinci, beberapa institusi lain seperti Masjid Agung, Masjid di IPHI, dan Masjid di lingkungan Kodim, dijadikan sebagai tempat dakwahnya kelompok Islam radikal. Sutarno menuding, setiap hari  HTI menjelek-jelekkan Republik Indonesia, negara thaghut, dan pemerintahan kafir, dengan berbagai semboyan ‘rakyat sejahtera bersama khilafah.’ “Tapi anehnya eksekutif diam,” tegas Sutarno tanpa menjelaskan apakah khilafah bertentangan dengan islam.
Dikatakan Sutarno, pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah sekarang ini sudah banyak yang bergabung dalam komunitas Islam radikal HTI. Bukan hanya itu, kata Tarno, pihak tentara juga sudah disusupi kelompok Islam radikal.
Ia mencontohkan, Perpustakaan Kodim yang seharusnya berisikan buku-buku tentang empat pilar kebangsaan seperti Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, tapi anehnya, papar Tarno buku-buku jihad karya Imam Samudra dkk, yang jelas-jelas bertentangan dengan NKRI mendapat tempat.
Melihat persoalan tersebut pengurus MWC, Banom, Laznah dan lembaga NU Sukoharjo mengharap kepada PC NU untuk melakukan silaturahmi dan dialog dengan Muspida. ”Kami berharap PC NU melakukan dialog dengan pihak eksekutif dan lembaga lainnya yang dianggap strategis. Membicarakan tentang kondisi sosial kemasyarakatan Sukoharjo,” papar Kyai Ahmad Baidlowi. [Gus Di/nuo]

JAKARTA (voa-islam.com) - Aksi protes umat Islam terhadap penghinaan Nabi Muhammad dalam Film “Innocence of Muslim” di depan Kedubes Amerika Serikat sempat terjadi bentrok pada Senin siang (17/8/2012).

Ratusan ribu umat Islam dari berbagai ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) tersebut dihadapi aparat keamanan dengan mengerahkan water canon, menembakkan gas air mata hingga menembakkan peluru karet ke arah massa umat Islam.

Sekjen FPI, ustadz Ahmad Shabri Lubis yang berada di lokasi kejadian membenarkan insiden tersebut namun saat ini kondisi sudah mulai kondusif.

“Iya, tapi sekarang sudah mulai kondusif, kita sedang orasi,” tuturnya kepada voa-islam.com, Senin (17/9/2012).

Ia juga melaporkan bahwa selain pihak kepolisian ternyata diterjunkan pula sejumlah tentara untuk mengamankan situasi.

“Baru masuk dua truk tentara masuk berseragam lengkap dengan senjatanya sepertinya dari Paspampres,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan ada 1 orang dari anggota FPI yang ditembak dengan peluru karet dan kini dibawa ke rumah sakit. Selain itu terdapat juga korban luka-luka lainnya seperti bocor di kepala.

“Ada korban dari pihak kita, ada 1 orang yang kena tembak di dadanya sudah dibawa ke rumah sakit. Nampaknya kena peluru karet kena di dadanya, bengkak dan langsung sesak. Banyak juga yang luka-luka bocor kepalanya,” ujarnya. [Ahmed Widad]

JAKARTA (voa-islam.com) - Ahad, 9 September 2012, menjadi tanggal bersejarah bagi gerakan #IndonesiaTanpaJIL. Pada tanggal tersebut digelar Silaturahim dan Halal Bihalal #IndonesiaTanpaJIL se-Jabodetabek.

Yang lebih membanggakan lagi, acara tersebut juga sekaligus menjadi momen peresmian sekretariat #IndonesiaTanpaJIL di Jl. Utan Kayu no. 68B.


Yups, alamatnya tidak salah! Sekretariat #IndonesiaTanpaJIL kini terletak di Jl. Utan Kayu, yang seolah sudah menjadi identik dengan Jaringan Islam Liberal (JIL) lantaran adanya Komunitas Utan Kayu di Jl. Utan Kayu 68H.

Bahkan sebenarnya, sekretariat #IndonesiaTanpaJIL ini terletak PERSIS di hadapan komunitas tersebut. Inilah bukti bahwa #IndonesiaTanpaJIL tak pernah takut berhadapan langsung dengan JIL sekalipun.

Rumah yang dijadikan sekretariat adalah rumah milik Fauzi Baadilla. Aktor yang satu ini memang sudah lama menjadi pendukung #IndonesiaTanpaJIL. Meski ia tidak selalu bisa 'turun ke jalan' untuk membantu aksi-aksi #IndonesiaTanpaJIL, namun komunikasi selalu terjalin.
Dalam Acara tersebut juga hadir sastrawan senior indonesia, Taufik Ismail. beliau memberikan sambutan dan dukungan untuk gerakan #IndonesiaTanpaJIL.[akmal/FB]

JAKARTA (voa-islam.com) - Menurut Ketua MUI Pusat, KH. Ahmad Cholil Ridwan dalam menyikapi penghinaan terhadap Islam lewat film "Innocence of Muslim", selain menyadarkan umat Islam akan musuh bersama yang dihadapi, umat Islam juga harus bertindak tegas.

Ia meminta kepada pemerintah Indonesia agar melayangkan protes kepada pemerintah Amerika yang membiarkan pembuatan film menghina Islam tersebut. Selain itu Umat Islam juga harus melakukan demonstrasi sebagai pembelaan terhadap Islam.

“saya kira umat Islam harus protes keras dan kita minta kepada pemerintah juga protes, seperti Mesir juga kan protes kepada Amerika. Kalau perlu demo, walaupun demo itu tidak ada manfaatnya dari sisi merubah kebijakan mereka, tetapi kita tunjukkan kepada Allah kalau kita itu berbuat untuk membela Islam,” ungkapnya saat dihubungi voa-islam.com, Jum’at (14/9/2012).
...saya kira umat Islam harus protes keras dan kita minta kepada pemerintah juga protes, seperti Mesir juga kan protes kepada Amerika. Kalau perlu demo!

Kyai Cholil -sapaan akrabnya- yakin penghinaan seperti apa pun tak akan berpengaruh terhadap kebenaran Islam. Namun demikian umat Islam tetap harus bertindak tegas terhadap orang-orang kafir yang melecehkan Islam.

“Pada suatu saat mereka juga akan sadar bahwa kebenaran Islam itu adalah suatu keniscayaan, tidak bisa dipungkiri. Tapi meskipun begitu kita harus tetap berbuat, kita harus tunjukkan seperti firman Allah:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka… (Q.S. Al-Fath: 29). Jadi kita harus tegas terhadap orang kafir, jangan mencla-mencle!” tegas ulama yang aktif sebagai pengurus DDII ini. [Ahmed Widad]

JAKARTA (voa-islam.com) - Menyikapi penghinaan Nabi dalam film Innocence of Muslim, Ketua DPP FPI, Munarman SH mempersilahkan umat Islam untuk memilih caranya sendiri dalam membela Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

“Bagi umat Islam silahkan pilih cara; mau cara mujahidin Libya, mau “jumroh’ di Kedubes AS atau lisan. Silahkan pilih sesuai kemampuan,” ungkapnya singkat, kepada voa-islam.com, Jum’at (14/9/2012).

Selain itu ia juga meminta pemerintah RI agar menutup kanal youtube serta melayangkan protes ke pemerintah AS. “Bagi pemerintah wajib menutup kanal tersebut dan menyatakan protes ke pemerintah AS,” tambahnya.
...Bagi umat Islam silahkan pilih cara; mau cara mujahidin Libya, mau “jumroh’ di Kedubes AS atau lisan. Silahkan pilih sesuai kemampuan

Untuk diketahui film Innocence of Muslim yang dibuat oleh Sam Bacile, seorang keturunan Yahudi yang tinggal di Amerika Serikat itu menggambarkan bahwa Nabi Muhammad sebagai orang yang maniak seks, menyebarkan kekerasan yang berdarah-darah.

Meski sempat diblokir oleh Menkominfo, potongan-potongan film itu hingga saat ini masih saja diunggah dan beredar di Youtube.
Film amatir yang menghabiskan dana 5 juta dollar dan  dibiayai  lebih dari 100 donatur Yahudi ini telah memprovokasi umat Islam.  Akibatnya Duta Besar Amarika Serikat  J.Christoper Stevens tewas di Benghazi, Libya. Demikian pula demonstrasi besar-besaran di sejumlah Kedutaan Besar Amerika di negara-negara Arab dan Afrika. [Ahmed Widad]



JAKARTA (VoA-Islam) - Film Innocence of Muslims yang dibuat oleh Sam Bacile warga AS keturunan Yahudi mendapat reaksi keras dari muslimin di seluruh dunia. Tak terkecuali kaum muslimin di Indonesia. Di Jakarta (depan Kedubes AS) dan Bandung (depan Gedung Sate),  Jumat (14/09) kemarin,  Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi damai menentang pembuatan dan peredaran film “sampah” yang sangat kasar menghina Nabi Muhammad saw.
Ratusan massa Hizbut Tahrir itu membentangkan spanduk dan poster sebagai bentuk protes. “Putuskan hubungan diplomatic dengan USA, Penghina Rasulullah SAW=The REAL TERRORIST, Hukum Mati Penghina Rasulullah SAW.
 “Kebebasan berbicara,ya, kebebasan berbicara. Kebebasan berbicara bukanlah berarti bebas menghina Nabi Muhammad !” tegas Juru Bicara HTI Ismail Yusanto di depan kedutaanbesar Amerika di Jakarta.
Ismail terlihat marah saat menjawab pertanyaan wartawan asing yang bertanya kenapa umat Islam harus marah. Bukankah pembuatan film Innocence of Muslims merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Ismail pun menjawab, “Apakah kalian tidak marah bila orang tua kalian yang baik-baik dituduh orang yang suka main gila? Tentu sebagai anak yang mencintai orang tuanya akan marah! Penghormatan dan kecintaan kami kaum muslimin, kepada Nabi Muhammad jauh lebih besar dari pada kepada orangtua sendiri!”tegasnya.
Jika tidak ingin menyebabkan kaum muslimin di berbagai belahan dunia marah akibat film tersebut, kata Ismail, maka hendaknya jangan membuat kaum muslimin marah, itulah akibatnya .
Ini adalah penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW yang dilakukan oleh orang Barat untuk ke sekian kalinya. Penghinaan ini menunjukkan kebencian mereka terhadap Nabi Muhammad dan Islam. Selalu saja mereka berdalih, pembuatan dan pemuatan film yang menghina itu merupakan bagian dari kebebasan berkreasi. Tapi faktanya, ini adalah kebebasan untuk melakukan apapun termasuk mendeskreditkan, menghina, dan melecehkan Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Sekilas Film
Penghinaan itu dilakukan melalui film berjudul “Innocence of Muslims”. Dalam film berdurasi dua jam itu Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil).
Sam Bacile (56), pembuat film itu, melibatkan 59 aktor dan 45 orang kru. Menurut AP (12/9), Sam adalah warga California, Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi Israel. Dengan bantuan dari 100 donatur Yahudi, Sam berhasil mengumpulkan dana lima juta dolar AS untuk pembuatan “Innocence of Muslims”. Dalam wawancaranya dengan media, Sam menyatakan sengaja membuat film itu. Menurutnya, dengan film ini, kelemahan Islam dapat diekspos ke seluruh dunia.
Berikut inilah pernyataan sikap HTI yang dibacakan Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto tentang Film Innocence of Muslims yang Sangat Menghina Nabi Muhammad SAW saat berunjuk rasa di depan Kedubes AS di Jakarta, 14 September 2012.
  1. Mengutuk pembuatan dan penyebarluasan film yang sangat menghina kehormatan Rasulullah SAW itu. Juga mengutuk pemerintah AS yang membiarkan begitu saja film ini dibuat dan disebarluaskan kepada khalayak, sebagai perbuatan biadab yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Rasulullah SAW, yang hidupnya dihabiskan untuk menyebarluaskan risalah Islam, adalah sosok yang mulia, dimana kemuliaannya itu dimuliakan oleh lebih dari 1,5 milyar umat Islam di seluruh dunia. Karena itu, kehormatannya wajib untuk dilindungi dan dibela oleh seluruh umat Islam dengan segala kekuatan.

  1.  Menuntut pelaku penghinaan ini dihukum. Bila ia muslim, harus dihukum mati. Bila pelakunya orang kafir dari kalangan Yahudi atau Nasrani, juga harus dihukum mati kecuali mereka bertaubat dan masuk Islam. Demikianlah ketentuan syariah Islam sebagaimana dinyatakan Imam As-Syaukani, Imam Syafi’i dan Imam Hambali.

Menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk bahu-membahu dalam membela kehormatan Nabi Muhammad dan menolak dengan keras setiap paham atau doktrin yang tidak Islami seperti doktrin tentang HAM, sekularisme d



JAKARTA (voa-islam.com) - Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 dinilai para Ulama besar dan Habaib telah meresahkan umat Islam lewat berbagai statement yang dilontarkannya.

Dalam surat teguran dan peninjauan kembali yang ditandatangani 8 orang Ulama dan Habaib, disebutkan bahwa pernyataan-pernyataan Said Aqil Siradj kerap menyudutkan umat Islam bahkan merusak aqidah Islam.

Tak main-main, seiring diselenggarakannya MUNAS dan KONBES Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, 15–17 September 2012 besok, para ulama tersebut mengirimkan surat teguran dan peninjauan kembali jabatan Said Aqil Siradj sebagai Ketua PBNU.
...Dalam penilaiannya situs porno yang menampilkan gambar dan video porno atau cerita porno itu tidak berdosa untuk ditonton dan dilihat dan halal...

Surat yang ditujukan kepada Rois Aam NU, KH. Sahal Mahfudz tersebut memuat beberapa statement Said Aqil yang provokatif dan kontroversial, diantaranya:

Pertama, pasca kejadian bom Solo Aqil Siradj membandingkan situs yang mengajarkan nilai-nilai Islam yang dinilai radikal dengan situs porno. Dalam penilaiannya situs porno yang menampilkan gambar dan video porno atau cerita porno itu tidak berdosa untuk ditonton dan dilihat dan halal. Sedangkan situs Islam radikal lebih merusak iman ketimbang situs porno. (dalam siaran persnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa, 27 September 2011)

Kedua, ketika seluruh ulama dan Habaib menolak kehadiran dan konser Lady Gaga justru Aqil Siradj merestuinya dengan mengatakan seribu Lady Gaga pun tidak akan merusak aqidah warga NU, padahal penolakan konser Lady Gaga itu dalam rangka menegakkan amar ma'ruf nahi munkar
...Dan Aqil Siradj juga mengatakan tidak ada perang suci semua perang kotor, dengan pernyataan ini jelas dia telah menghina Rasulullah SAW bahkan menghina Allah SWT...

Ketiga, Aqil Siradj pernah mengatakan di media televisi yang sama bahwa Rasulullah SAW sangat berambisi untuk menyebarkan Islam sehingga beliau ditegur oleh Allah SWT. Dan Aqil Siradj juga mengatakan tidak ada perang suci semua perang kotor, dengan pernyataan ini jelas dia telah menghina Rasulullah SAW bahkan menghina Allah SWT, karena banyak peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat seperti perang Badar, Uhud, Khandaq dan sebagainya itu atas dasar perintah Allah SWT dan dia juga telah mengina para pahlawan nasional yang gugur di dalam peperangan mengusir penjajahan seakan-akan mereka adala orang yang kotor, sementara Allah SWT sangat mencintai dan memuji para syuhada

Keempat, kali ini ketika para Ulama dan Habaib melarang keras umat Islam untuk memilih pemimpin orang kafir sesuai dengan Surat An Nisa ayat 144, Al-Maidah ayat 51 dan Ali-Imran ayat 28 jutru Aqil Siradj membolehkannya. Bahkan memerintahkan kepada para Nahdliyin untuk memilih gubernur yang berbuat baik kepada NU seperti gubernur Kalbar Cornelis yang beragama Katholik dan wakilnya keturunan Cina yang beragama Kristen. Demikian pernyataan di Kompas.com, Senin 13 Agustus 2012, Pukul 21.02 WIB.
...Said Aqil memerintahkan kepada para Nahdliyin untuk memilih gubernur yang berbuat baik kepada NU seperti gubernur Kalbar Cornelis yang beragama Katholik dan wakilnya keturunan Cina yang beragama Kristen

Demikian isi surat tersebut yang ditandatangani oleh delapan Habaib dan Ulama kharismatik NU Jakarta, antara lain: KH Maulana Kamal Yusuf, KH Abdur Rosyid Abdullah Syafi’i, Habib Abdurrohman Al-Habsyi, Habib Idrus Hasyim Alatas, KH Saifuddin Amsir, KH Fachrurrozy Ishaq, KH. M. Rusydi Ali dan KH Manarul Hidayat.

Para ulama menegaskan, surat teguran itu dilayangkan semata-mata untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Mereka khawatir jika sepak terjang dan pemikiran liberal Said Aqil Siradj dibiarkan, akan merusak citra NU dan kemurnian ajaran Islam. [Ahmed Widad]

film anti islam
JAKARTA — Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Drs H Zainut Tauhid Saadi MSi menilai Film ‘Innocence of Moslem’ adalah film propaganda anti Islam yg sangat nyata.
Film yang sangat melecehkan Rasulullah dan Islam. Bukan hanya pelecahan Nabi tapi juga penodaan dan penistaan Islam. Karena dalam film tersebut digambarkan betapa Nabi dan Islam mendorong pemerkosaan, seksualitas anak dan anarkhisme.
“Film ini dapat mengganggu harmoni kehidupan umat beragama dan bisa memicu konflik antar umat beragama di dunia,” kata Zainut.
Untuk hal itu Zainut yg juga wakil sekjen MUI Pusat mendesak agar Pemerintah segera melakukan antisipasi terhadap reaksi massa akibat film ini sehingga tidak terjadi hal2 yg tidak diinginkan.
Zainut juga menghimbau kepada umat Islam tidak terpancing dan melakukan tindakan anarkhis dalam melakukan aksi protes. Ia juga mendesak Pemerintah AS untuk memberikan hukuman berat kepada pembuat film murahan yg sangat melukai hati umat Islam se-dunia.


film Innocence of Moslem 


Salah satu adegan film Innocence of Moslem
JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendesak pemerintah cq Kemkominfo agar memblokir film ‘Innocence of Muslem’ di youtube yang jelas-jelas menghina Nabi Muhammadf SAW. Selain itu, pemerintah perlu segera bertindak agar tidak memicu kemarahan ummat muslim seperti terjadi di Yaman, Libia ,Bahrain, Mesir dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
Ketua MUI KH Ma’ruf Amin mengemukakan hal itu kepada Harian Terbit, Jumat (14/9) pagi ketika dimintai tanggapannya terkait penanyangan film ‘Innocence of Muslem’ di youtube.com, yang menghebohkan.
“Di samping itu, MUI mengimbau ummat muslim Indonesoa diminta tidak menanggapi film tersebut secara anarkis. Kalau mau demo-demo saja secara damai. Jangan anarkis. Umat Islam tak terpancing dengan melakukan kegiatan anarkhis dalam melakukan aksi protes,” kata Ma’ruf Amin.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Zainut Tauhid Saadi, menilai film Innocence of Moslem itu pelecahan terhadap Nabi Muhammad SAW. “ Ini film propaganda antiIslam yang sangat nyata. Film yang sangat melecehkan Rasulullah SAW dan Islam,” tegasnya.
Dia menambahkan, film ini bukan hanya melecehkan Islam, tetapi juga penodaan dan penistaan Islam karena dalam film ini menggambarkan betapa nabi dan Islam mendorong pemerkosaan seksualitas anak dan anarkhis.
“Film ini bisa menganggu harmonisasi kehidupan umat beragama dan memicu konflik antar umat beragama di dunia,” ungkapnya.
Karenanya, tegas Zainut yang juga Ketua DPP PPP itu, mendesak pemerintah segera melakukan antisipasi terhadap kemungkinan adanya reaksi massa akibat tayangan film ini agar tidak menimbulkan hal yang tak diinginkan.
Ia mendesak pemerintah AS memberikan hukuman pada pembuat film murahan yang sangat melukai hati umat Islam se-dunia itu.
Di Yaman warga muslim setempat Kamis (13/9), menyerang Kedutaan Besar AS di Sana’a menyebabkan tiga korban tewas setelah bentrok dengan petugas keamanan di Kedubes AS dan 30 pendemo lainnya luka-luka sebagian dalam keadaan kritius terkena peluru petugas.
Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, Kamis (13/9) meminta ma’af pada Presiden AS Barack Obama atas serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Ibu Kota Yaman, Sana’a, sementara korban jiwa akibat konflik tersebut naik jadi tiga tewas.
“Saya meminta ma’af kepada Presiden AS Barack Obama dan rakyat Amerika Serikat atas serangan agresif terhadap Kedutaan Besar AS di Sana’a,” kata Hadi di dalam pernyataan singkat sebagaimana dikutip kantor berita Yaman, Saba.
Ratusan pendemo berusia muda berpawai di luar gedung kedutaan itu sejak pagi hari, sehingga tentara melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan mereka. Namun pemrotes berhasil menembus blokade keamanan dan memanjat tembok kedutaan besar lalu membuka pintu sehingga pemrotes lain bisa masuk, kata beberapa saksi mata.
Semua perlengkapan dan mobil di dalam kedutaan besar tersebut dirusak, termasuk kendaraan lapis baja duta besar AS, sementara beberapa bagian bangunan kedutaan besar dibakar, demikian laporan keamanan yang disampaikan oleh satu tim penyelidik Yaman ke Kementerian Dalam Negeri.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Bahrain mengatakan dalam satu pernyataan film itu mencemooh ajaran agama, yang harus dihormati, serta moral dan nilai kemanusiaan.
Kementerian tersebut menyerukan pada Organisasi Kerja Sama Islam dan semua negara Islam untuk bertindak tegas terhadap praktek yang menyulut hasutan dengan menghentikan pembuatan serta penayangan film tersebut. Semua orang yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggung-jawaban, katanya.

ACEH  - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Aceh menolak tokoh pendiri Gaya Nusantara, Dede Oetama, masuk dalam lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
Puluhan mahasiswa Aceh melakukan aksi penolakan Dede di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Rabu, 12 September 2012. Mereka menilai Dede sebagai tokoh gay yang gencar menyuarakan kebebasan berekspresi tanpa batas, isu-isu feminis, dan bahkan perkawinan sesama jenis yang belum diakui undang-undang serta bertentangan dengan moral dan norma-norma agama.
Para pendemo mengusung sejumlah poster dan karton yang bertuliskan penolakan gay dan transgender masuk Komnas HAM. Salah satu bunyi tulisan adalah "Rakyat Aceh menolak tokoh gay di Komnas HAM."
Dalam kesempatan tersebut, Faisal Qasim selaku ketua PW KAMMI Aceh mengajak seluruh masyarakat Aceh dan Indonesia secara bersama - sama menolak setiap kebijakan yang berpotensi merusak moral dan aqidah umat dan masyarakat Indonesia.
"Kita sangat menyesalkan bila orang yang tidak paham undang - undang masuk sebagai anggota Komnas HAM. Dede Oetama seorang pendiri GAYA Nusantara merupakan salah satu lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sering mengangkat isu-isu feminis dan selalu menyuarakan kebebebasan berekpresi tanpa batas, termasuk diantaranya perkawinan sesama jenis,"terangnya.
Bukan hanya itu, Dede juga membenarkan dalam perkawinan sesama jenis. Seolah menjadi salah satu tabiat kaum 'Ad pada masa Nabi Luth.  "Sekarang masih tahap penyeleksian Administrasi. Parahnya, nama Dede  masuk dalam lima  besar,"jelasnya.
Dikatakannya, Indonesia negara hukum, seharusnya segala sesuatu berlandaskan hukum-hukum dasar yakni Pancasila. Sebagaimana tercantum dalam UU NKRI pasal 29, bahwa perkawinan merupakan sebuah ikatan suci antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, lanjut dia, setiap agama-agama yang dilegalkan di Indonesia semua tidak mentolerir adanya perkawinan sesama jenis.
Ia berharap, segera mendesak Komisi III DPR RI untuk tidak meloloskan calon anggota Komnas HAM yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia menolak Gay dan kaum Transgender untuk masuk ke Lembaga Negara sekelas Komnas HAM, sebab akan melecehkan kewibawaan negara, karenanya kaum transgender tidak diakui dalam Undang-Undang."Kelompok yang berpotensi merusak moral dan Aqidah ummat dan rakyat Indonesia, harus dilawan,"demikian tegasnya.
Aksi yang berlangsung selama dua jam tersebut berjalan lancar dan aman dengan pengawalan pihak Kepolisian Kota Banda Aceh.

______________


pembantaian di myanmar
JAKARTA — Prihatin terhadap nasib etnis muslim Rohingya di Myanmar, Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengutuk tindakan kekerasan yang selama ini dilakukan tentara Myanmar.
“MUI mengutuk segala bentuk tindakan pembantaian, pengusiran, penindasan, penyiksaan, pemerkosaan, perampasan, penangkapan, dan sejumlah tindakan tidak berprikemanusiaan lainnya yang dilakukan oleh tentara Myanmar,” ujar Ketua Dewan Pimpinan MUI, Maruf Amin, kemarin, di Jakarta.
Menurutnya, tindakan Pemerintah Myanmar itu telah menyesah hak-hak kemanusiaan umat Rohingya, sehingga tidak dapat ditolerir atas nama apapun. “Tindakan yang dilakukan oleh tentara Myanmar ini tidak dapat ditolerir atas nama apapun,” katanya.
Klaim Presiden Myanmar Thak Sin, yang menyatakan bahwa suku Rohingya bukan merupakan bagian dari negara Myanmar, juga dibantah. Menurut Sekretaris Jendral MUI, Ichwan Sam, suku Rohingya merupakan bagian dari negara Myanmar karena mereka sudah berada di sana, sebelum Myanmar merdeka.
“Mereka dibawa oleh kolonial Inggris untuk bekerja di Myanmar dari Bangladesh sebelum Myanmar merdeka,” jelasnya. Untuk itu MUI mendesak kepada Pemerintah Myanmar segera mengakui keberadaan etnis Rohingya sebagai warga negara Myanmar, dan memberikan hak yang sama seperti warga negara lainnya.
“Menuntut Pemerintah Myanmar untuk segera mengakui etnis Rohingya sebagai warga negara Myanmar dan memberikan hak-hak mereka tanpa perlakuan diskriminatif,” seru Maruf.
Sejak kerusuhan di antara umat Budha, dan umat muslim Rohingya pecah di provinsi Rakhine, Pemerintah Myanmar mengambil sikap untuk mengintimidasi, mengusir, dan menyerang orang-orang Rohingya. Menurut data MUI, sudah enam ribu orang tewas akibat tindakan represif terhadap suku Rohingya.


JAKARTA (voa-islam.com) - Surat ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk presiden Myanmar, Thein Sein mendapat balasan. Tanggal 22 Juli 2012 lalu ustadz Abu Bakar Ba’asyir menulis sebuah surat yang ditujukan untuk presiden Myanmar terkait konflik antara Muslim Rohingya dan Budha.


Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Myanmar, Senin (30/7/2012) itu memuat tiga tuntutan umat Islam yang disuarakan ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk membela Muslim Rohingya:


  1. Hentikan kezaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap ummat Islam di Myanmar.
  2. Berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya.
  3. Jangan ada lagi diskriminasi terhadap ummat Islam.


Ustadz Abu Bakar Ba’asyir juga menegaskan dalam suratnya bahwa umat Islam di Indonesia tak rela suadara muslimnya di Myanmar ditindas. “Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara muslim kami di buminya Alloh negeri kalian dan negerinya ummat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum muslimin.”


Tak sia-sia, surat ustadz Abu Bakar Ba’asyir itu pun mendapatkan respon dari pemerintah Myanmar. Melalui Duta Besarnya di Indonesia, Pyi Soe, pemerintah Myanmar mengirimkan surat balasan yang ditujukan langsung kepada ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Surat tertanggal 8 Agustus 2012 dengan bahasa Inggris tersebut diterima ustadz Abu Bakar Ba’asyir beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri. Berikut terjemahan surat pemerintah Myanmar untuk ustadz Abu Bakar Ba’asyir. 






Bapak ustadz Abu Bakar Ba’asyir


Rumah Tahanan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia


Jakarta





Perihal : Situasi Di Negara Bagian Rakhine





Yang terhormat,


Atas nama Duta Besar Republik Persatuan Myanmar, saya mendapat kehormatan untuk menerima surat anda pada tanggal 22 Juli 2012 yang ditujukan kepada H.E.U Thein Sein, Presiden Republik Persatuan Myanmar dan ingin memberitahu bahwa hal tersebut akan dikirim sesuai dengan tujuannya.


Kami memahami perasaan dan kepedulian anda atas peristiwa yang belakangan ini terjadi di Rakhine, Myanmar yang disebabkan oleh berita-berita yang berlebihan dan dibuat-buat maupun informasi yang diterima dari pihak-pihak yang berbeda dan dari berbagai sumber media. Walaupun ini terlihat seperti konflik antara dua agama seperti yang digambarkan oleh beberapa sumber, yang sesungguhnya tidak benar. Presiden Republik Indonesia, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan dengan benar dalam konferensi persnya pada hari sabtu, 4 Agustus 2012 bahwa konflik Rakhine – Rohingya adalah konflik umum, bukan agama, “kebetulan suku Rohingya adalah Muslim dan suku Rakhine beragama Buddha”.


Dalam hubungan ini, kami ingin meyakinkan anda bahwa peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi di negara bagian Rakhine bukan disebabkan oleh penindasan agama ataupun diskriminasi. Itu hanya konflik komunal/umum. Sejak awal kekerasan, pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk segera memulihkan stabilitas di tempat-tempat dimana kerusuhan terjadi di negara bagian Rakhine. 16 anggota Komite Investigasi telah dibentuk pada tanggal 6 Juni 2012 agar membongkar kebenaran dan untuk mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku kejahatan yang terlibat dalam pelanggaran hukum dan tindakan anarkis  dalam peristiwa tersebut. Pada waktu yang bersamaan, pemerintah mengambil tindakan berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk memastikan supaya fenomena tersebut tidak terulang kembali.


Pemerintah juga bekerjasama penuh dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat, partai politik dan organisasi sosial untuk mengatasi isu-isu tersebut. Demikian pula, pemerintah telah bekerjasama dengan instansi Perserikatan Bangsa-bangsa dan INGO (Organiasai Non-Pemerintahan Internasional) untuk bantuan, rehabilitasi dan rekonstruksi untuk para korban dari kedua komunitas dengan cara yang non-diskriminatif dan transparan.


Kami juga akan meneruskan kepada anda sebuah salinan dari siaran pers yang dikeluarkan pada tanggal 30 Juli 2012 oleh Kementrian Luar Negeri Myanmar kepada negara bagian Rakhine untuk baca teliti dengan jelas.


Atas pengertian dan dukungan terhadap proses rekonsiliasi Myanmar dalam masalah ini, kami ucapkan terima kasih.





Hormat Kami,





Pyi Soe


Duta Besar

BANDUNG (voa-islam.com) - Ormas Garda Kemerdekaan dan ISIS (Institute Strategic for International Studies) menyatakan membuka pendaftaran relawan untuk dikirim ke Suriah. Dalam sebuah situs, mereka merilis seruan untuk melawan pasukan asing dengan kata lain membela rezim yang sedang berkuasa, Bashar Al Assad.

“Oleh sebab itu, Garda Kemerdekaan dan ISIS mengajak saudara-saudaraku rakyat Indonesia untuk membantu rakyat Suriah mengusir pasukan asing yang sedang bergentayangan di Suriah. Kami membuka lowongan sukarelawan untuk pergi ke Suriah, muda-tua, pria-perempuan, kaya-miskin, Combatan dan Non-Combatan.” Demikian kutipan rilis tersebut.


Dalam rilis tersebut terdapat sejumlah nama panitia ad/hoc seperti Drs. Abdul Cholik Wijaya dan Ahmad Taufik. Dari informasi yang didapat Abdul Cholik Wijaya sudah aktif sejak tahun 1998 menjadi ketua ISIS dan Yayasan SAIFIK (Studi Agama Islam Filsafat & Kebudayaan), dimana kedua lembaga ini telah lama terdata beraliran Syiah. Sementara Ahmad Taufik adalah Ketua Garda Kemerdekaan, LSM yang ditunggangi oleh syiah sebagaimana ormas-ormas lain seperti Garda Suci Merah Putih, Bela Keadilan, Universalia, VOP (voice of palestine) dan SMIQ (solidaritas Muslimin Indonesia untul alQuds).


Rekrutmen relawan dengan alamat surat di sekitar jalan Cigadung Raya Tengah, Bandung tersebut saat didatangi tak terdapat aktivitas apa pun. Spanduk ataupun selebaran pendaftaran relawan juga sama sekali tak terlihat di sekitar lokasi.


Menanggapi adanya perekrutan yang diduga kuat diorganisir oleh para pengikut Syiah di Bandung, Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) ustadz Athian Ali M. Dai, MA mengaku tak heran dengan fenomena tersebut.


“Kalau mereka menyiapkan segala macam, membuka front, menyiapkan sukarelawan ke Suriah, saya tidak keget, bahkan saya tidak pernah kaget kalau suatu saat mereka sudah kuat, umat Islam di negeri ini disembelih semua. Malah itulah yang sesungguhnya, selama ini orang-orang Syiah kan tidak pernah mau menampakkan dirinya, mereka lebih memilik jalan munafik karena mereka lemah, baru beberapa tahun inilah mereka mau menampakkan diri dan beberapa tokoh lainnya pun masih munafik, masih taqiyah,” tuturnya saat diwawancara voa-islam.com, Rabu (29/8/2012).


Bahkan menurut ulama perumus terbitnya fatwa sesat Syiah oleh FUUI ini, jika umat Islam diam saja melihat fenomena ini, wajar saja jika suatu saat kelompok Syiah kuat, maka mereka akan memerangi umat Islam.


“Jadi mereka mau mengirim relawan ke Suriah itu wajar menurut saya, kalau tidak begitu malah aneh. Wajarlah mereka membela saudara-saudara mereka. Jadi kalau suatu saat kita disembelih oleh mereka itu juga nanti wajar,” tandasnya. [Ahmed Widad]

PADANGPARIAMAN, SUMBAR - Jamaah Syattariyah, Sumatera Barat yang berpusat di Ulakan Kabupaten Padangpariaman akan membunyikan beduk dan meriam saat bulan (hilal) terlihat pada Sabtu (18/8) untuk menetapkan satu Syawal Idul Fitri 1433 hijriah.

"Kemungkinan kami lebaran pada hari Minggu, karena kita baru akan melihat kemunculan bulan (hilal) pada Sabtu," kata Ketua Majelis Zikir Istiqamah Syattariyah (Mazis) Padangpariaman, Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam di Padangpariaman, Rabu (15/8).

Jatuhnya satu Syawal Jamaah Syattariyah, katanya, bisa saja sama dengan waktu yang akan ditetapkan Muhammadiyah bila jatuhnya pada Ahad (19/8). Ia menjelaskan, sudah menjadi tradisi setelah bulan terlihat, dibunyikan beduk di masjid dan nagari atau desa adat dan surau-surau di kampung.

Membunyikan beduk masjid setiap kali awal dan akhir Ramadhan menurutnya merupakan tradisi yang tidak boleh punah. "Dengan telah didengarnya bunyi beduk, maka seluruh surau dalam nagari mengiringi dengan membunyikan beduk pula," katanya.

Dibunyikannya beduk, katanya, sebagai pemberitahuan bahwa lebaran jatuh pada keesokan harinya kepada masyarakat kampung yang tidak ikut prosesi melihat bulan. Di Kecamatan VII Koto, pemberitahuan itu dilakukan melalui dibunyikannnya meriam peninggalan Belanda sebanyak dua kali, satu menghadap utara dan satu lagi menghadap selatan.

Sementara itu, Qhadi (imam) Syattariyah Ulakan Tuanku Ali Imran, menambahkan, prosesi melihat bulan dilakukan dengan mata telanjang sesuai tradisi turun-temurun Jemaah Syattariyah di Sumbar dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.

Bila bulan tidak tampak dari Ulakan, ia akan melakukan koordinasi dengan imam di daerah lain di Sumbar. Jamaah Syattariyah di Sumbar, katanya, melihat bulan di sejumlah titik yakni di Koto Tuo (Padangpanjang), Agam, Pesisir Selatan dan Sijunjung.
Tradisi melihat bulan dalam menentukan awal Ramadhan, katanya, memakai hitungan bilangan takwim qamsyiah, yakni hitungan berdasarkan tahunan.

Sebelum melakukan ritual melihat bulan nantinya, kata Ali Imran, para jamaah Syattariyah melakukan dzikir terlebih dahulu di Surau Syekh Burhanuddin.
Selanjutnya rombongan pergi menuju tepi pantai Ulakan untuk melihat bulan sebagai pedoman dalam menentukan kapan mereka mulai berpuasa.

Syekh Yusuf adalah ulama, sufi dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)
Makam Syah Yusuf, penyebar Islam di Afrika (Foto: Rahmat Zeena, Makassar)  
Muhammad Yusuf, atau sekarang lebih dikenal dengan Syekh Yusuf, adalah salah seorang tokoh spiritual dan fenomenal asal Sulawesi Selatan pada masanya hingga saat ini. Pria yang dilahirkan di Gowa, tahun 1626, atau empat abad silam, adalah ulama, sufi, dan penyebar Islam hingga tanah Afrika.

Ayah Syekh Yusuf bernama Abdullah Abul Mahasin, konon adalah seorang rakyat jelata tapi memiliki latar belakang keislaman yang kuat. Sebaliknya ibu Syekh Yusuf yang bernama Aminah, adalah seseorang yang masih memiliki keturunan langsung dari Sultan Al Aladin.

Berdasarkan penuturan asisten juru kunci Makam Syekh Yusuf, Rahmat, Syekh Yusuf remaja sejak awal memang dididik oleh keluarga secara islami. Ia ditempa dengan berbagai ilmu seperti ilmu tauhid, fikih dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun, ia memperdalam ilmu agamanya ke Syekh Jalaluddin Al-Aidid di Cikoang, wilayah pesisir Kabupaten Takalar.

Syekh Yusuf dikenal sebagai seorang yang haus dengan ilmu agama. Hanya tiga tahun menempa ilmu di Cikoang, atau berusia sekitar 18 tahun, ia kembali ke Makassar dan menikah dengan Putri Raja Gowa. Masih dalam suasana pengantin baru, ia kemudian nekad meninggalkan tanah kelahirannya, dan pergi ke  Timur Tengah. Tujuannya untuk lebih memperdalam ilmu agama yang telah dimilikinya.

Dalam perjalannya itu, tutur Rahmat, Ia mula-mula naik kapal Melayu dari Pelabahuan Makasar menuju Pelabuhan Banten. Di daerah tersebut, ia menetap beberapa lama untuk belajar ilmu agama serta menjalin hubungan pribadi yang erat dengan kalangan elite Kesultanan Banten, yang saat itu diperintah oleh Abul Mafakhir Abdul Qadir’ (1037-63/1626-51).

Dari Banten, Yusuf kemudian berangkat menuju Aceh dan berguru pada Ar-Raniri, kemudian ke India, dan berakhir di Yaman, Timur Tengah. Di Yaman ia berguru kepada Muhammad  Abdul Baqi An-Naqsyabandi dan  Sayyid Ali  Az-Zabidi.

"Dari Yaman, ia kemudian   melanjutkan perjalanannya ke Mekkah dan Madinah," papar Rahmat lagi.

Beberapa catatan sejarah menyebutkan, ulama-ulama yang menjadi gurunya selama di Makkah dan di Madinah adalah Ahmad Al-Qusyasyi, Ibrahim Al-Kurani, dan Hasan Al-‘Ajami.
Tak cukup di Saudi Arabia, Yusuf masih melanjutkan perjalanan ke pusat pengetahuan Islam di Timur Tengah, Damaskus. Yusuf  belajar dengan salah seorang ulamanya yang terkemuka Ayyub bin  Ahmad bin  Ayyub Ad-Dimasyqi Al-Khalwati. 
"Di Damaskulah ia mendapat gelar At-Tajul Khalwati, atau Mahkota Khalwati," ujar Rahmat lagi.

Dari Damaskus, ia kemudian kembali ke Mekah sebelum  pulang ke kampung halamannya, yang saat itu masih bernama Nusantara. Dalam perjalanan mencari ilmu itu, memakan waktu sekitar 20 tahun, dan pada usia 38 tahun, ia sempat menjadi pengajar di Arab Saudi.

Sekembalinya dari Timur Tengah, Syekh Yusuf tidak langsung pulang ke Makassar. Ia justru singgah di Banten dan mengembangkan seluruh ilmunya di tanah Banten. Tidak disebutkan alasan utama sehingga memilih Banten, namun beberapa informasi menyebutkan, Yusuf tidak kembali ke Goa, sekarang Gowa, karena Islam tidak diperlakukan semestinya. Banyak perbuatan yang dianggap melecehkan Islam, seperti berjudi, mengadu ayam, meminun arak serta menghidupkan lagi animisme tanpa ditindak oleh Sultan.

Ia kemudian memilih Banten dan menjadi penasihat agama bagi Sultan Ageng Tirtayasa. Di Banten itu pula, Syekh Yusuf tidak hanya menjadi guru dan ulama. Tapi Syekh Yusuf ikut serta melakukan gerilya melawan Belanda dengan memimpin 4.000 tentara asal Bugis Makassar.

Perlawanan yang gigih terhadap penjajah itu akhirnya berakhir pada pada tahun 1682. Tepatnya di bulan September, Syekh Yusuf bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid dan sejumlah pembantunya ditangkap dan dibuang di Seilon (kini Srilanka).

Di negara itu, Syekh Yusuf lagi-lagi berbagi ilmu dan banyak menulis buku-buku keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis. Dia juga mengorganisir orang-orang Nusantara yang melakukan haji dan singgah di Srilanka.

Pemerintah Kumpeni rupanya terusik dengan aktivitas Syekh Yusuf yang masih gencar melakukan dakwah. "Karena masih merasa terancam, penjajah kemudian memindahkan Syekh Yusuf ke Kaapstad di Afrika Selatan," ungkap Rahmat.

Saat itu, Syekh Yusuf dan 49 pengikutnya ditempatkan di Zandveliet dekat muara Sungai Eerste, 35 kilometer dari ibu kota Afrika Selatan, Cape Town. Tempat ini belakangan diubah oleh masyarakat Afrika menjadi Macassar Downs dan pantai bernama Macassar Beach.

Meski diasingkan, aktivitas dakwah tidak berhenti begitu saja. Ia bahkan semakin memantapkan pengajaran Islam kepada pengikut-pengikutnya. Ia juga mempengaruhi orang-orang buangan lainnya, yang kebanyakan berasal dari budak, untuk melakukan perlawanan.

Berselang lima tahun, atau pada 23 Mei 1699, Syekh Yusuf meninggal dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di tempat itu juga. Kabar meninggalnya ulama yang bergelar Syekh Yusuf Tuanta Salamaka ini langsung beredar luas, termasuk pemerintah kompeni di Batavia dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil.

Atas permintaan Raja Gowa, tahun 1705, jenazah Syekh Yusuf dipulangkan ke Makassar, dan dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko'bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.

"Beliau yang mulia dimakamkan pada 6 April 1705 atau 12 Zulhijjah 1116 H," pungkas Rahmat. (Laporan: Rahmat Zeena, Makassar)



KETIKA usia belasan tahun, Muhammad Jamil Jambek dikenal sebagai parewa (preman) di kampunghalamannya, Nagari Kurai, Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia keluar masuk kampung sebagai jagoan dengan keahlian pencak silat. Banyak pemuda yang takut berkelahi dengannya.

Menyabung ayam, bagian dari tradisi masyarakat Minangkabau kala itu, adalah kebiasaannya. Ia juga pernah mengisap candu. Saking gemarnya mengisap barang haram ini, ia dapat membedakan mana bau rokok dengan bau candu dari kejauhan. Keahlian ini juga yang membuat anak muridnya sering katahuan saat usai mengisap candu.

Sejarah kemudian mencatat Muhammad Jamil Jambek, yang juga dikenal dengan sebutan Inyiak Jambek, menjadi ulama terkemuka Minangkabau. Ia paling kritis terhadap adat istiadat dan ajaran tarikat. Dia juga ahli ilmu falak dan pembuat imsyakiah pertama. Dialah yang pertama kali memperkenalkan metode dakwah dengan bertabligh di depan massa.

Insyaf dan ke Makkah

Jamil Jambek lahir di kota Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tahun 1863. Nama kecilnya Muhammad Jamil. Ia anak sulung dari Muhammad Saleh Datuk Maleka, seorang Kepala Nagari di Kurai, Bukittinggi.

Meski putra seorang pemimpin adat, perangai Jamil saat remaja sering dicibir masyarakat. Ia anak pemimpin adat yang sungguh tak beradat.

Pada usia 22 tahun, tepatnya tahun 1885, atas nasehat seorang ulama, Tuanku Kayo Mandiangin, Jamil mulai sadar dan meninggalkan dunia parewa. Ia kemudian belajar agama dan bahasa Arab.

Setahun berlalu, Jamil dikirim ayahnya belajar pada Syeikh Ahmad Khatib di Makkah. Ahmad Khatib adalah ulama asal Nagari Balai Gurah, Bukittinggi, yang termasyur sebagai guru besar di Mekkah dan menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, sebuah posisi yang sebelumnya tak pernah diisi oleh mereka yang berasal dari luar tanah Hijaz.

Ada beberapa murid Syeikh Ahmad Khatib di Makkah yang kemudian terkenal sebagai motor pembaharu sekembalinya ke tanah air. Di antara mereka adalah KH Ahmad Dahlan, H Abdul Karim Amrullah, H Abdullah Ahmad, Syeikh Taher Jalaluddin, H Agoes Salim, H Muhamad Basyuni Imran, H Abdul Halim, KH Hasyim Asy'ari, dan Syeikh Daud Rasyidi.

Cukup lama Jamil Jambek berguru di Makkah, sejak tahun 1886 hingga pulang ke Ranah Minang pada tahun 1903.

Benturan pertama dan terberat yang dihadapai Jamil Jambek sekembali dari Makkah adalah masalah adat Minangkabau, khususnya hukum waris. Menurut ajaran Islam yang diterimanya dari Syeikh Ahmad Khatib, harta pusaka diwariskan kepada anak sendiri dengan ketentuan anak laki-laki memperloleh bagian yang lebih besar dari anak perempuan. Sedangkan adat Minangkabau menggariskan bahwa harta pusaka diwariskan kepada kemenakan perempuan, bukan kepada anak laki-laki.

Jamil Jambek tak bergeming dengan beratnya tantangan adat Minangkabau tersebut. Apa lagi ia tahu bahwa gurunya, Syeikh Ahmad Khatib, telah menulis dua buku berbahasa Arab tentang hukum waris.
Beberapa karyanya tertulis dalam bahasa Arab dan Melayu, salah satunya adalah al-Jauhar al-Naqiyah fi al-A'mali al-Jaibiyah. Kitab tentang ilmu Miqat ini diselesaikan pada hari Senin 28 Dzulhijjah 1303 H.

Karya lainnya adalah Hasyiyatun Nafahat ala Syarh al-Waraqat. Syeikh Ahmad Khatib menyelesaikan penulisan kitab ini pada hari Kamis, 20 Ramadhan 1306 H, isinya tentang usul fiqih. Karyanya yang membahas ilmu matematika dan al-Jabar adalah Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab yang selesai dirulis pada hari Ahad 19 Dzulqaedah 1307 H di Makkah. Kitab-kitab lainnya adalah al-Da'il Masmu'fi al-Raddi ala man Yurist al-Ikhwah wa Aulad al-Akhawat ma'a Wujud al-Ushl wa al-Manhaj al-Masyru', Dhau al-Siraj dan Shulh al-Jama'atain bi Jawazi Ta'addud al-Jum'atain.

Ahmad Khatib membuat pernyataan keras terhadap mereka yang menolak hukum Islam. Mereka harus diputuskan hubungannya dan tidak punya hak untuk mendapat pemakaman secara Islami.

Sedangkan tentang praktik tarekat Naqsyabandi di Minangkabau, Syeikh Ahmad Khatib menulis buku berjudul Izhhar Zughal al-Kadzibin (Menjelaskan Kekeliruan Para Pendusta).

Cukup berat tantangan yang dihadapi Syeikh Jamil Jambek dalam meluruskan masalah hukum waris dan ajaran tarikat yang sudah lebih dulu mentradisi di pelosok Ranah Minang. Namun metode dakwah dangan bertabligh, atau berpidato di hadapan massa, membuat masyarakat di kampung halamannya cepat mahami apa yang disampaikannya.

Jamil Jambek adalah ulama pertama yang memperkenalkan metode dakwah ini. Sebelumnya, masyarakat hanya mengenal metode berhalaqoh, pengajian dengan duduk melingkar menghadap guru di rumah dan surau-surau.

Ulama Kritis

Syeikh Jamil Jambek juga meninggalkan kebiasaan lama dimana ulama sangat terikat kepada kitab Jawi. Semuapelajaran diberikan dengan cara berdiri di muka umum, diberi keterangan selengkap-lengkapnya dengan metode yang mudah dimengerti.

Dengan metode baru tersebut, Syeikh Jamil Jambek cepat sekali menebar pengaruhnya. Bahkan begitu cepat merangkul banyak pengikut. Dalam waktu singkat ia sudah bisa mendirikan sebuah surau yang digunakan sebagai pusat pergerakan di kawasan Tengah Sawah, Bukittinggi.

Di surau ini Syeikh Jamil secara rutin memberikan pelajaran agama dengan berdiri di hadapan murid-muridnya, dilengkapi papan tulis. Umumnya murid Syeikh M Jamil Jambek adalah orang-orang berpangkat, tuanku, lebai, fakih/orang yang mengerti agama, dan guru.

Selain berdakwah di Surau Tengah Sawah, Jamil Jambek secara rutin turun ke kampung-kampung hingga ke Gadut, Pakan Kamis, dan Tilatangkamang yang pernah menjadi pusat pergerakan kaum Paderi.

Perubahan yang dibawa Syeikh Jamil Jambek tak hanya dalam cara mengajar namun juga dalam hal pemanfaatan ilmu pengetahuan umum untuk kepentingan Islam dan kaum Muslim. Ia sendiri telah membuktikannya dengan menguasai ilmu falak. Bahkan, Syeikh Jamil Jambek telah menyusun jadwal waktu shalat. Tak sekadar itu, ia juga telah menerbitkan Imsyakiah Ramadhan pada tahun 1911. Inilah imsyakiah pertama yang beredar di Indonesia.

Dalam setiap tabilqh akbar, Syeikh Jamil Jambek sering mengkritisi amalan suluk dalam tarekat Naqsyabandi dan segala macam bid’ahnya. Menurut Jamil Jambek, suluk jika tidak hati-hati bisa membuat orang malas.

Awalnya, Syeikh Jamil Jambek lebih suka berdakwah langsung ketimbang berdakwah lewat tulisan. Hanya sekali dia menulis di Majalah  Al-Munir yang diterbitkan H Abdullah Ahmad di Padang.

Barulah pada awal tahun 1905, Syeikh Jamil Jambek mulai menulis buku. Di antaranya, buku berjudul "Penerangan Tentang Asal Usul Thariqatu al-Naksyabandiyyah dan Segala yang Berhubungan dengan Dia. Buku ini diilhami dari pertemuan ulama guna membahas keabsahan tarekat di Bukit Surungan, Padangpanjang. Saat itu Syeikh Jamil secara terbuka menyampailkan kritiknya soal tarekat.

Buku ini terdiri atas dua jilid. Salah satu penjelasan dalam buku ini kenyatakan bahwa tarekat Naksyabandiyyah diciptakan oleh orang dari Persia dan India. Syeikh Jamil Jambek menyebut orang-orang dari kedua negeri itu penuh takhayul dan khurafat yang makin lama makin jauh dari ajaran Islam.

Sikap kritis Syeikh Jamil Jambek juga tertuang dalam buku berjudul "Memahami Tasawuf dan Tarekat yang ditujukan sebagai upaya mewujudkan pembaruan pemikiran Islam.

Pada tahun 1913 Syeikh Jamil Jambek merangkul sahabatnya sesasama murid Syeikh Ahmad Khatib, yakni Syeikh Daud Rasyidi, mendirikan Majelis Islam Tinggi (MIT). Ia juga mendirikan Barisan Sabilillah untuk melatih kaum muda mengusir penjajahan kafir Belanda.

Namun, belum genap dua tahun Syeikh Jamil Jambek mengecap era kemerdekaan yang ikut diperjuangkannya, pada 16 Safar 1367 H, bertepatan 30 Desember 1947, Syeikh Muhammad Jamil Jambek dipanggil oleh Allah  Subhanahu wa Ta'ala. Makamnya masih menjadi saksi sejarah di pekarangan masjid yang pernah menjadi basis perjuangnya.

Masjid yang terletak di jantung kota Bukittinggi itu hingga kini masih bernama Surau Inyiak Jambek.


Johann Friedrich Carl Gericke/wiki


Oleh: Susiyanto KETIKA tahun 1832 Johan Donker, komisaris Belanda di Kediri, meminta informasi tentang sejarah Kediri, mungkin Mas Ngabehi Purbawijaya selaku orang Jawa tidak pernah mengira bahwa ini merupakan bagian dari proyek rekayasa “masa depan” budaya Jawa. Layaknya seorang hamba yang mengabdi, Purbawijaya yang saat itu menjadi beskal (pelafalan dari kata fiscaal = pejabat setingkat jaksa) di Kediri, hanya menuruti saja kehendak sang “tuan”. Meski hasilnya bukan karya bernilai historis seperti dikehendaki Donker, nyatanya karya “mistis-mitologis” serupa pada masa selanjutnya tetap dianggap berguna.
Sebenarnya telah lama Belanda menghendaki penguasaan terhadap narasi sejarah bangsa jajahannya. Pengumpulan tradisi-tradisi lokal dan manuskrip kuno di Jawa telah menjadi agenda. Para akademisi Belanda diturunkan untuk menggali pelbagai data terkait. Kesarjanaan yang memiliki penguasaan terhadap tradisi, adat istiadat, dan sistem nilai suatu masyarakat akan berguna dalam membangun pendekatan, termasuk dalam merancang format hegemoni dan pelanggengan “kekuasaan”.

Di penghujung akhir Perang Jawa kebutuhan untuk memahami kawasan ini semakin terasa. Apalagi pemerintah menggulirkan kebijakan tanam paksa (cultuur stelsel) untuk mengisi kas negara yang terkuras untuk pembiayaan operasional menumpas berbagai aksi perlawanan. Dalam praktik di lapangan, kebijakan baru yang bersifat eksploitatif itu menuntut lebih banyak interaksi dengan kalangan bumiputera. Karenanya, pendidikan bagi para pegawai dan pejabat Belanda hendaknya diarahkan untuk memahami bahasa dan budaya rakyat setempat.
Netherlands Zending Genootschap (NZG), lembaga misionaris Belanda, menangkap peluang ini dengan baik. Abad ke-19 bisa dikatakan merupakan era baru bagi penginjilan di Nusantara. Banyak kesempatan dan celah yang bisa dimanfaatkan oleh kalangan pewarta Injil. Pada masa sebelumnya keberhasilan penginjilan di Jawa bisa dikatakan sangat minim. NZG menawarkan konsep lembaga Bahasa Jawa yang memungkinkan pegawai dan pejabat Belanda dididik untul memahami adat istiadat dan Bahasa Jawa.

Gayung pun bersambut. Tidak benar jika sejumlah akademisi Kristen menolak teori adanya keterkaitan antara Gereja dan pemerintah negara jajahan. Dalam kasus Lembaga Bahasa Jawa inisiatif awal kerja sama justru bermula dari badan penginjilan. Tindakan kompromistis antara pemerintah penjajah dan institusi misi ini kemudian membidani lahirnya Instituut voor de Javaansche Taal (Lembaga Bahasa Jawa) pada 27 Februari 1832.

Guna pendirian lembaga Bahasa Jawa tersebut, NZG lantas mengutus Johann Friedrich Carl Gericke. Gericke yang kemudian menjabat sebagai pemimpin dalam lembaga tersebut bisa dianggap sebagai peletak utama kesarjanaan Belanda dalam studi literatur Jawa.
Awalnya ia tiba di Surakarta pada 1827 untuk menterjemahkan Bible ke dalam Bahasa Jawa. Pada tahun 1829 ketika salah seorang pangeran dari Kasunanan hendak belajar agama ke Pesantren Tegal Sari, Ponorogo Gericke megikuti dengan tujuan lain, yaitu belajar tentang literatur Jawa selama 9 bulan. Perjalanan Gericke selalu ia laporkan kepada induk semangnya di Nederlands Bijbelgenootschap di Amsterdam.

Lembaga Bahasa Jawa didirikan dengan berbagai tujuan yang hendak diraih. Bagi Pemerintah negara jajahan, keberadaan lembaga yang mampu menyediakan tenaga terdidik untuk berdialog dengan pribumi dinilai menguntungkan dalam upaya menjaga stabilitas dan memelihara hegemoni. Sementara itu bagi kalangan zending belanda,  Instituut voor de Javaansche Taal akan menjadi ujung tombak bagi penerjemahan Bible ke dalam Bahasa Jawa. Dengan demikian kepentingan kolonialis dan misionaris terpadu menjiwai semangat pendirian lembaga ini.

Pemerintah Belanda bukannya tidak mengetahui bahwa diantara tujuan pendirian lembaga itu berhubungan langsung dengan kepentingan misi Kristen. Baud mengungkapkan penawarannya tentang pendirian lembaga bahasa tersebut kepada Gubernur Jendral Belanda sebagai berikut: “Jika pemerintah setuju maka akan didirikan institut di Jawa untuk studi bahasa-bahasa Timur, dengan maksud memajukan usaha penerjemahan Alkitab.”

Instituut voor de Javaansche Taal memiliki banyak peran strategis dalam menentukan wajah Jawa. Berbagai kitab kuno diteliti ulang, sejumlah pandangan hidup Jawa diberi pemaknaan baru, dan kebanggaan terhadap masa lalu terutama era pra Islam dikembangkan secara masive. Bahkan beberapa wujud kebudayaan yang menampakkan anasir Hindhu-Budha dilegitimasi sebagai bentuk kebudayaan “asli Jawa”. Sementara itu produk kebudayaan Islam dibiarkan tenggelam dan kalaupun diangkat biasanya lebih pada wujud kebudayaan era transisional yang masih kental dengan sifat dekaden.

Berbagai langkah ditempuh guna “menjinakkan” Islam. Termasuk inisiatif bagi terwujudnya segregasi antara Islam dan budaya Jawa. Islam dianggap sebagai bahaya laten yang berpotensi melawan pemerintahan kolonial.
Upaya Pemerintah penjajah ini sudah tentu didukung penuh oleh kalangan misionaris Protestan maupun Katolik. Karel Steenbrink, seorang akademisi, menggambarkan bahwa Islam dianggap sebagai kekuatan yang harus diminimalisasi dengan berbagai cara. Langkah yang ditempuh beragam, namun terdapat ciri yang serupa yaitu penggambaran Islam sebagai musuh menakutkan yang tidak harus diserang secara langsung, tetapi dihadapi dengan mempromosikan kebiasaan rakyat kuno, adat, dan agama rakyat. Juga melalui perawatan kesehatan dan pendidikan Barat. Van Randwijk, mantan konsul zending, mencirikan strategi ini dengan kalimat: “Strategi memangkas Islam”.

Bagi kalangan misionaris, keberadaan lembaga tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak mengingkari adanya penjajahan di Jawa. Pembentukan lembaga ini sendiri justru merupakan bentuk dukungan kalangan misi Kristen terhadap kekuasaan dan hegemoni Pemerintah Kolonial Belanda.
Dalam salah satu surat untuk Nederlands Biblegenootschaft (NBG), masyarakat Bible Belanda, pada Oktober 1852, Gericke menegaskan bahwa penterjemahan Bible ke dalam Bahasa Jawa itu memiliki tujuan politis yang akan menguntungkan Pemerintah Belanda. Alasannya, ketika pemerintah telah menawarkan pendidikan bagi orang Jawa tanpa diimbangi penyebaran Injil sangat mungkin rakyat jajahan akan menyulitkan pemerintah pada masa yang akan datang. Gericke menyatakan bahwa jika mereka diberi pendidikan “tanpa serentak mengajar mereka mengenal Tuhan dan takut akan Dia maka dimasa depan mereka tidak akan dapat lagi diatur dengan mudah dan mungkin akan terdorong untuk melemparkan beban yang selama ini mereka pikul dengan sukarela dan taat … ”.

Hasil kerja dari Gericke membuahkan hasil dengan penerbitan terjemahan Perjanjian Lama pada Oktober 1852 dan diterbitkan ulang dalam 3 jilid tebal berbentuk oktaf pada 1854. Pada saat buku itu terbit NBG menyatakan bahwa bible berbahasa Jawa merupakan “hadiah yang layak untuk mengimbangi harta kekayaan yang setiap tahun mengalir kepada kita dari pulau yang diberkati dengan kekayaan alam yang begitu banyak”.

Jadi pendirian Instituut voor de Javaansche Taal yang digawangi oleh kalangan penginjil dari NZG tidak murni bersifat akademis apalagi pengembangan budaya. Juga bukan sekedar menyangkut kepentingan penyebaran Agama Kristen belaka. Secara tidak langsung juga menunjukkan support kalangan misi terhadap keberlanjutan sistem tanam paksa. Juga memperlihatkan dukungan lembaga penginjilan terhadap upaya melanggengkan penjajahan di Jawa.*
Penulis adalah Peneliti - Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) Surakarta


ilustrasi Batavia


PERKEMBANGAN Islam di Jawa pada khususnya, dan di Nusantara pada umumnya, beberapa kali mengalami kemunduran (setback) karena kehilangan ulama-ulama terbaik. Itulah mengapa Islam di Jawa hari ini sangat jenuh memuat praktek bid'ah dan berbagai bentuk kebodohan yang sulit dibersihkan sehingga menghambat kemajuan umat.

Di antara peristiwa setback adalah yang terjadi pada 1647, ketika Raja Mataram Amangkurat I yang bersekutu dengan VOC, memancung kepala 6.000 ulama Jawa beserta keluarganya di alun-alun Kraton Plered, Yogyakarta. Syiar Islam di Tanah Jawa, pasca era Wali Songo, pun mandeg.
Krisis ulama membuat ajaran Islam bercampur-aduk dengan adat-istiadat. Mana ajaran Islam dan mana yang bukan, menjadi sulit dibedakan. Tauhid dan syirik tercampur tidak karuan.

Dalam ranah ibadah, tidak jelas mana praktek beribadah yang dicontohkan Rosulullah dan mana yang mengada-ada. Dalam domain adab, akhlak-akhlak mulia yang bertahan tidak dikenali lagi sebagai bersumber dari Islam. Orang-orang di Jawa selama beberapa generasi tidak tahu persis bahwa sunat (khitan) bersumber dari Islam.
Bahkan hari ini, tidak setiap orang tahu, bahwa pembiasaan memberi dan menerima dengan tangan manis (tangan kanan) yang berlaku di masyarakat Jawa (muslim maupun non-muslim) itu, bersumber dari Hadits.
Islam di Jawa seperti restart. Jawa memerlukan lebih dari satu setengah abad sejak itu untuk melahirkan ulama sebesar Diponegoro (1785-1855), dan dua setengah abad untuk mencapai kemunculan Achmad Dahlan (1868-1923) dkk yang berusaha memberantas Takhyul-Biddah-Churafat (TBC).
Sampai hari ini kita masih berjuang dengan sangat payah untuk mengkalibrasi keislaman kita, sementara kemunduran pada masa lampau masih menyisakan kebodohan yang membuat kita gemar bersilang-sengketa tanpa dasar.

Pada saat yang sama, kita terus menghadapi percobaan-percobaan pemunduran dengan cara lama maupun baru, yang membuat kita cenderung menjauhi, bahkan memusuhi, ulama.

Cara lama, melalui pelenyapan dan penindasan terhadap ulama, silakan mengingat berapa ulama yang tewas atau hilang selama kurun orde-baru, dalam peristiwa Lampung, peristiwa Priok, dan pembantaian iai di Jawa Timur.
Ingat juga bagaimana Hamka dijebloskan ke penjara. Cara baru, adalah melalui penetrasi paham SEPILIS (sekularisme, pluralisme dan liberalisme). Tamu tidak diundang ini masuk melalui media, buku, dan LSM. Bahkan acapkali melalui anak-cucu yang kuliah di luar-negeri.

Lihatlah hasil ujian kita baru-baru ini. Untuk sekadar bersikap terhadap rencana konser Lady Gaga dan isu kesetaraan gender saja, betapa banyak energi yang kita buang percuma untuk bersilang pendapat?
Berapa banyak dari kita yang berusaha bersikap berdasarkan Al-Quran dan Hadits? Berapa banyak yang mau menanya atau mendengar pendapat ulama? Banyak dari kita yang limbung dan gamang dengan test fungsi al-furqon yang sederhana itu.

Agaknya, software alfurqon di benak kita musti diinstall ulang. Sumbernya tidak boleh bajakan. Jangan pula cover version atau beta. Harus orisinal dan full version, dengan dibantu teknisi (baca: ulama) yang kompeten, kredibel dan punya komitmen kuat untuk menegakkan Al-Quran dan Hadits shahih. Insya Alloh.*

Penulis dosen di Program Studi Desain Komunikasi Visual sebuah universitas swasta di Jakarta

Red: Cholis Akbar

Konfrontasi umat Islam dengan penjajah Portugis-Kristen tidak hanya terjadi di Jawa dan Sumatera, tetapi juga terjadi di Maluku.Seperti telah diungkap­kan di muka bahwa kedatangan Portugis ke Maluku ber­samaan waktunya dengan kedatangan Spanyol yaitu pada tahun 1521. Kedatangan Portugis Kristen ke Maluku, semula disambut baik oleh kedua kesultanan Islam di Tidore di bawah pimpinan Sultan Mansur dan di Ternate di bawah pimpinan Sultan Khairun.

Kedatangan Portugis-Kristen bukan saja bermaksud untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh dan pala, tetapi juga bertujuan untuk meng­kristenkan umat Islam Maluku. sebab pada tahun 1546 rombongan missi Kristen Katholik di bawah pimpinan. propagandis terkenal Franciscus Xaverius telah turut terjun mengkristenkan umat Islam di Maluku. Methoda yang dilakukan, bukan saja dengan da'wah tetapi lebih
banyak dengan jalan paksaan, melalui kekerasan militer dan senjata sebagaimana dilakukan di Spanyol pada akhir abad-ke-15.

Perjanjian persahabatan dan dagang antara Sultan Khairun dengan gubernur Portugis-Kristen de Mesquita yaxxg ;di tanda-tangani pada tahun 1564, dianggap se­olah-olah Sultan Khairun itu di bawah jajahan Portugis-­Kristen. Pada suatu kali Sultan Khairun ditangkap oleh Gubernur de Mesquita dan dibawa ke Goa, pusat jajah­an Portugis-Kristen di Timur.

Dari Goa sultan di bawa ke portugal di Eropa. Di dalam pertemuan antara Raja Portugis dengan Sultan Khairun berjalan tidak seimbang, sehingga keputusan yarig diambil sangat menguntungkan Portugis-Kristen. Persetujuan perjanjian yang diperbaharui itu menyebut­kan bahwa hak-hak sultan sebagai mana biasa diakui, tetapi Portugis-Kristen berhak memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate dan usaha missi Kristen­Katholik untuk kristenisasi tidak boleh dihalang-halangi oleh sultan. Dan jika terjadi perselisihan antara sultan dengan gubernur Portugis-Kristen, maka raja Portugis­lah yang berhak menyelesaikannya.

Perjanjian yang sangat merugikan ini, mengakibatkan posisi kesultanan Ternate makin terjepit, apalagi sultan-sultan Tidore, Jailolo (Gilolo) dan Bacan boleh dikatakan telah ke­hilangan kekuasaannya. Tidore semenjak meninggalnya Sultan Mansur praktis telah kehilangan kedaulatan; Sultan Bacan telah dipaksa memeluk agama Kristen dan Jailolo telah sepenuhnya dikuasai Portugis-Kristen. Melihat kondisi seperti itu, tinggal Sultan Khairun masih berdiri tegak menghadapi penjajah Portugis-Kristen.

Baru saja satu tahun perjanjian Sultan Khairun dengan Raja Portugis-Kristen berjalan, ternyata Gubernur de Mesquita sebagai pelaksana perjanjian itu telah menganggap bahwa kesultanan Ternate sebagai daerah jajahannya saja. Akhirnya Sultan Khairun kehilangan kesabarannya dan membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut serta sekaligus menyatakan perang kepada Portugis-Kristen. Keputusan ini dilanjutkan dengan tindakan militer yaitu pasukan tentera Islam diperintahkan mengusir semua orang Kristen, baik Portugis maupun penduduk asli, dari kekuasaan Sultan Ternate. Pelaksanaan perintah ini menimbulkan per­tempuran, yang mengakibatkan beratus-ratus missio­naris dan umat Kristen mati terbunuh dan beribu-ribu orang Kristen yang sempat melarikan diri ke Ambon dan Mindanao.

Peristiwa ini menimbulkan kemarahan Gubernur de Mesquita dan pimpinan missionaris, sehingga cepat-­cepat meminta bantuan dari Malaka dan Goa. Datang­nya tentara Portugis-Kristen dari Malaka dan Goa, tidak menyebabkan pasukan tentera Islam di bawah pimpinan Sultan Khairun menjadi gentar, bahkan menumbuhkan semangat untuk mati syahid di medan pertempuran, pertempuran yang gagah-perkasa dari pasukan tentara Islam Ternate ini, mengakibatkan kerugian yang besar bagi pasukan tentara Portugis-
Kristen. Oleh karena itu Portugis-Kristen yang licik ini, cepat-cepat mengajak damai.

Ajakan damai diterima oleh Sultan Khairun dengan syarat bahwa semua pemeluk Kristen harus keluar dari Ternate sekaligus dan tidak boleh ada lagi kegiatan Kristenisasi di Ternate. Perjanjian perdamaian dan persahabatan ditanda-tangani lagi antara Sultan Khairun dengan Gubernur de Masquita, dengan masing-­masing memegang Kitab Suci, Al-Qur'an bagi Sultan Khairun dan Injil bagi Gubernur de Masquita. Kemudian atas inisiatif Gubernur de Masquita akan diselenggara­kan resepsi peresmian perjanjian perdamaian itu di kediaman gubernur sendiri.

Di saat resepsi berlangsung, di mana Sultan Khairun dengan rombongannya duduk berhadap-hadapan dengan gubernur de Masquita, tiba-­tiba seorang pengawal dari tentara Portugis-Kristen telah menikam Sultan dari belakang, akibatnya terjadi perkelahian berdarah, sehingga sultan dan sebagian dari rombongannya meninggal dunia, hanya sebagian kecil yang dapat menyelamatkan diri dan pulang ke Ternate. Pengkhianatan ini terjadi pada 28 Februari 1570.

Peristiwa ini sepenuhnya dilaporkan kepada Pangeran Babullah, putera Sultan Khairun, di Ternate. Pengkhianatan keji Portugis-Kristen ini menimbulkan amarah umat Islam di Ternate, dan secepat mungkin mengangkat Pangeran Babullah menjadi Sultan Ternate menggantikan ayahnya. Dalam pelantikan Sultan Babullah menyentakkan pedang pusaka ayahnya dan meminta sumpah-setia dari rakyatnya untuk berperang dengan Portugis-Kristen, sampai Portugis-Kristen terusir dari Ternate dan tuntutan bela atas kematian ayahnya ter­laksana, semua rakyat yang hadir dalam upacara pe­lantikan sultan ini, menyatakan kesetiaannya dengan Penuh ruhul jihad dan mati syahid.

Pasukan tentara Islam dibawah pimpinan Suitan Babullah sendiri bergerak menuju kedua jurusan: satu pasukan tentara Islam dikirim untuk menghancurkan benteng pertahanan Portugis-Kristen di Ternete dan satu pasukan tentara Islam lainnya ditugaskan untuk meng­hancurkan benteng Portugis-Kristen di Ambon. Raja Bacan yang telah menjadi pemeluk Kristen sepenuhnya memberi bantuan kepada Portugis-Kristen, sedangkan Sultan Tidore menyokong tentara Islam Ternate.

Pertempuran dahsyat tak terhindar, sehingga korban dikedua belah-pihak banyak yang berguguran. Berkat semangat mati syahid yang dimiliki oleh pasukan Sultan Ternate, maka akhirnya benteng pertahanan Portugis Kristen di Ambon berhasil di bakar, sehingga hanya sebagian kecil pasukan Portugis-Kristen dapat menyelamatkan diri dan terus ke Malaka. Tinggallah para pemeluk Kristen di Ambon menjadi panik dan cemas, khawatir disembelih oleh tentara Islam Ternate.Tetapi begitu pasukan tentara Islam tiba, dengan tegas mereka menyatakan bahwa umat Kristen Ambon akan diampuni dan tidak akan dipaksa masuk agama Islam, asal mengakui tunduk kepada kekuasaan Sultan Babullah.Yang dikejar dan harus dibunuh adalah penjajah Portugis-Kristen sebagai pengkhianat yang keji.

Walau benteng pertahanan Portugis-Kristen Ambon telah ditaklukkan, tetapi benteng pertahanan Portugis-­Kristen di Ternate sendiri masih mampu bertahan selama lima tahun lamanya. Benteng pertahanan Portugis-Kristen di Ternate yang terkurung selama lima tahun lamanya dan bantuan dari tentara Portugis-Kristen yang didatangkan dari Malaka dan Goa tidak mampu menembus blokade pasukan Sultan Ternate, akibatnya timbul kelaparan dan penyakit yang melanda pasukan Portugis-Kristen yang terkurung itu. Dan alternatif satu-satunya tidak lain adalah menyerah kalah kepada tentara Islam Ternate.
Mendengar penderitaan dan kesengsaraan yang diderita oleh tentara Portugis-Kristen di dalam benteng yang terkurung itu maka Sultan Babullah mengirim utusannya kepada mereka yang terkurung di dalam benteng untuk menerima usul Sultan. Isi usul atau
tawaran Sultan itu antara lain berbunyi: "Apabila orang-orang Portugis mau mengakui kekalahannya dalam 24 jam ini, Sultan bersedia memberi izin tentara Portugis-Kristen meninggalkan benteng itu dengan senjatanya sekaligus dan terus berangkat ke Malaka atau tempat lain. Bahkan jika bangsa Portugis-Kristen bersedia menyerahkan hidup-hidup Gubernur de Masquita ketangan Sultan, untuk menjalankan hukum "qishas", maka sultan bersedia untuk melakukan per­janjian persahabatan kembali dengan Portugis-Kristen, dengan tidak mengurangi kedaulatan Sultan Ternate atas negeri dan rakyatnya.

Akhirnya pada akhir tahun 1575 tentara Portugis-­Kristen menyerah kepada Sultan Babullah, dan berkibarlah bendera pemerintahan Islam di benteng tersebut untuk selama-lamanya, menggantikan bendera Portugis-Kristen.


Latar Belakang
Untuk mencukupi kebutuhan di Negaranya Portugis melakukan pelayaran ke Dunia timur.dengan maksud mencari rempah rempah.tempat pertama yang didatangi mereka adalah Malaka,setelah berhasil merebut Malaka mereka kemudian, mengalihkan perhatiannya ke Maluku.mereka telah mengetahui bahwa Maluku merupakan penghasil rempah rempah terbesar di Nusantara.Setela itu,mereka membangun kerja sama dagang dengan Kesultanan Ternate ketika itu kesultanan Ternate dan Tidore saling bermusuhan bersamaan dengan itu Armada Laut Spanyol datang ke Maluku pada Tanggal 1521.Spanyol yang sedang bersaing dengan Portugis diterima di Tidore karena diangap melanggar perjanjian tordesilas maka Armada Spanyol pergi dari Maluku dan menetap di Philipna.Portugis kemudian merasa berkuasa sehingga bersika sewenang wenang terhadap Rakyat Maluku para penguasa Ternate yang semula menjadi sekutu Portugis akhirnya juga menentang Portugis.

Menuju Peperangan
Akhirnya di bawah Sultan Khairun Rakyat Maluku bangkit menentang Portugis namun,Gubernur Portugis,De wesquita,menangkap dan menawan Sultan Khairun tindakan Portugis tersebut memicu kemarahan Rakyat Maluku Rakyat Ternate segera menyerang dan membunuh sedadu serdadu Portugis membuat Portugis kewalahan dengan siasat liciknya menawarkan perundingan kepada Sultan Khairun tapi ternyata Sultan Khairun tewas dibunuh di dalam benteng tempat perundingan dilangsungkan. Pertempuran. pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut penyerahan Lopez de Mesquita untuk diadili.Namun Ditolak,Akhirnya, Sultan Baabulah melakukan serangan terhadap kedudukan Portugis. Benteng benteng Portugis di Ternate yakni Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanya menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintah Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak Rakyat Ternate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggal dalam benteng bersama keluarganya. Karena tertekan Portugis terpaksa memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah.Meskipun bersikap Agak sedikait lunak terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikan Sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit, kedudukan Portugis di berbagai tempat digempur habis – habisan, tahun 1571 pasukan Ternate dibawah pimpinan Kapita Kalakinka menyerbu Ambon dan berhasil mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellos yang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternate memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi. Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-suku atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka. Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan Ternate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan. Kemenangan Rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenangan rakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat atas nusantara selama 100 tahun.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget